BAB XI

197 32 0
                                    

"Jen? Kesambet apasih tiba-tiba ngajak ngopi kayak gini".

"Mana dari tadi ngelamun terus, lagi". Juan berdecak, ia sudah menghabiskan dua gelas kopi sembari memperhatikan sepupunya; Jeny yang terus saja melamun seperti orang linglung.

"Kenapa? Damian udah ketemu sama mantan terindah nya itu yaa, maka nya lo jadi merana kayak gini?". Tanya Juan santai.

Namun pertanyaan itu malah dibalas anggukan pelan oleh Jeny. Tidak sesuai ekspektasi, padahal Juan hanya iseng saja bertanya begitu.

Sontak membuat lelaki dengan setelan santai itu menoleh kaget, hampir menyemburkan kopi yang baru saja ia seruput.

"Alisa". Ucap Jeny pelan.

"Huh?".

"Mantan pacarnya Damian itu Alisa".

Brush!!

Juan akhirnya benar-benar menyemburkan kopi nya.

"Alisa siapa, jangan bilang kalau Alisa yang itu?!". Pekik Juan keras.

"Uhm, menurut lo Alisa ada berapa?".

"Ya bisa aja Alisa yang lain, kan? Orang yang namanya Alisa banyak kali Jeny".

Jeny menggeleng. "Damian sendiri yang bilang ke gue. Kemarin malem— dia kayaknya nemuin Alisa, terus pulang-pulang Damian mabuk dan ngoceh nggak jelas soal Alisa".

Jeny menghela nafas. "Mereka gak ketemu hampir delapan tahun dan baru ketemu lagi belum genap seminggu ini, tapi Damian udah banyak berubah. Gue jadi merasa gak percaya diri bahwa sebenarnya gue udah berhasil dapetin cintanya Damian".

"Gue ngerasa kalau Alisa tuh punya pengaruh yang besar banget buat Damian. I know, Alisa bukan cinta pertamanya Damian tapi gue pikir cintanya pacar gue itu udah habis di Alisa. Kayak– sama gue ini cuma menjalani hidup aja gitu".

"Kalau aja waktu itu Alisa bilang bahwa dia hamil, mungkin aku sama dia masih bisa sama-sama sampe sekarang".

"Aku bakalan tanggung jawab, Jen!".

"Gak perduli anak siapa yang dia kandung, aku akan terima".

Perkataan Damian kemarin malam kembali berputar di kepala Jeny bagaikan kaset rusak.

Wanita bermata kucing itu merasa takut jika Damian akan meninggalkan dirinya demi bersama Alisa.

Puk!

Tepukan pelan dipunggung tangannya membuat Jeny tertarik dari lamunannya.

"Jangan mikir yang aneh-aneh, gue yakin Damian cinta sama lo. Soal dia dan Alisa— itu kan cuma masa lalu, Alisa gak akan ngambil Damian dari lo". Ucap Juan meyakinkan.

Namun dalam hati Juan juga sedang mengasihani dirinya sendiri. Bagaimana jika akhirnya Alisa memilih Damian untuk menjadi ayah sambung bagi Xabiru? Gak ada yang tahu hati manusia kan, hari ini bilang gak mau mungkin aja besoknya jadi mau banget.


****

"Masss?!". Alisa menerjang Andrio dengan pelukan erat, bergelayut di tubuh sang kakak seperti anak monyet begitu melihat sosok kakaknya itu berdiri di depan pintu rumah dengan segaris senyum yang bersahaja.

Hello, PAPA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang