"Ne.. Janji selalu bersama?"
"Tentu saja! Aku tipe yang selalu menepati janjinya."
Bohong.
Semua yang terlontar dari labium manisnya hanyalah dusta semata.
Dirinya tak pernah benar-benar ingin bersama dengan sang tuan.
Jiwa sang puan begitu bebas, tak suka bila dikekang berkepanjangan.
"Aku mau bersamamu.. Tak berarti aku milikmu, bukan?"
Ah sial!
Mengapa dirinya justru mengingat memori bagian itu?
Netra yang semula terpejam kini terbuka sempurna, menatap datar ke arah langit-langit kamar.
Otak memaksa untuk menghapus semua kenangan yang ada, namun hati menghianati. Memilih untuk terus menyimpan memori yang menyesakkan dada.
Langkahnya gontai menuju kamar mandi, mengacak surainya kasar, guyuran air pun tak mampu mendinginkan rasa kesal yang mendera dikepalanya. Rasanya pusing dengan perasaan sendiri.
Berekspetasi sang puan telah tiada agar mudah di lupa, lagi-lagi hati terus mengharapkan adanya secercah harapan berjumpa kembali.
"Ne Lucas.. Kenapa kau lama sekali?"
Dipandangnya anak sang kaisar tirani dengan raut kesal.
"Tidak bisakah kau menungguku di luar? Aku baru saja selesai mandi." Sarkasnya.
Terdengar dengusan kasar dari empu lawan bicara. "Bukankah kau mengajakku untuk berkencan hari ini?"
"Kencan?" Nadanya terdengar tak suka.
"Aku mengajakmu berkeliling pasar, bukan ingin berkencan denganmu, sialan." Ucapnya memperjelas.
"Ya anggap saja begitu." Kekeh sang puan.
"Tapi aku tak merasa begitu."
"Cih menyebalkan.. Aku yakin 100% tidak ada wanita yang mau menghabiskan seluruh hidupnya untuk bersamamu, kau terlalu menyebalkan."
Gerakan memilih bajunya terhenti. Apakah semenyebalkan itu dirinya sehingga sang jelita memilih tuk mengembara ketimbang bersanding dengannya?
Athy yang menyadari kalau sang lawan bicara melamun pun angkat bicara.
"Ada apa? Ada sesuatu yang menganggumu?"Sadar akan keterlamunannya, Lucas menggelengkan kepalanya. Tidak mungkin kan hanya karena alasan klasik seperti itu?
"Keluarlah, aku mau berganti baju." Ucapnya mengalihkan topik.
Tak ingin berdebat lama dengan Lucas, Athy memilih untuk menunggu di luar.
*****
Lucas memutar bola matanya malas, sedari tadi anak kaisar tirani itu terus mengajak dirinya berlari kesana kemari. Padahal bisa berjalan santai, Athy terlalu bersemangat, padahal hanya jalan-jalan ke pasar, tidak lebih.
"Menurutmu mana yang lebih bagus? Hijau atau biru?" Tanyanya menanyakan sebuah gelang yang indah.
"Pilih yang kau suka." Ucapnya malas.
"Tapi aku maunya pendapatmu!" Kesal sang puan.
"Biru.. Kau lebih cocok menggunakan warna itu."
"Baiklah, aku ambil warna hijau." Ucap sang gadis berbalik dan langsung membayarnya.
Perempatan imajiner muncul didahi pria itu, kesal akan tingkah sang gadis. Kalau sedari tadi menginginkan warna hijau, lalu mengapa harus meminta pendapatnya!
![](https://img.wattpad.com/cover/293745622-288-k408718.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐑𝐎𝐌𝐔𝐋𝐄𝐍𝐓 [𝐋𝐮𝐜𝐚𝐬𝐱𝐘𝐨𝐮𝐱𝐎𝐂]
Teen Fiction╰┈➤ɪᴍᴀɢɪɴᴇ ʏᴏᴜʀ ʜᴜʀᴅʟᴇꜱ ɪɴ ᴘᴜʀꜱᴜɪᴛ ᴏꜰ ʏᴏᴜʀ ʟᴏᴠᴇ. ๑┈•✦✦•┈๑ 𝐘𝐨𝐮 𝐬𝐚𝐲 𝐰𝐞'𝐫𝐞 𝐣𝐮𝐬𝐭 𝐟𝐫𝐢𝐞𝐧𝐝𝐬, 𝐁𝐮𝐭 𝐟𝐫𝐢𝐞𝐧𝐝𝐬 𝐝𝐨𝐧'𝐭 𝐤𝐧𝐨𝐰 𝐭𝐡𝐞 𝐰𝐚𝐲 𝐲𝐨𝐮 𝐭𝐚𝐬𝐭𝐞.. ...