°°°Zein menatap Fera dengan senyuman dan langsung memegang tangan Fera. Zein berhasil membuat Fera tidak bisa berkata-kata, dia benar-benar gugup sekarang ditambah dengan tatapan Zein padanya.
Setelah keberanian Zein terkumpul, akhirnya dia mulai berbicara serius dengan Fera dengan tetap menatapnya serius sekali. Fera salting sendiri, dia tak tahu apa yang akan Zein ucapkan nanti, tapi dia sudah berhasil membuat Fera berkeringat dingin.
"Fera gue mau bilang, kalau gue suka sama Lo. Lo mau gak jadi pacar gue?"
Fera melongo, bagaimana mungkin gebetannya tersebut menembak dirinya hari ini. Fera benar-benar tidak tahu apa yang akan dia lakukan sekarang, Fera serasa ditimpa satu buket bunga yang cantik dan juga harum.
"Sebenarnya gue udah suka sama Lo, sejak hari itu. Tapi baru kali ini gue beraniin diri buat nembak Lo, Fera! Please mau yah jadi pacar gue," ungkap Zein mengutarakan semua perasaannya pada gadis yajg ada di depannya sekarang.
"Fera?"
"Eh iya, Fera mau kok. Fera juga suka sama Kak Zein. Jadi bagaimana mungkin Fera mau nolak kakak, secara Fera juga udah lama banget suka sama kakak!" jawab Fera yang membuat Zein bahagia sekali.
"Yeah, jadi hari ini kita jadian?" tanya Zein sekali lagi.
Fera mengangguk. "Iya!"
Zein ingin memeluknya karna senang, namun Fera langsung menghindar darinya. Fera memang mau jadi pacar Zein, tapi Fera tidak lupa jika dia adalah istri orang, jadi dia akan menjaga batasannya juga.
Zein merasa malu, dia mengalihkan rasa senangnya tersebut dengan berterima kasih padanya. Fera hanya mengangguk saja dan mereka sudah menjadi pasangan kekasih sekarang.
Akhirnya hari ini Fera sudah jadian dengan gebetannya sejak SMA, walaupun hanya sekedar pacar dan Fera harus menerima hal itu karna dia juga harus menjaga harga dirinya sebagai istri seseorang.
Walaupun itu hanya sekedar perjodohan saja, namun ikatannya sangatlah suci sehingga tidak boleh dipermainkan oleh siapapun dan kapanpun.
***
Aditya baru saja sampai di rumah mereka, matanya menyipit karna mendapati pintu masih terkunci dan sepertinya dia belum pulang. Aditya membuka kunci, lalu menutup pintu kembali.
Aditya menaiki tangga untuk mencari keberadaan Fera, namun memang tidak ada siapapun disana. Aditya mengabaikannya dan memilih membersihkan dirinya terlebih dahulu.
Setelah hampir setengah jam membersihkan diri dan berganti pakaian, Fera belum juga pulang. Otomatis membuat Aditya merasa cemas dengannya, dia memutuskan untuk duduk di depan pintu sambil menunggu Fera pulang.
Aditya membaca majalah, sementara Fera tampak baru saja pulang dari kampusnya alias pergi makan siang bersama kekasih barunya tersebut.
Ceklek!
"Darimana saja?" tanya Aditya tanpa menoleh sedikitpun.
"Om udah pulang, Fera kira belum tadi," sahut Fera tanpa ada kaitannya dengan pertanyaan Aditya padanya.
Aditya bangkit dari tempat duduknya, lalu berdiri tepat di depan istrinya tersebut. Aditya memperhatikan semuanya, Fera tampak begitu senang karna senyumannya masih memgembang sedari tadi.
"Om nanya kamu darimana, Fera!" tegas Aditya begitu saja sedangkan Fera hanya cengengesan.
"Fera!"
"Iya, Fera baru aja jalan sama temen Fera, Om."
Aditya mengangguk mengerti. "Cewek atau cowok?" tanyanya lagi begitu kepo.
"Cowok!" jawab Fera begitu polosnya.
Aditya melongo dan kenapa dia merasa tidak enak yah sekarang?
"Oh, jadi karna itu kamu lama pulang. Bukannya kita sudah sepakat tadi pagi, jika kamu harus lebih dulu sampai di rumah baru Om, tapi kenyataannya kamu malah terlambat hanya karna seorang cowok! Bagus, setidaknya kamu bisa jujur," ucap Aditya membuat Fera tidak mengerti.
"Iya emang, Om. Fera kan jujur dan gak mau bohong, tapi kenapa Om kayak marah gitu? Apa Fera salah jalan sama cowok?" tanya Fera begitu polosnya.
"Oh jadi selain lama pulang, kamu juga jalan sama dia? Ouh iya, dia siapanya kamu?" tanya Aditya kembali sedangkan yang ditanya tampak begitu lelah.
"Om bentar lagi malem, Fera capek dan pengen mandi dulu. Nanti Fera jelasin semuanya, karna Fera benar-benar lelah dan tidak sanggup menjawab pertanyaan Om sekarang. Please Fera mandi dulu, nanti Fera jelasin semuanya. Okeh!"
Tanpa disetujui pun, Fera langsung menjauhi Aditya begitu saja. Diapun meletakkan tasnya, begitu juga barang lainnya di tempat yang biasa dia letakkan sebelumnya.
Lalu mengambil handuk dan pakaian gantinya untuk tidur, Aditya mau tidak mau harus menunggunya sekarang. Aditya kembali duduk di tempatnya dan membaca majalah kembali.
Pikitan aditya hanya tertuju kepada Fera, siapa pria yang telah mengajak istrinya jalan-jalan dan kenapa dia tidak suka itu semua, padahal tadipun dia jalan bersama wanita lain yang bahkan Fera tidak tahu sama sekali.
Fera selesai mandi, dia keluar dengan pakaian biasa lalu mulai menyisir rambutnya juga. Setelah selesai, Fera menarik tangan Aditya agar duduk di sofa bersamanya.
"Om," panggil Fera padanya sedangkan yang dipanggil hanya menoleh sebentar.
Aditya berusaha menutupi ketidaksukaan terhadap pemikirannya tentang pria yang telah mengajak Fera jalan-jalan, agar Fera tidak tahu jika dia tidak suka hal tersebut.
"Om, Fera jelasin yah. Tadi Fera kan pertama kali ke kampus lagi, terus di tengah perjalanan Fera ketemu sama senior Fera, namanya Kak Zein. Dia itu gebetan Fera sejak masih SMA dulu, tapi entah kenapa tadi kak Zein meminta Fera menunggunya di taman setelah mata kuliah berakhir. Yah Fera mau deh, terus benaran setelah selesai ngampus, Fera temuin kak Zein di taman." Fera menjelaskan semuanya tanpa ada kebohongan sama sekali.
"Om tau gak apa yang kak Zein lakuin untuk Fera?" tanya Fera padanya.
Aditya mulai tidak suka mendengarkannya. "Ya mana mungkin tau, Om gak ada disana juga tuh," jawab Aditya mulai panas.
"Ouh iya, Fera lupa hehe."
Aditya bangkit karna dia merasa haus, sehingga dia pergi mengambil minuman disana. Setelah menuangkan air ke dalam gelas, diapun meminumnya sedangkan Fera masih saja berbicara sendirian.
"Tadi kak Zein nembak Fera!" ungkapnya tanpa ada rasa malu sedikitpun.
Uhuk!
Lagi dan lagi Aditya tersedak karna ucapan dua wanita yang bersamanya, yakni sebelumnya bersama Aliya dan sekarang Fera lah penyebabnya.
"Ada apa, Om?" tanya Fera mulai khawatir.
"Enggak, uhuk..."
Fera langsung mengelus-elus punggung Aditya, agar jauh lebih baik. Aditya terpaku dalam tatapan lnya sendiri, dia menatap Fera aneh. Kenapa dia malah tiba-tiba batuk disaat Fera mengatakan bahwa ia sudah resmi jadian dengan pria lain?
Entahlah, mungkin ini hanya efek dari rasa tidak percaya Aditya bahwa istrinya tersebut betitu jujur padanya dan tidak ada kebohongan sama sekali dimatanya.
"Om udah gak papa, kan?" tanya Fera kembali sedangkan yang ditanya hanya menggeleng.
"Sudah gak papa kok," jawab Aditya yang membuat Fera tersenyum kembali.
"Om gak suka yah, jika Fera jadian sama cowok lain? Tapi Fera janji Om, Fera gak akan ngapa-ngapain ama dia dan tadi aja, disaat kak Zein mau nyentuh tangan Fera, Fera nolak." Fera menjelaskan semuanya tanpa ada rasa ingin berbohong.
"Fera tau kok, Fera udah nikah sama Om. Fera itu seorang istri, makanya Fera juga harus jaga harga diri Fera dan Om juga. Fera janji gak akan ngapa-ngapain sama dia, Fera serius gak boong!" janji Fera pada suaminya tersebut.
Aditya tiba-tiba merasa tersentuh dengan penjelasan Fera, bahkan Aliya tidak pernah bersikap jujur seperti dirinya. Dia memang berbeda dan Aditya entah kenapa merasa bahagia sekarang setelah mendengarkan semua penjelasan Fera tersebut.
#to be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Little Wife #WRITONwithCWBP
RomanceLo beneran mau nikah sama cewek yang dijodohin sama Lo, Dit?" "Ya mau gimana lagi, gue juga udah lumayan tua dan wajar aja nyokap bokap gue mau nikahin gue secepat mungkin," Zidan langsung mengernyit melihat tingkah sahabatnya tersebut. "Enteng ba...