"Cinta.. Sebuah perasaan memabukkan dimana yang mengalaminya merasa melayang di udara sekaligus jatuh ke dalam jurang yang curam secara bersamaan. Keuntungan apa yang bisa di dapat dari yang namanya cinta? Tentu jawabannya tidak ada."
*****
"Tipe pria seperti apa yang kau sukai, (Name)?"
"Bapakmu."
Ucapan (Name) masih terngiang-ngiang di dalam otaknya Athy. Perempuan itu sinting apa bagaimana? Sudah jelas ayahnya salah satu dari banyaknya karakter red flag. Ketika ditanya lebih lanjut wanita itu menjawab dengan enteng.
"Tenang. Aku punya seribu nyawa."
Athy tak habis pikir dibuatnya. Remaja seusia dirinya memang rasa ingin taunya lebih tinggi dari yang lain. Sekarang pergi menanyakan tipe putra mahkota seperti apa. Tak mungkin dirinya bertanya pada Lucas, sudah jelas penyihir jenius itu akan langsung menyebut (Name) sebagai tipenya. Mendengus geli ketika membayangkannya.
Kakinya dilangkahkan menuju ruang latihan pedang, katanya putra mahkota tengah berlatih disana.
Dalam perjalanan sesekali ia bersenandung untuk menyalurkan ekspresinya. terkadang melompat-lompat kecil sembari terkekeh layaknya anak kecil.
Sesampainya disana, netranya mengedar memperhatikan putra mahkota dengan beberapa tetes keringat menghiasi wajah tampannya, pandangan tajam ke arah lawan itu membuat dirinya terpesona. Netranya bergulir melirik sekitarannya, disana ada Lucas dan (Name) juga rupanya. Ntah mengapa mereka bisa ada disana, Athy sendiri tidak tau.
Dirinya berjalan mendekat sembari melontarkan sapaan hangat kepada mereka yang ada disana. Senyum manis tak pernah pudar dari wajahnya.
Memutuskan untuk bertanya nanti, Athy ikut terfokus pada latihan sang pewaris takhta. Menit demi menit berlalu, putra mahkota selalu menang dalam menghadapi lawannya. Rasa bosan menyerang raganya.
Menyeka keringat di dahinya lalu menunjuk tepat ke arah (Name) dengan pedangnya.
"Kau, ayo lawan aku berpedang." Senyum miring tercetak diwajah tampannya.(Name) menunduk dengan jemarinya meremas gaun sederhana yang dipakainya.
"Maaf putra mahkota, tapi dia tidak bisa menggunakan pedang." Lucas mewakilinya untuk menjawab.
Kepala Name) menghadap ke arah Lucas, tersenyum tipis sembari membisikkan kata terima kasih.
"He? Benarkah?" Elvis mendekat, lalu berdiri dihadapan wanita dengan penutup mata khusus itu. Dalam satu tarikan melepas paksa penutup mata itu hingga kini netra cantik itu nampak kaget dengan situasi yang terjadi.
"Aku tidak suka dibantah, cepat ambil pedangmu."
Walaupun kedekatan mereka hanya karena kesepakatan, Elvis tau wanita itu pandai berpedang. Buktinya ketika penghianat dalam istana hendak menusuknya dengan belati, namun dengan sigap (Name) menjegal kaki sang penghianat lalu menodongkan pedang pendek ke arahnya dengan tatapan yang tajam. Mengenang memori itu kembali, Elvis tanpa sadar terjatuh kembali dalam pesona khas milik sang jelita, mengabaikan saat itu ia tengah marah besar dengan wanita itu perkara hal sepele.
Namanya bucin, sekalinya kena pasti otaknya ikut menyusut. Bagaimana bisa Elvis sebut itu sebagai kesetiaan (Name)? Sedangkan (Name) melakukannya hanya agar kaisar itu terpikat oleh ketulusan hatinya yang palsu, semata-mata acting sempurnya di ciptakan hanya untuk merobohkan benteng pertahanan milik sang kaisar. itu pun penghianatnya (Name) sudah atur jauh hari. Tapi sampai sekarang Elvis masih tak tau kebenaran itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐑𝐎𝐌𝐔𝐋𝐄𝐍𝐓 [𝐋𝐮𝐜𝐚𝐬𝐱𝐘𝐨𝐮𝐱𝐎𝐂]
Teen Fiction╰┈➤ɪᴍᴀɢɪɴᴇ ʏᴏᴜʀ ʜᴜʀᴅʟᴇꜱ ɪɴ ᴘᴜʀꜱᴜɪᴛ ᴏꜰ ʏᴏᴜʀ ʟᴏᴠᴇ. ๑┈•✦✦•┈๑ 𝐘𝐨𝐮 𝐬𝐚𝐲 𝐰𝐞'𝐫𝐞 𝐣𝐮𝐬𝐭 𝐟𝐫𝐢𝐞𝐧𝐝𝐬, 𝐁𝐮𝐭 𝐟𝐫𝐢𝐞𝐧𝐝𝐬 𝐝𝐨𝐧'𝐭 𝐤𝐧𝐨𝐰 𝐭𝐡𝐞 𝐰𝐚𝐲 𝐲𝐨𝐮 𝐭𝐚𝐬𝐭𝐞.. ...