Three

1.6K 240 21
                                    

"Jika sudah bersama, lantas setelahnya apa? Menunggu waktu untuk menghancurkan kita?"

Netra (e/c) itu kembali tertutupi kain hitamnya. Lucas sama sekali tak mempermasalahkannya. Yang penting wanita itu tak kabur darinya lagi itu sudah cukup baginya.

Kini sang pujaan hati tengah mengobrol santai dengan sang kaisar tirani, mengobrol santai berkedok introgasi.

"Jadi kau keturunan terakhir (Lastname)?" Kaisar tirani bertanya sembari menyesap secangkir teh hangatnya.

Wanita itu mengangguk, tak menyembunyikan kebenaran yang ada.

Lucas dan Athy menyimak dari balik semak-semak, sama-sama menguping ceritanya.

"Aku pernah dengar sedikit, katanya keluarga (Lastname) itu adalah salah-satu keluarga yang mendambakan kesempurnaan kan? Katanya jika ada salah-satu dari keturunan mereka yang cacat akan dilenyapkan, benarkah begitu?" Tanya Athy kepo. Sebenarnya dia tau dari lintas balik memori Lucas dalam novelnya, dimana diceritakan sedikit tentang Lucas yang jatuh cinta pada gadis yang berasal dari keluarga itu, sayangnya gadis itu mati terlebih dahulu sebelum Lucas menyatakan cintanya.

"Ku pikir kau tak tau tentang sejarah, tau juga sepertinya meski sedikit." Lucas mengulas senyum tipis.

"Tapi keluarga itu sudah lama lenyap karena perebutan hak waris serta keturunan mereka yang habis saling membantai satu dengan yang lainnya, tak peduli mau itu bayi, anak-anak, wanita ataupun orang dewasa." Jelasnya.

"Lalu kenapa (Name) bisa selamat?"

"Dia punya kemampuan khusus dimana dia bisa melihat kepingan masa depan, karena tau akan ada pembantaian ia kabur lebih dulu." Tambahnya.

"Wahh~ keren banget!! Aku juga mau punya kemampuan seperti itu!" Netranya berkilauan, jelas sekali sangat kagum dengan kemampuan wanitanya Lucas.

"Tapi dia tak pernah mau memiliki kemampuan seperti itu." Lucas mengulas senyum tipis teringat akan masa lalu tentang (Name) yang selalu mengeluh padanya dulu.

Dahinya mengernyit heran, bukankah mengangumkan jika bisa melihat masa depan? Maksud Athy, kita bisa lebih siaga gitu kalo emang terjadi sesuatu nanti, ya kan?
"Maksudmu?"

Bukannya menjawab, penyihir jenius itu memilih menyimak kembali percakapan antara kaisar tirani dengan pujaan hatinya itu.

"Bukankah umurmu sepadan dengan Lucas?" Tanyanya lagi.

Anggukan kembali dilayangkan.

"Berarti kau melakukan semacam transaksi panjang umur?"

Wanita itu terdiam enggan untuk menjawab.

"Aku tau ini agak privasi, tapi ini menyangkut keberadaanmu di istana."

Sang gadis menunduk, menggigit bibirnya sendiri bingung. Haruskah ia bercerita?

"Mungkin.." Jedanya, dirinya sendiri juga tak begitu yakin. Beratus tahun hidup bukan waktu yang sedikit, meski otaknya terbilang lumayan. Namun, mengingat hal sedetail itu mana mungkin ia bisa.

"Ah aku mengerti, tak semua hal patut diceritakan kan?" Kaisar tirani itu tersenyum tipis seraya menikmati hembusan angin yang menerpa kulit wajahnya. Dirinya cukup peka dengan keadaan yang ada.

*****

"Mengapa kau mau bertransaksi denganku?"

"Aku ingin terus melihatnya, meski tak bersama tapi aku ingin selalu melihatnya."

"Wah ambisi yang kuat, aku suka itu.. Padahal kau tau bahwa takdirmu tidak terikat dengannya, haha! Mengingatkanku pada seseorang juga. Baiklah ku terima tawaranmu."

𝐂𝐑𝐎𝐌𝐔𝐋𝐄𝐍𝐓 [𝐋𝐮𝐜𝐚𝐬𝐱𝐘𝐨𝐮𝐱𝐎𝐂]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang