BAB VI

385 43 5
                                    

Helaan nafas kembali terdengar, Rosalin yang sedang mengganti channel TV secara acak sontak mengernyit heran.

Menyentuh puncak kepala Xabiru pelan. "Kenapa? Dari tadi kayaknya gelisah banget, laper ya?".

"Laper plus bosan dicampur jadi satu Tante. Hasilnya Biru jadi ngerasa laper banget". Bocah itu mengelus perutnya dramatis. Padahal tadi pagi dia sudah sarapan dengan nasi goreng dan juga bakso aci sebagai dessert katanya gitu.

"Jam segini enaknya makan kaefci nih tante. Atau nasi Padang juga boleh". Ucap Xabiru riang, sebenarnya itu kode untuk tante Alin. Maksudnya— Biru minta di jajanin lagi hihihi....

"Jangan makan junk food terus dong, nanti Tante dilaporin ke KPAI sama mama mu. Yang lain aja deh, makanan sehat gitu". Ujar Alin, walaupun sebenarnya dia juga ingin sekali makan nasi Padang tapi demi kebaikan bersama dia harus menahan diri.

Xabiru berpikir sejenak, kira-kira makanan apa yang sehat tapi tetap mengandung kenikmatan yang hakiki.

"Mie Lemonilo!". Teriak Xabiru semangat.

"Mie instan alami tanpa pengawet dan pewarna buatan". Lanjutnya menirukan iklan di televisi yang dilihatnya kemarin sore.

"Mie Lemonilo di tambah nasi, gimana? Biar kenyang nya tahan lama". Saran Alin.

"Ide bagus Tante. Kalau gitu, kita gunting, batu, kertas dulu. Yang kalah beli mie nya di warung depan".

Alin melempar remote ditangannya ke sembarang tempat, lalu berpikir kilat. Dia tidak akan menang jika melawan sang keponakan.

"Gimana kalau kita ke warungnya sama-sama?". Tawarnya kemudian.

"Ayo deh, tapi beliin Biru es krim ya?". Xabiru mengedipkan matanya lucu, juga mem pout kan bibirnya.

"Iyaaaa". Pasrah Alin. Sepertinya wanita itu harus berpikir ulang jika berniat membawa Xabiru pulang bersamanya ke Malang, karena bisa saja uang yang dia kumpulan selama ini akan lenyap tak bersisa karena harus membeli ini-itu untuk Xabiru.


****

"Mbak Jen, habis ini kita kemana lagi?". Tanya Alisa kepada wanita disampingnya.

"Gimana kalau makan dulu, kayaknya pacar mbak bakal telat deh. Mbak mau kenalin kalian berdua. Jadi sembari nunggu kita isi perut dulu". Jawab Jeny, kembali menyimpan handphone ke dalam tasnya.

Saat ini kedua wanita cantik itu sedang berbelanja bersama, lebih tepatnya Alisa yang dipaksa untuk menemani Jeny.

"Iya, deh mbak. Uhm, ngomong-ngomong ini masih pacar mbak yang lama kan?". Tanya Alisa polos.

Karena jujur saja wanita itu belum pernah sekalipun bertemu dengan pacarnya Jeny. Dia hanya mendengar segala hal tentang lelaki itu melalui Jeny, karena Jeny dan pacarnya itu backstreet jadi Alisa bahkan tak bisa menemukan satupun foto kebersamaan mereka di sosial media milik wanita itu.

Ami? Seingat Alisa itu adalah nama pacar Jeny. Agak aneh karena terdengar seperti nama seorang perempuan, bahkan Alisa sempat mengejek teman kantornya itu habis-habisan saat tanpa sengaja melihat pesan masuk di handphone Jeny yang dikirim oleh My lovely Ami; kira-kira begitulah nama sang pengirim tertulis.

Hello, PAPA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang