14 hari berlalu, kini Hans dan keluarganya masih sibuk untuk kasus hak asuh Aqilla. Kini di ruangan sidang dimana pengacara Hans dan pengacara Shinta berdebat. Dimana kel. Pak Taufik dan Kel. Pak Habibi sudah ada di pihak Hans. Tetapi tidak dengan Jihan yang sedang duduk disebrang tempat keluargnya duduk. Karena Shinta yang meminta Jihan untuk bersamanya, Jihan sudah menolaknya tetapi Shinta mengatas namakan Aqilla. Jihan pun tidak bisa menolaknya."Kalian pasti pernah lihat di telivisi, seorang anak tumbuh besar tanpa kasih sayang anaknya, apakah anak itu tidka berhak mendapatkan kasih sayang dari ibunya." Ucap pengacara Shinta.
"Tunggu dulu, Ibu apa jaminannya bahawa anak ini mendapatkan kasih sayang ibunya saat ini." Ucap Rio.
"Tunggu dulu Pak Rio, silahkan duduk." Ucap Ibu Hakim. Keduanya pun duduk
"Saya sudah mengdengar dari kedua pihak bahwa anak ini akan bahagia hidup bersama siapa? Saya tidak bisa memutuskan masa depan anak yang tidak bersalah berdasarkan pertikaiaan dan pertengkaran orang tuanya. Penggadilan akan memaanggil anak tersebut dan penggadilan akan bertanya dia akan tinggal bersama siapa. Panggil anak itu." Ucap Ibu Hakim.
"Aqilla cucuku, lihat saja dia akn tinggal bersamaku." Ucup ibu danastri dengan sendu.
"Bawa Aqilla, dan pastikan dia mengatakan Hal yang tepat." Ucap Jerome membisikan Shinta, Shinta pun berdiri memanggil Aqilla.
"Aqilla sayang, beritahu semua orang kalau kamu ingin tinggal bersama Mama." Ucap Shinta membisikan ditelinga Aqilla yang sedang ia gendong. Shinta pun menurunkan Aqilla ditempat yang sudah disediakan dan kembali duduk disebelah jerome.
"Kasian dia, mereka menempatkan anak sekecil itu didepan semua orang. Anak yang malang bagaimana ia akan memilih antara ibu dan ayahnya." Guman Jihan menatap sendu gadis kecil polos itu.
Aqilla pun melihat ke arah Jihan, Jihan mengisyaratkan untuk tidak bersedih dan untuk tersenyum. Aqilla pun tersenyum tipis.
"Sayang siapa namamu?" Tanya ibu hakim
"Aqilla" jawabnya dengan menunduk
"Sayang apa kamu tau, kenapa kamu ada disini?" Tanya ibu hakim Aqilla pun menjawab dengan menggelengkan kepala.
"Baiklah, ibu akan menanyakan kamu mau tinggal dengan ayahmu atau ibumu, diantara mereka berdua kamu mau tinggal dengan siapa? Tanya ibu hakim, Aqilla pun menunduk menangis kecil ia masih diam
"Kamu tidak perlu takut sayang, katakan kamu mau tinggal dengan siapa?" Tanya ibu hakim dengan lembut.
"Ak-aku ma-u tinggal dengan Tante Jihan." Ucap Aqilla dengan berbata-bata. Orang-orang pun membelalakan matanya terkejut dengan jawaban Aqilla yang memilih untuk tinggal bersama Jihan. Jihan pun meneteskan air mata, ia tidak tau mengapa Aqilla lebih memilihnya.
"Siapa Jihan?" Tanya Ibu Hakim, Jihan pun berdiri dengan tubuh bergetar.
"Sa-saya Jihan." Jwabnya dengan suara menahan tangis.
"Silahkan kamari." Ucap Ibu Hakim dan menyuruh Jihan berdiri disebrang tempat Aqilla berdiri. Jihan pun menurutinya lalu berjalan. Jihan pun melihat Aqilla yang sudah menangis.
"Saya Dr. Jihan Ghayda, saya tetangganya Aqilla." Ucap Jihan dengan air mata yang sudah membendung
"Apa hubunganmu dengan Aqilla? Mengapa ia ingin tinggal bersama anda?" Tanya ibu hakim, Jihan pun menatap Aqilla yang masih menangis entahlah ia merasakan sedih saat Aqilla menangis.
"Dr.Jihan, Saya bertanya apa hubunganmu dengan Aqilla?" Tanya ibu hakim.
"Hubungan saya dengan Aqilla, entahlah saya juga tidak tau. Dari pandang Hukum saya bukan keluarganya, dan dari pandang sosial saya juga bukan keluarganya. Saya bukan yang melahirkannya, saya bukan ibunya, saya bukan tantenya, ataupun kakaknya. Saya bukan siapa-siapanya, saya bukan merawatnya. Dan tapi anda tau, hariku diawali oleh Aqilla dan berakhir dengan Aqilla. Hidupku seputar dengannya, saya selalu mengkhawatirkannya, dimana dia, sama siapa dia dan apa pekerjaanya. Sa-saya selalu cemas dengan keadaannya, apakah dia selalu diberikan makanan kesukaanya dia atau tidak, atau dia dibacakan dongeng sebelum dia tidur. Saya akan tersenyum jika dia tersenyum, dan air mata akan menetes jika melihat dia menangis, saya merasa sedih disaat ia harus memilih antara ibu atau ayahnya. Dimana mereka memikirkan caranya memenangkan atau kekalahan mereka dan melupakan kebahagian Gadis kecil itu saya tidak menyukai semua ini. Sa-saya tidak bisa menjelaskan hubungan ini, apa yang harus saya sebutkan karena hubungan ini tidak punya nama. Tapi karena hubungan ini ada yang menyebutku dengan nama tidak punya anak dan sebagian juga menyebutku dengan pencuri, atau penculik dan wanita yang putus asa. Tetapi saya tidak menggangapnya penting, karena bagi saya kebahaian Aqilla adalah yang sangat penting bagi saya. Iya saya mengakui hubungan antara saya dan Aqilla sangat sulit dijelaskan, saat saya lihat dia bertanya-tanya karena pertengkaran kedua orangtuanya saya bisa melihatnya dimatanya dan disaat ia datang dan menangis saya dengan cepat menghapus air matanya dan ia langsung tersenyum dan saat itu saya tau bagaimanan menghadirkan senyum diwajahnya. Dan hari ini saat ia memutuskan keputusaannya saya bingung, saya hanya bisa menyaksikannya saya bukan siapa-siapanya. Tapi disini saya mengajukan sebuah permintaan, bahwa kalian ingin menangkan ini maka berjuanglah untuk kebahagiannya buatlah keputusan yang membuat dirinya bahagia. Karena rasa takut dan air mata tidak pantas baginya, dia akan cantik jika sedang tersenyum. Dan situ saya Mohon pertimbangkan permintaan saya." Ucap Jihan dengan air mata yang terus menggalir, ia teringat saat pertama kali bertemu dengan Aqilla. Yang lain hanya diam menatap Jihan yang terus menangis menjelaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTUK AQILLA
Fiksi Remaja"tante mau kan jadi ibu aku". Ujar Aqilla kepada Jihan...... "Maaf sayangg, tante ga bisa." Jawab Jihan lalu mengusap kepala Aqilla dengan lembuatt