Sixteen

979 73 25
                                    

Beberapa hari kemudian.
Kini Jihan sedang menunggu Hans keluar dari kamar mandi, Mereka kini sedang membersihkan diri dan pergi untuk tidur. Selesai Hans keluar dari kamar mandi kini giliran Jihan untuk membersihkan dirinya. Tak butuh lama, Jihan pun berjalan kemeja rias, untuk membersihkan wajahnya. Hans pun pun kini sedang berbaring ditempat tidur dengan merentangkan kedua kakinya agar Jihan tidak tidur kasurnya, karena beberapa hari setelah menikah Jihan selalu tidur dikamar Aqilla. Dan kini hans tidak ingin dia tidur satu kasur. Hans pun terus saja mematikan lampu dari lampu tidur agar Jihan pergi dari meja rias, namun dihidupkan kembali oleh jihan dari tombol lampu. Jihan membereskan pakaian hans yang dia pakai tadi, layaknya seorang istri. Ia pun mengambil bantal, dan selimut lalu ia tidur disofa. Jihan pun mematikan lampu dan mematikan telivisi yang ditonton oleh Hans, hans pun menghidupkan kembali lampu, dan memencet tombol on diremot tidur tapi tidak menyala karena televisi dicabut oleh Jihan. Hans pun menyalakan kembali, lalu kembali berbaring dengan menatap Jihan kesal. Hans membesarkan volume suaranya yang membuat jihan terganggu olehnya.

"Hans tolong, aku besok ada pembedahan diklinik. Aku harus tidur" ucap Jihan dengan mendongakkan kepalanya agar bisa melihat hans.

"Itu pembedahan lo, dan ini kamar gw" ucap Hans fokus pas tontonannya.

"Maaf?" Ucap Jihan,

"Lo ga ngerti perkataan gw, kalo lo mengantuk pergi saja ke ruang depan, gw ingin menonton pertandingan ini sampai selesai" ucap hans dengan santai.

"Ck..Ini tidak adil" ucap Jihan dengan pelan.

"Gw pulang kerumah udah lelah, inilah cara gw untuk bersantai. Jangan ambil ini dari gw" ucap Hans

"Aku ga ngambilnya darimu, aku harus bekerja besok pagi." Ucap Jihan

"Karena itu pria bijak selalu berkata, televisi lebih baik dari pada seorang istri, dia bisa dimati nyalakan oleh remot tetapi istri tidak bisa seperti itu, gw sarankan lo tidur diteras aja." Ucap Hans, Jihan pun menghela nafasnya lalu memilih mengalah. Ia pun mengambil penutup mata dan menutup telinganya dengan bantal. 10 menit kemudian Hans pun melihat Jihan tidak bergeming lagi.

"Gw rasa dia sudah tidur" ucap hans lalu beranjak pergi kekamar mandi karena ia menahan untuk pipis🤣.

Jihan yang tadi masih belum tidur ia hanya pura², lalu beranjak mematikan lampu dan matikan televisinya dan ia menyembunyikan remot dibawah bantalnya. Hans pun kini sudah selasai dengan urusannya, ia melihat lampu dan televisinya sudah mati. Dan hans mencari remotnya, dia melihat remot dibawah bantal Jihan lalu ingin mengambilnya namun dengan cepat Jihan berbalik badan  untuk menutupnya badannya.

"Haloo... Halooo.." ucap Hans memberantakan rambut Jihan, hans pun terduduk dikursi meja rias dengan kesal.

"Kenapa gw harus menikah, ini adalah efek samping dari pernikahan. Pria tidak bebas lagi menonton pertandingan dirumahnya." Ucap Hans dengan kesal

"Eeeehh putri tidur!" Ucap hans lalu ia pergi tidur. Jihan yang masih belum tidur ia mendengarkan gerutukan hans lalu ia tersenyum tipis.

*****

Kini Jihan selesai melakukan pembedahan. Dan ia sedang menyiapkan tes DNA hans kepada Aqilla. Ia tahu kenapa hans begitu sangat marah saat itu. Ia pun kini sudah mengambil rambut hans yang ada di sisir.

"Ji lo mau kemana? Buru² banget?" Tanya sari

"Aku mau ngambil hasil tes DNA" jawab Jihan, sari pun mengernyitkan dahinya

"Tes DNA?" Tanyanya bingung

"He'em, aku juga ga tau hans menganggap Aqila itu bukan putrinya." Ucap Jihan dengan lemah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UNTUK AQILLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang