"Only love can hurt like this."
*****
"Sekarang apa lagi?" Raut jengkel terlihat jelas dari wajahnya.
"Kenapa nada bicaramu ketus begitu? Bukankah kita teman?"
(Name) memutar bola matanya jenuh.
"Katakan saja apa tujuanmu, jangan buang waktu berhargaku."
Lawan bicaranya terkekeh, kurvanya melengkung sempurna ke atas. Menambah pesona ketampanannya.
"Apa kau tertarik menjadi putri mahkota?" Tanyanya to the point.
"Hah?" Otak (Name) ngebug untuk yang kedua kali.
(Name) memicingkan mata curiga, menatap lamat ke arah putra mahkota guna mencari setitik dusta yang ada.
"Ku pikir kau tertarik pada pria." Ledeknya.
"Siapa yang bilang begitu?" Nada bicara Elvis terdengar tak suka.
"Semua orang yang menggosipkanmu rata-rata bilang begitu. Mengapa kau keliatan tidak terima?" Sang puan menaik turunkan alisnya menggoda sang tuan.
"Pinjamkan telingamu." Ditariknya kepala sang puan mendekat tanpa persetujuan dari sang empunya. (Name) mendecih kesal dengan perlakuan tiba-tiba putra mahkota itu.
"Kau mau tau yang sebenarnya?" Bisiknya ditelinga sang puan.
(Name) mengangguk.
"Tapi bisakah menjauh sedikit dariku? Kita bisa membicarakannya tanpa berbisik seperti ini." (Name) mulai merasa risih, pasalnya telinganya merupakan salah satu titik sensitivenya dan Elvis tau jelas itu."Tidak bisa, soalnya ini rahasia."
"Baiklah cepat katakan! Awas kalau tidak informatif!" Kesal sang puan merasa dipermainkan.
Kekehan kecil mengudara dari bibir sang putra mahkota sebelum melanjutkan ucapannya.
"Bagaimana bisa kau tau kalau tak mencobanya? Mau jadi yang pertama mencoba?" Nada bicaranya merendah dengan sedikit serak diakhir kalimat.
(Name) tertegun dengan pipi sedikit bersemu merah.
"Aku memberikan kursi putri mahkota secara cuma-cuma padamu, bukankah tidak sopan apabila kau menolaknya?" Kini jemarinya bergerak dari leher sang puan lalu singgah dirahangnya. Memaksa sang puan untuk saling bersitatap dengannya.
(Name) meneguk ludahnya kasar. Entah kenapa firasatnya mulai memburuk.
"S— Saya sudah punya kekasih!" Gagapnya.
"Aku lebih baik darinya." Teringat sosok Lucas membuat putra mahkota menggertakan giginya kesal.
"Saya sudah tidur bersamanya! Saya yakin anda tidak mau menggunakan barang bekas seperti saya. Masih banyak gadis di luar sana yang suci dan tertarik pada anda." (Name) masih berusaha untuk membuat sang putra mahkota ilfeel padanya.
Tangannya terkepal kuat, dengan jemarinya mencengkram kuat rahang sang puan.
'Wanita sialan! Kau masih tidak peka?!' Jeritnya dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐑𝐎𝐌𝐔𝐋𝐄𝐍𝐓 [𝐋𝐮𝐜𝐚𝐬𝐱𝐘𝐨𝐮𝐱𝐎𝐂]
Teen Fiction╰┈➤ɪᴍᴀɢɪɴᴇ ʏᴏᴜʀ ʜᴜʀᴅʟᴇꜱ ɪɴ ᴘᴜʀꜱᴜɪᴛ ᴏꜰ ʏᴏᴜʀ ʟᴏᴠᴇ. ๑┈•✦✦•┈๑ 𝐘𝐨𝐮 𝐬𝐚𝐲 𝐰𝐞'𝐫𝐞 𝐣𝐮𝐬𝐭 𝐟𝐫𝐢𝐞𝐧𝐝𝐬, 𝐁𝐮𝐭 𝐟𝐫𝐢𝐞𝐧𝐝𝐬 𝐝𝐨𝐧'𝐭 𝐤𝐧𝐨𝐰 𝐭𝐡𝐞 𝐰𝐚𝐲 𝐲𝐨𝐮 𝐭𝐚𝐬𝐭𝐞.. ...