Alisa menjatuhkan kantung belanjaan yang sedang dia bawa. Seketika menegang melihat lelaki itu; Jovial, sedang berdiri di depan pintu rumahnya sembari tersenyum manis kearahnya.
"Hello sugar, long time no see". Sapa pria itu masih dengan senyuman yang terpatri di wajahnya.
"Kak Jo, Why you here". Gumam Alisa pelan. Tubuhnya masih berdiri kaku menatap lelaki yang berdiri dengan jarak beberapa langkah di depannya.
"Something was left behind. It's mine, So— I'll take it back". Ujar Jovial tenang. Pendengaran lelaki itu cukup tajam untuk menangkap gumaman wanita dihadapannya yang nyaris terdengar seperti bisikan.
Perlahan tungkai panjangnya berjalan mendekati Alisa, mengambil kantung belanja milik wanita itu yang tergeletak dengan cara elegan.
Sementara Alisa berdehem pelan. Mengepalkan tangannya kuat-kuat, berusaha untuk tenang.
"Terus kenapa kerumahku? Aku nggak pernah ngambil apapun dari kamu. Jadi tolong pergi, karena apa yang kamu cari gak ada disini". Ucap Alisa merebut kembali kantung belanjaan miliknya secara cepat.
"That 'something' is here, standing in front of me". Jovial mengikis jarak keduanya, mencoba memegang sebelah tangan Alisa namun wanita itu dengan sigap menghindar, semakin memundurkan langkahnya.
"Kamu ngelantur. Mendingan pulang aja deh kak, aku gak mau bikin tetangga jadi salah paham".
Jovial tertawa pelan, kenapa wanita didepannya ini terlihat sangat menggemaskan? Bahkan saat sedang panik seperti sekarang ini.
"Kita udah lama nggak ketemu, kamu nggak mau sambut aku gitu? Mungkin dengan satu pelukan atau dua ciuman".
Alisa menghentikan langkahnya. Membuat pandangan keduanya bertemu, ada banyak kerinduan di dalamnya. Tapi Alisa jelas menutup hatinya untuk mengakui kebenaran itu.
"Nggak ada sambutan apapun buat kamu. Jadi lebih baik kamu pergi dan gausah kesini lagi".
Alisa mengeratkan genggaman pada kantung belanjaannya, tangannya gemetar. Jovial— pria didepannya ini terlihat baik-baik saja, tanpa tau seberapa banyak hal buruk yang sudah dilaluinya.
"Hey, bukan gitu cara nyambut teman lama—
Jovial menarik tangan Alisa dengan cepat, membawa wanita cantik itu kedalam dekapannya.
"Aku rindu banget sama kamu. Delapan tahun belakangan rasanya berat banget, aku nggak bisa ketemu kamu, dan nggak tau kabar apapun tentang kamu. Tiap hari aku cuma bisa ngobrol sama foto kamu kayak orang sinting".
Alisa ingin memberontak, tapi entah kenapa rasanya seluruh syaraf nya seperti mati rasa. Hanya air matanya yang mulai menetes perlahan.
Jovial melepaskan pelukan sepihak nya. Membuat sedikit jarak, namun tetap membiarkan tangannya melingkar manis di pinggang Alisa.
"A, aku– aku nggak tau harus mulai dari mana. Ada banyak hal yang harus aku jelasin ke kamu, jadi tolong dengerin aku dulu. Oke? ".
****
Jam di dinding kamar sudah menunjukkan pukul sembilan malam lebih, tapi wanita bersurai panjang itu belum juga beranjak dari balkon kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, PAPA!
FanfictionXabiru tidak tahu apa itu definisi seorang papa. Siapa yang harus dia panggil papa? Atau dimana papanya berada. Itulah pertanyaan yang selalu bersarang di otak kecil bocah delapan itu. Namun jauh dari itu, Xabiru merasa dia tidak membutuhkan sosok s...