BAB VIII

228 30 1
                                    

Noted: flashback.

Jakarta, Mei 2011.

Alisa menatap langit kamar dengan pandangan menerawang. Hari Minggu seperti ini biasanya akan gadis itu habiskan untuk jalan-jalan ataupun menonton film sampai ketiduran bersama Jovial.

Namun sekarang tidak lagi. Setelah kejadian beberapa bulan yang lalu hubungannya dan Jovial menjadi agak renggang, atau ini hanya perasaannya saja? Karena sudah terlalu terbiasa dengan kehadiran Jovial.

Omong omong pemuda itu sudah resmi berpacaran dengan Kirana, dan Alisa sendiri masih berusaha menimbun semua rasa sukanya terhadap Jovial.

Ting!

Notifikasi dari ponselnya membuat Alisa tersentak, tangannya bergerak mengambil ponsel yang diletakkan di atas nakas.

📩Kak Ian🏀

Udah bangun belum cantik? Keluar bentar, bisa?
Aku dibawah lagi ngobrol sama ayahmu.

Alisa langsung bangkit dari rebahan nya. Matanya melebar, membaca sekali lagi satu persatu kalimat yang dikirim oleh Damian.

Sebelum akhirnya dengan langkah tergesa gadis itu berjalan keluar kamar. Dan benar saja di ruang tamu sudah ada Damian yang tengah mengobrol bersama sang ayah ditemani dua cangkir teh yang asapnya masih mengepul.

"Itu dia anaknya. Cantik ayo sini, pacarmu udah nungguin dari tadi lho". Ayah yang menyadari keberadaan Alisa segera memanggil sang anak gadis yang masih bengong di undakan tangga.

Sementara Damian sibuk mengulum senyumnya, Alisa terlihat jutaan kali lebih menggemaskan dengan rambut berantakan dan juga baju tidur bergambar Tom and Jerry itu. Dan, jangan lupakan muka bantal nya yang ditekuk, itu adalah point penting untuk diingat oleh Damian.

"Pagi ayah". Sapa Alisa pelan. Dalam hati ia ingin meraung-raung karena kehadiran Damian yang sangat mendadak dan juga label "pacar" yang di sematkan oleh ayahnya.

"Pagi juga cantik...."

Ayah menoleh kilas, menatap Damian yang tengah menyesap teh.

"Pacarmu nggak di sapa?". Tanyanya kemudian, mengerling kepada Alisa.

Alisa ingin sekali menyangkal perkataan ayahnya, tapi apalah daya. Mulutnya masih bau jigong jadi akan berakibat fatal jika dia terlalu banyak bicara.

"Pagi, kak Ian". Ucapnya sangat pelan.

"Pagi juga Alisa". Balas Damian tersenyum manis.

"Alisa, cantik.... Duduk sini, deh. Temenin ayah ngobrol sama Mas Ian". Ayah menepuk space kosong disebelahnya.

"Tapi Alisa belum mandi ayah. Ayah aja yang ngobrol sama dia". Ujar gadis itu setengah merajuk.

"Ohh- anaknya ayah malu, yaa? Yaudah, mandi dulu sana. Nanti turun lagi kalau udah wangi". Titah ayah.

Alisa mengangguk lucu, sebelum berlari menaiki tangga menuju kamarnya.

Hello, PAPA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang