Eight

1.3K 207 29
                                    

Dipandanginya wajah ayu sang pujaan hati yang tengah terbaring di atas kasurnya. Ekspresinya kini tak dapat terbaca, perasaannya terasa campur aduk.

Dirinya terduduk dipinggiran kasur dengan jemarinya bergerak memegangi pipi sang puan, dahi sang puan nampak mengerut. Apakah wanitanya sedang bermimpi buruk?

Terkesiap kala sebuah jemari menggenggam lengannya erat, membuat lamunannya buyar seketika.

"Maaf.."

Lucas mendongak lalu tersenyum hangat.
"Untuk?"

"Kasurmu.." Netranya kini melirik seprei yang didudukinya bewarna merah.

"Hee? Kau lebih khawatir pada kasurku daripada kondisi tubuhmu sendiri?"

Wanita itu mengangguk.
"Ini sudah biasa terjadi."

Dahi Lucas mengernyit tak suka.
"Aku tak suka bila kau sendiri tak peduli pada kondisi tubuhmu—"

"—Ucap seseorang yang membiarkanku tenggelam di kolam." Potong (Name) memutar bola matanya malas, dirinya masih ada dendam dengan kejadian saat itu dan mustahil untuk dilupa.

Lucas mengusap tengkuknya canggung. Cukup lama keduanya terdiam dalam keheningan. Lucas berdehem.

"Sebenarnya apa yang tadi kau lihat?" Tanyanya memecah suasana yang semula sunyi.

Sudut bibir (Name) terangkat samar.
"Bukan sesuatu yang bagus."

"Bisakah kau ceritakan sedikit?" Pintanya.

Wanita itu mengambil nafas dalam, tersenyum lembut pada sang tuan, lalu kedua tangannya memeluk erat Lucas hingga kini kepala penyihir jenius itu bersender di dadanya.

Hening melanda, Lucas sedikit bingung namun setia menunggu sang jelita membuka suara. Dengan lengannya ikut memeluk erat pinggang wanita itu. (Name) mengelus lembut surai hitam legam milik sang tuan dalam keterdiamannya, dirinya enggan untuk membuka suara.

"Maaf.." Lirihnya sembari mengecup lama surai panjang milik sang tuan.

Sepatah kata yang mampu menghancurkan ekspetasinya, walau sudah tau akan begini tetap kecewa dirasanya, sang tuan mengeratkan pelukannya pada pinggang sang puan dengan wajahnya yang ia tenggelamkan pada dada empuk sang pujaan hati.

Helaan nafas panjang (Name) dengar, ia tau Lucas pasti kecewa padanya.

"Biarkan seperti ini lebih lama." Lirih penyihir jenius itu, (Name) mengangguk mengiyakan dengan jemarinya kembali mengelusi surai panjang milik sang tuan.

Lucas menenggelamkan wajahnya pada perut rata milik sang pujaan hati, sekali lagi raut wajahnya tak bisa terbaca. (Name) sebenarnya merasa tergelitik geli kala penyihir jenius itu menghembuskan dan mengeluarkan nafas. Tapi ia tetap diam demi tak menjadi penghancur suasana.

'Cuph.'

Dahi (Name) berkerut heran, namun malas bertanya mengapa Lucas melakukan itu. Rasanya seperti ia tengah meladeni anaknya yang sedang mengambek.

Pelukan pada pinggang sang puan terasa mengerat, hingga pada akhirnya keduanya terbaring dengan posisi kepala penyihir jenius itu menindihi perut sang jelita.

"Aku lelah."

Kepalanya mendongak, kedua netra berbeda warna itu bersitatap menghantarkan perasaan berbeda. Satu dengan tanda tanya besar satunya lagi penuh kekecewaan.

"Aku lelah, (Name).." Ungkapnya sekali lagi.

"Berapa lama? Berapa lama waktu yang harus aku habiskan? Berapa lama lagi agar kau mau melihat diriku? Butuh penantian berapa tahun lagi, hm?" Lirihnya.

𝐂𝐑𝐎𝐌𝐔𝐋𝐄𝐍𝐓 [𝐋𝐮𝐜𝐚𝐬𝐱𝐘𝐨𝐮𝐱𝐎𝐂]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang