"Mau berapa kalipun kau ada di setiap waktu tak bisa memungkiri bahwa kau hanyalah sebuah wadah yang gagal."
"Kenapa hanya aku yang dihakimi?"
"Karena sedari awal kamu tidak pernah tegas dengan pilihanmu sendiri."
*****
Raga merasa tertimpa suatu benda yang berat, helaian surainya pun turut menganggu tidur nyenyaknya. Sekon kemudian jiwa perlahan masuk kembali dalam raga yang sempat kosong itu.
"Nghh.." Dirinya mengerang, netra (e/c) itu terbuka menyelidiki sekitar yang masih terlihat buram. Otak tengah memproses hal yang terjadi sedangkan raga tengah dalam proses mengumpulkan nyawa.
Dirinya terkesiap kala memori semalam menyergap mendobrak masuk tanpa diminta.
Netranya menelisik sekitarannya, lalu fokusnya beralih pada lengan kekar yang memeluk erat dirinya.
Dadanya bergemuruh hebat bukan pertanda perasaan yang namanya cinta, melainkan rasa marah yang membeludak ingin segera dilampiaskan.
Fokusnya beralih pada piyama urak-urakan sang tuan, menatap tajam manik yang tertidur lelap itu lalu meringis kala maniknya melihat bekas gigitan serta noda darah yang mengering pada leher sang tuan. Tulang selangkanya pun dihiasi beberapa memar keunguan, sangat kontras dengan kulit pucat milik putra mahkota.
Apa-apaan posisi tidur mereka? (Name) menindih pria itu semalaman penuh dengan kondisi pria itu memeluk erat dirinya, apa tidak pegal itu?
Merasa seseorang memerhatikan, netra sebiru langit itu perlahan terbuka. Ikut serta memandangi manik yang tengah menatap dirinya tajam. Senyum tipis diperlihatkannya.
"Apa yang kita lakukan kemarin malam?" Tanya sang puan dengan nada bicara menuntut, pasalnya yang diingatnya hanya sekilas. Hanya bagian saat dirinya mendorong bahu putra mahkota hingga terlentang diatas kasur.
"Menurutmu?" Putra mahkota memandangnya jail, lalu netra sebiru laut yang semua memerhatikan wajah ayu (Name) itu turun memerhatikan dalaman bewarna merah yang dipakai sang puan.
"Jaga pandanganmu!" Netra sang jelita menatap tajam putra mahkota yang menatap dirinya datar.
"Untuk apa? Toh kita bakal menikah." Jemarinya berpindah memegangi leher mulus milik sang puan, memajukkan wajahnya lalu melumat lembut leher sang puan hingga tercipta sebuah tanda kemerahan.
(Name) masih diam membeku tak merespon.
"Kau bercanda kan?""Hm? Aku tidak pernah bercanda mengenai pernikahan." Jawabnya frontal.
Bahu wanita itu bergetar hebat, kesalahan apa lagi yang telah diciptakannya kini? Sesulit itu ya untuk hidup berdampingan dengan pujaan hatinya. Detik itu (Name) tau bahwa jarak yang semula telah terbentang kini makin meluas hingga tak menampakkan dirinya dengan sang tuan.
"Bagaimana bisa?"
"Kemarin kau menyerangku, menindihku diatas kasur. Baju kita sama-sama berantakan, kaisar dan permaisusi melihatnya—"
"—Termasuk kekasihmu itu." Senyum miring ditampilkannya. Netra (Name) membulat merasa nyeri dibagian dadanya.
"Menurutmu apa isi pikiran mereka? Kau mau mengelak dengan mengatakan semuanya salah paham? Terlambat, mereka melihatnya tepat saat kau—"

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐑𝐎𝐌𝐔𝐋𝐄𝐍𝐓 [𝐋𝐮𝐜𝐚𝐬𝐱𝐘𝐨𝐮𝐱𝐎𝐂]
Подростковая литература╰┈➤ɪᴍᴀɢɪɴᴇ ʏᴏᴜʀ ʜᴜʀᴅʟᴇꜱ ɪɴ ᴘᴜʀꜱᴜɪᴛ ᴏꜰ ʏᴏᴜʀ ʟᴏᴠᴇ. ๑┈•✦✦•┈๑ 𝐘𝐨𝐮 𝐬𝐚𝐲 𝐰𝐞'𝐫𝐞 𝐣𝐮𝐬𝐭 𝐟𝐫𝐢𝐞𝐧𝐝𝐬, 𝐁𝐮𝐭 𝐟𝐫𝐢𝐞𝐧𝐝𝐬 𝐝𝐨𝐧'𝐭 𝐤𝐧𝐨𝐰 𝐭𝐡𝐞 𝐰𝐚𝐲 𝐲𝐨𝐮 𝐭𝐚𝐬𝐭𝐞.. ...