BAB 07

1.5K 152 6
                                    


[ BLACK EFFECT ]

~~Kenyamanan adalah sebuah candu yang bisa pergi tanpa permisi, meninggalkan luka sedalam yang tak terkira~~

*

*

*

“Reunian sekolah di hotel?” Raka mencibir sinis ketika memasuki lobi sebuah hotel mewah yang menjadi lokasi diadakannya reuni sekolah angkatannya.

Kemudian dia menuju meja resepsionis dan bertanya pada staf hotel tempat diadakannya acara reuni. Dia diarahkan menuju lantai lima dengan lift dan menemukan ballroom hall yang di maksud.

Ketika melihat apa yang ada di depannya, Raka semakin tidak percaya.

“Ini reunian apa seminar, anjir?” decak Raka pelan.

Suasana hall didekorasi begitu mewah, mirip dengan sebuah set yang pernah dia lihat dalam drama yang ditonton Sintia ketika berada di kamtor. Pikir Raka, siapa yang melakukan reuni sekolah dengan dekorasi semewah ini? Di tambah lagi memilih hotel mewah sebagai lokasi bukanlah hal yang biasa.

“Woy Raka!” seruan itu membuat Raka berbalik dan mencari sumber suara.

Seorang laki-laki dengan tubuh yang cukup tinggi dan besar berjalan dengan gagah ke arahnya. Dia mengenakan kemeja longgar yang tidak dikancing dengan dalaman kaos berwarna hitam yang memperlihatkan bentuk otot pada dadanya. Lengan panjang kemeja yang dia kenakan pun tidak dapat menutupi otot-otot pada seluruh tangannya. Pada leher kirinya mengintip sedikit ukiran tato yang tersembunyi dibalik pakaiannya.

“Lo nggak ngechat gue udah sampe.”

“Nggak kebalik? Harusnya gue yang nanya Lo udah sampe? Untung Lo beneran datang.”

“Ngambek Lo?”

“Ngambek ngambek pala Lo!!” sanggah Raka.

Laki-laki itu tertawa. “Gue kalo nggak ada panggilan dadakan dari atasan nggak bakalan batal, njir!”

Raka hanya mencebik sinis.

Laki-laki ini adalah Tirta, orang yang memberitahunya perihal reuni sejak beberapa hari yang lalu. Dia juga merupakan satu-satunya teman sekolah Raka yang masih sering menghubunginya.

“Btw hari ini gaya Lo... mantap bener bro,” puji Tirta sambil menyusuri penampilan Raka dari atas sampai bawah.

Penampilan Raka hari ini memang berbeda dari biasanya. Vanessa memilihkan untuknya blazer casual berwarna abu gelap dengan kaos putih di dalamnya dan bawahan celana jeans berwarna hitam. Dia hanya memakai apa yang dia beli berdasarkan pilihan Vanessa waktu itu.

“Ngejek Lo?!!!” balas Raka galak.

“Santai woy, galaknya amat Lo! Gue nggak ngejek, cuman mau bilang Lo makin cakep kayak gini,” kata Tirta sambil tersenyum.

“Lah emang gue udah cakep dari sononya!”

“Cakep doang, jadi pacar gue nggak mau.”

“Bangsat!”

Tirta hanya tertawa terbahak-bahak melihat reaksi Raka yang kaget dan jijik.

[BL] ANASTAÍNOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang