Two

650 58 3
                                    










Kini Jihan telah sampai diklinik, dia sudah disambut oleh satpam.
"Pagi bu." Sapa satpam dengan senyum.

"Pagi pak, oh iya Sari dan laura sudah ada didalam?" Tanya Jihan ke Pak Bram satpam kliniknya.

"Sudah bu, mba Sari dan mba Luara sudah sampai dari tadi. Dia bilang dia nunggu diruangan Ibu." Jawab Pak Bram yang menjelaska. Dan dianggukkan oleh Jihan.

"Ya sudah, saya masuk dulu ya pak permisi." Ujar Jihan Lalu pergi keruangannya.

Diruangan Jihan melihat Sari yang sibuk dengan ponselnya sedangkan Luara tidak tau dimana, mungkin sedang ditoilet. Sari dan Laura adalah Sahabat Jihan dari SMA dulu, mereka adalah orang yang baik, selalu mendukung, selalu ada disaat Jihan butuh teman. Dan sekarang Sari juga sekarang jadi sekretaris Jihan, sedangan Laura dia mengurus Bisnis Papanya.

"Hayyy." Sapa Jihan ke Sari yang tidak memperhatikan Jihan yang sudah berada diruangan.

"Oh hayyy,, sorry gua ga tau kalo kamu udah sampe." Jawab Sari yang cengengesan dan meletakan ponselnya dalam tas.

"Katanya sama Laura, kemana dia?" Tanya Jihan yang tidak melihat keberadaan teman satunya lagi.

"Nahh tuuu orangnya." Jawab Sari sambil menunjuk ke Laura yang baru saja keluar dari toilet.

"Jihan.........." Teriak Laura lalu berlari dan memeluk Jihan.
"Kangen bangetttttttttt udahh lama ga ktemu." Lanjutt Laura sambil mengeratkan pelukannya ke Jihan hingga Jihan sulit bernafas

"Lauraaaaaaaa... Le-lepasiiii akuu ga bisa nafassss." Protes Jihan ke Laura karna terlalu pelukannya, lalu mendorong pelan tubuh Laura. Sari yang melihatnya terkekeh karna tingkah Laura yang memeluk sahabatnya hingga ingin menghilangkan nyawa sahabatnya.

"Kalian tunggu disini ya, aku mau menemui pasienku dulu." Kata Jihan kepada kedua Sahabatnya, lalu memakai almamater sangat sedikit besar dari tubuh Jihan dan meninggalkan kedua sahabatnya.

Diruangan praktek, Jihan melihat anak kecil yang terus menangis karna menahan rasa sakit giginya.

"Pagi buk, maaf sudah menunggu." Kata Jihan kepada Ibu dari anak tersebut.

"Gapapa dok." Jawab Ibu dengan ramah
Lalu Jihan meriksa keadaan anak laki-laki tersebut yang terus menangis, yang membuat Jihan merasa sedih. Dia tidak bisa melihat anak kecil yang menangis.

"Tahan yaa, ini ga terlalu sakit kok." Ucap Jihan yang ingin menyuntikan obat penghilang rasa nyeri dimulut anak tersebut karna Jihan harus mencabut gigi anak tersebut karna sudah terlalu parah, kalo dibiarkan akan lebih sakit lagi.

"Ini bu, resep obat yang harus ibu beli. Ini diminumnya sesudah makan, dan sebelum tidur, dan kalo ini diteteskan kalo sedang nyeri aja ya bu." Ucap Jihan menjelaskan resep yang harus diminum, lalu memberikan kertas resep obat ke Ibu tersebut.

"Makasi dok, kalo begitu saya permisi." Jawab Ibu tersebut, lalu pergi kebagian Administrasi.

Jiihan yang masih duduk dikursinya, lalu dia teringat ucapan Papanya tadi pagi untuk menanyakan soal pernikahannya dengan Alex. Lalu dia mengambil ponsel yang ada disaku Bajunya. Dan menelpon Alex.

"Hallo sayang,, kenapa sayang, kamu gapapa kenapa pagi-pagi udah nelpon?" Tanya Alex disebrang sana dengan rasa khawatirnya

"Hallo sayang, ini aku mau nanya soal pernikahan kita. Kita kan udah ga lama lagi mau nikah, kata papa acaranya siapa yang ngurus, kamu atau aku." Jawab Jihan menjelaskan kepada pacarnya.

"Ohh ituu, aku kira ada apa. Kamu buat aku khawatir aja." Jawab Alex lalu menghembuskan nafasnya krna khawatir kepada calon istrinya yang pagi-pagi udah nelpon

UNTUK AQILLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang