"Musuh terberat adalah diri sendiri."
"Maksudmu?"
*****
Dirinya menatap pantulan raga dalam cermin, lantas bertanya mengapa Lucas sebegitu sukanya pada dirinya? Parasnya tak begitu menawan, kelakuannya tak begitu anggun apalagi akademiknya juga terbilang biasa-biasa saja. Lantas mengapa pria itu rela untuk menunggu selama bertahun-tahun?
Benar, penutup matanya dibuka. Lucas meminta dirinya membukanya saat sedang berdua dengannya saja. (Name) sudah lelah untuk menolaknya memilih mengiyakan pemaksaannya.
Surai sang pujaan hati disisirnya pelan, lalu dikecupnya pucuk kepala sang hawa. Menyelipkan sedikit untaian surainya yang mengenai wajah agar sang pujaan hati merasa nyaman.
"Kau tau? Anak kaisar itu sepertinya ada rasa padamu.""Lalu?" Kedua netra berbeda warna itu bersitatap, Lucas mencoba untuk menerka apa yang ingin dikatakan oleh (Name). Pasalnya wanita itu selalu menggunakan kata ambigu ketika berbicara.
Bukannya sengaja, sang puan hanya takut bila masa depan berubah hanya dengan sebuah informasi yang ia beberkan. Bila berubah menjadi lebih baik sih tak masalah, namun bagaimana jika sebaliknya? Karena itu ia memilih menggunakan kata ambigu yang mengacu pada dua atau tiga lebih makna.
"Kau tak menyadarinya?" Memilih abai dengan pertanyaan sang tuan, puan mempertanyakan kepekaan penyihir jenius itu.
"Aku tau.. Tapi aku tak memiliki rasa yang sama, kenapa? Kau cemburu?" Ucapnya jujur sekaligus menggoda sang puan.
Wanita itu menggeleng.
"Aku tak pernah cemburu pada sesuatu yang bukan milikku." Ujarnya.Rahang pria itu mengeras.
"Kalau begitu aku milikmu sekarang." Lucas membalikkan kursi yang diduduki sang puan, lantas mempertemukan wajah mereka hingga kedua hidung itu saling bersentuhan. Netra keduanya saling bersitatap, manik merah Lucas menajam, kentara sekali ia sedang kesal."Tapi bukan begitu alurnya." Cicit sang puan mulai takut dengan hawa yang dikeluarkan sang tuan.
"Hee.. Apa wajahku terlihat peduli?" Wajahnya mendekat, melumat kasar bibir merah muda milik sang pujaan hati. Membawanya ke kasur lalu dibantingnya tubuh itu di atas kasur.
"Lihat? Kau yang mencintaiku tapi kau juga yang menyakitiku, Lucas..." Lirih wanita itu.
"Nikmati saja, kau ingin alur yang berbeda bukan?" Lehernya dikecup dan dijilati secara sensual hingga membuat sang puan melenguh tanpa sadar, Lucas tersenyum miring mendengarnya.
"Bukan ini yang aku inginkan." Batinnya menjerit kesakitan tiap kali bercinta dengan penyihir jenius itu, seolah sosok Lucas yang memberi afeksi lebih hanyalah bayangan semata, dirinya menjadi sangat dominan dan bringas ketika sudah di atas kasur.
Benar, ini bukan pertama kalinya mereka bercinta. Dulu juga pernah, dan selalu terjadi ketika pria itu tengah emosi, karena itu puan memilih pergi mengembara daripada harus melabuhkan hatinya pada penyihir jenius yang tak bisa mengendalikan emosinya itu.
"Yang ingin ku katakan adalah kita tak ditakdirkan untuk bersama, benangmu ada pada gadis berambung pirang keemasan itu."
Sebagai sesama wanita (Name) tentu tau rasanya pasti sakit jika menjadi gadis itu, bayangkan saja jodohmu tengah bercinta dengan orang lain. Rasanya sakit bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐑𝐎𝐌𝐔𝐋𝐄𝐍𝐓 [𝐋𝐮𝐜𝐚𝐬𝐱𝐘𝐨𝐮𝐱𝐎𝐂]
Teen Fiction╰┈➤ɪᴍᴀɢɪɴᴇ ʏᴏᴜʀ ʜᴜʀᴅʟᴇꜱ ɪɴ ᴘᴜʀꜱᴜɪᴛ ᴏꜰ ʏᴏᴜʀ ʟᴏᴠᴇ. ๑┈•✦✦•┈๑ 𝐘𝐨𝐮 𝐬𝐚𝐲 𝐰𝐞'𝐫𝐞 𝐣𝐮𝐬𝐭 𝐟𝐫𝐢𝐞𝐧𝐝𝐬, 𝐁𝐮𝐭 𝐟𝐫𝐢𝐞𝐧𝐝𝐬 𝐝𝐨𝐧'𝐭 𝐤𝐧𝐨𝐰 𝐭𝐡𝐞 𝐰𝐚𝐲 𝐲𝐨𝐮 𝐭𝐚𝐬𝐭𝐞.. ...