BAB XIV

90 19 0
                                    

Sesuai perkataanya kemarin malam, hari ini Andrio tengah menghadiri acara pertunangan rekan sesama dokternya; Bastian. Dan yaa, ia di dapuk sebagai pembawa acara dalam acara sakral tersebut.

"Andrio?!".

Yang dipanggil segera berbalik. Cukup terkejut ketika mengetahui siapa sosok yang memanggilnya.

"Anya? Hai!". Sapa Andrio. Pria tampan itu menghampiri Anya yang masih melambai kepadanya.

"Disini juga?". Lanjutnya.

"Iya, kebetulan Sherly itu temenku waktu kuliah. Uhm— kamu kesini sendirian atau.....?". Tanya Anya ragu. Matanya mengedar mencari-cari, siapa tau pria didepannya ini membawa gandengan.

"Yeah. Gak ada perempuan yang mau di gandeng, jadi sendirian aja deh". Andrio menggaruk ujung hidungnya yang tak gatal.

Keduanya tertawa canggung, namun Anya dengan cepat kembali berucap.

"Stop joking, Andrio. I think bukannya gak ada perempuan yang mau, tapi mungkin kamu yang nggak mau gandeng mereka". Kelakar Anya.

"Ya karena yang mau saya gandeng itu kamu". Jerit Andrio dalam hati.

"Oh? Atau jangan-jangan yang dibilang sama Alisa itu beneran yaa?!". Anya menutup mulutnya dengan kedua tangan, lalu menatap Andrio horor.

"Apa?". Andrio mengerutkan keningnya.

"You gay". Jawab Anya polos.

Andrio seketika tercengang. Woah, Alisa benar-benar adik sialan!

Menghela nafas berat. "Don't you see? I'm normal. Saya suka perempuan kok". Tegas Andrio. Bisa-bisanya dikira gay oleh perempuan yang dia sukai.

"Oke oke, maaf. Makanya cepetan cari pasangan biar gak dikira belok". Anya tertawa renyah, mengabaikan raut pria dihadapannya yang nampak masam.

"Terus kamu? Pasti dateng kesini sendirian juga kan? Gak usah ngatain saya, kita nggak sedekat itu, tau". Andrio mendengus melihat Anya yang masih asik cekikikan, seolah hari ini adalah pertama kalinya perempuan itu bisa tertawa.

"You wrong. Saya mau sombong karena saya dateng kesini sama someone special". Perempuan cantik itu mengerling.

"Gak usah bohong. Emang ada laki-laki yang mau sama kamu? Dan— kalau beneran ada saya tebak dia pasti udah hilang akal. Hehehe....".

Bukankah Andrio tengah mengatai dirinya sendiri?

"Sembarangan! Nih liat, dia bahkan udah lamar saya. We're getting married soon". Ujar Anya congkak, memamerkan cincin berhiaskan berlian yang melingkar di jari manisnya.

"Palingan juga itu cincinnya kamu beli sendiri, lagian jaman sekarang cewek-cewek kan emang hobi pakai cincin".

Mendengar ucapan Andrio membuat Anya rasanya ingin sekali menutup mulut mantan tetangganya itu dengan uang. Dari dulu Andrio selalu saja menyebalkan!!

Namun sayangnya niat itu tak berlangsung lama karena kehadiran sosok laki-laki yang tengah menjadi bahan perbincangan.

"Sayang".
.
.
.

Hening.

.
.
.

Andrio menghentikan tawanya ketika matanya menangkap sosok tegap dan tampan berdiri tepat disamping Anya, bahkan tangan pria itu tak segan untuk merangkul pinggang Anya.

"Mas....." Anya menoleh, balas menatap pria di sebelahnya dengan senyum manis.

"Umh.... Kenalin, ini Andrio— dulu kita tetanggaan waktu di Bandung. Dia om nya Xabiru, mas". Beritahu Anya, sedikit mendongak menatap sang tunangan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hello, PAPA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang