Part 18

7 1 0
                                    

°°°

Seperti janji sebelumnya Aditya segera mengikuti meeting yang diikuti Zidan dan lainnya, kini mereka tengah sibuk membicarakan kerja sama tersebut.

Aditya benar-benar serius dalam ucapannya karna dia tidak mau membuang waktu lebih lama lagi, sehingga dia menyelesaikannya begitu cepat.

Kini meeting sudah berakhir, semua kerja sama sudah selesai. Tugas terakhir adalah memastikan lokasi proyek tersebut, tuggas tersebut akan di handle oleh Zidan.

Aditya berjabat tangan dengan mereka semua, kini waktunya mereka akan makan siang bersama. Mereka lalu menuju ruang makan tersebut, lalu menikmati semuanya dengan begitu puas.

Setelah acara makan siang selesai, Aditya pamit kepada Zidan bahwa dia akan ke hotel lebih dulu, sementara dia hanya setuju saja dan melanjutkan acara lainnya.

"Memang dah, Aditya kayaknya lagi mabuk kepayang banget sampai-sampai semangat banget untuk berkemas. Semoga aja setelah ini hubungan mereka akan semakin langgeng, aamiin!" ucap Zidan dengan ikhlas di dalam hatinya.

***

Anesa, Naina, dan juga Fani meminta alamat Fera karna mereka sama sekali belum tau alamat sahabat mereka tersebut. Dengan berat hati, Fera memberikannya namun mengatakan pada mereka bahwa mereka tidak boleh memberikan hal sama kepada Zein nantinya.

Kini mereka sudah berada di rumah sederhana tersebut, rasanya sangat tenang dan juga nyaman. Mereka sedang mengobrol soal pribadi mereka, sementara Fera hanya sibuk menonton film Marsha and The Bear favoritnya.

"Eh Lo tuh udah gede Fera, gausah nonton begituan napa sih?" celetuk Naina pada Fera.

"Apaan sih, kan Fera suka sama filmnya kalau kalian gak suka gausah nonton kali, ribet amat si!" umpat Fera pula pada mereka bertiga.

"Fera, gue ada saran nih buat Lo!" ucap Fani sengaja membuat Fera penasaran.

"Apaan sih, bilang aja sekarang, jangan bikin Fera penasaran doang!" tukas Fera dengan kesal.

"Suami Lo akan pulang besok, kan? Jadi sebaiknya mulai sekarang kami akan ngajarin kamu pakai makeup, gimana?" saran Fani yang cukup membuat Fera bertambah heran.

"Buat apaan?" tanya Fera keheranan.

"Caelah, Lo tau gak? Suami Lo tu baru aja pergi ke luar kota, mana tau disana dia ketemu sama cewek terus..." Faji sengaja memanasi-manasi Fera dan alhasil Fera terpengaruh.

"Yaudah, ajarin Fera kalau gitu," titah Fera langsung bangkit dari sana dan menarik tangan Fani menuju kamarnya dan Aditya.

°°°

Aditya sudah selesai merapikan semuanya, namun ada seorang gadis yang tiba-tiba membunyikan bel kamar hotel tersebut. Aditya tidak sempat melihat, namun langsung membukanya saja karna mengira dia adalah Zidan.

"Zid, udah--" ucapan Aditya terhenti karna melihat orang tersebut bukanlah yang dia kira sebelumnya.

"Nona Anika, ada apa?" tanya Aditya saat itu juga lalu keluar dan menutup pintu.

"Maaf tuan saya menganggu tuan sebentar saja," ucapnya begitu manis.

"Iya gak papa, emangnya ada apa?" tanya Aditya dengan begitu formal.

"Saya bawahan dari Pak Dodi, karna perusahaan kita sudah resmi bekerja sama, jadi saya ingin meminta nomor anda, supaya nanti kami lebih mudah menghubungi anda tuan!" jelas gadis itu berbohong padahal tidak ada yang menyuruhnya sama sekali.

"Maafkan saya, tapi biasnya saja memberikan semua tugas itu pada asisten saya Tuan Zidan. Sebaiknya nona minta sama dia," ujar Aditya hendak berpaling karna dia ingin menjaga pandangannya dari wanita tersebut.

"Tapi tuan-" ucapannya terhenti karna ponsel Aditya berbunyi.

Aditya mengangkatnya dan tidak merubah posisinya sama sekali, dia berniat mengungkap identitasnya agar wanita tersebut tidak mengganggunya lagi.

"Iya Fera sayang, aku baru saja selesai meeting. Kamu udah di rumahkan sayang?"

Mata wanita itu membulat dan memutar begitu malas, karna dirinya benar-benar tidak beruntung dengan menyukai Aditya karna mungkin Aditya sudah memiliki seorang kekasih.

Namun dia sama sekali tidak menyerah, dia tetap disana sampai Aditya mengakhiri panggilan tersebut. Aditya merasa heran, karna dia masih saja disana, sehingga Aditya memutuskan akan melanjutkan ucapannya.

"Maaf nona, saya baru saja menelpon dengan istri saya dan saya masuk dulu. Permisi!"

Aditya masuk ke dalam lalu menutup pintu, karna dia sengaja bersikap cuek pada wanita tersebut agar wanita tersebut tidak menginginkan hal lain padanya.

"Kenapa sih kamu selalu menyukai orang yang salah Anika, dia udah punya istri sebaiknya kamu gak usah berharap lebih," ucapnya lalu pergi dari sana.

Disaat itu, Anika tak sengaja hampir bersitubruk dengan Zidan, tapi untung saja mereka sempat menghindar satu sama lain. Zidan terpaku, aura kecantikan gadis itu cukup membuatnya terkesan.

"Hai!" sapa Anika langsung.

"Hai juga, Nona!" sahut Zidan dengan senyuman.

"Kamu asisten dari Oak Dody, kan?" sambung Zidan yang dapat anggukan darinya.

"Ya Tuan, ouh yaudah apa aku boleh minta nomer anda Tuan, karna nanti mana ada perlu dan kami bisa menghubungi kalian," pinta Anika setelah mengangguk tersebut.

Entah kenapa Zidan begitu semangat memberikannya dan langsung mencari nomernya tersebut dan memberikannya pada Anika.

"Nih!" ucapnya sambil memperlihatkan layar ponselnya.

Anika kemudian mencatat nomor tersebut, lalu tersenyum kembali. Zidan serasa jatuh hati sekarang padanya, namun gadis itu sama sekali tidak merasakan hal sama dengannya.

"Ok! Terima kasih tuan, saya pergi dulu dan selamat istirahat!" ucapnya kembali lalu pamit dari sana.

Zidan hanya bisa memandanginya dari belakang, walaupun wanita tersebut perlahan menjauhinya. Zidan lalu mengubah posisinya kembali, dia langsung menuju kamar hotel tersebut.

Aditya membukakan pintu padanya, sementara Zidan tampak begitu bahagia dan hak itu membuat Aditya merasa aneh dengan sikap sahabatnya tersebut. Aditya mendekatinya lalu duduk di samping Zidan.

"Tumben senyam-senyum sendirian, apa kau melihat bidadarimu tadi, hah?" tanya Aditya begitu kepo.

"Gak!"

"Lalu?"

"Tadi aku cuman ketemu sama asisten pak Dody, itu saja tidak ada yang lain," jawab Zidan yang langsung membuat Aditya terkekeh.

"Oke baiklah, Tuan Zidan Adingkara!" ucap Aditya sambil menahan tawanya.

"Ya!"

Zidan lalu menuju kamar mandi, sedangkan Aditya mengambil ponselnya kembali dan menghubungi Fera.

***

Fera sekarang berada di depan cermin, Fani dan lainnya mulai mulai memakaikan makeup padanya. Mereka menghias Fera begitu cantik, sampai-sampai Fera tidak mengenali dirinya sendiri.

"Masha Allah, cantik banget sih Fera!" puji Naina saat makeup selesai.

"Ini Fera, kah?" tanya Fera balik.

"Terus yang ngomong emangnya siapa, Arunika Fera Trisanggara?" cibir Naina mulai malas.

"Yah Fera, siapa lagi," ketus Fera kemudian.

"Tau ah, hedeh nih bocah lama-lama bikin gue serangan jantung," umpat Naina lalu menjauh dari mereka semua yakni duduk di tepi ranjang.

Fani dan Anesa terus memujinya, sedangkan afera hanya senyam-senyum di depan cermin, seketika itu pula Fera melirik ke arah Naina.

"Ngapain disitu, hah?"

"Istirahat, gue capek banget. Nih ruangan emang nyaman banget," jawab Naina dengan entengnya lalu memejamkan matanya perlahan.

Anesa dan Fani langsung menepuk jidat mereka sendiri, bisa-bisanya Naina merasa bebas sekali di kamar tersebut dan bahkan seakan menguasai kamar tidur tersebut.

#to be continued






My Annoying Little Wife #WRITONwithCWBPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang