BAB 18

1.4K 124 25
                                    

[ THE RULER ]

~~Jangan meragukan seluruh keraguan ketika mempertimbangkan sesuatu sebelum menjadi keputusan~~

*

*

*

Sepulang dari kantor Raka hanya berdiam diri di kamar. Kepalanya terasa sakit, kedua matanya pusing dan dadanya sesak serta berdenyut-denyut.

Telepon yang terus berdering tidak mengusiknya untuk bergerak dari tempatnya sama sekali, dia biarkan saja meski berulang kali berbunyi dari penelepon yang sama. Pesan yang datang berturut-turut juga tidak membuatnya tergerak untuk membaca apalagi membalas. Benda persegi itu dibiarkan begitu saja tergeletak di depannya terus menyala tanpa sempat mati karena teror pesan dan panggilan yang berkepanjangan.

Tiba-tiba suara ketukan pintu rumah membuat Raka terkejut dari lamunannya, namun tanpa memikirkan lebih banyak lagi dia segera turun dan membukakan pintu untuk tamu yang tidak dia ketahui.

"Raka-..."

"Sialan!"

Suara dan sesosok yang jelas di depan mata membuat Raka langsung mengayunkan kembali daun pintu yang setengah terbuka, namun tidak berhasil menutup kembali karena terhalang kaki Alden yang menyela di ambang pintu.

"Kita harus ngomong," kata Alden.

"Gue nggak mau ngomong sama Lo!"

"Tolong dengerin aku dulu," mohon Alden sungguh-sungguh

"Nggak! Pergi Lo dari sini!" usir Raka seraya mendorong paksa daun pintu yang dipastikan menjepit kaki Alden.

"Aku nggak bakal pergi sampai kamu mau dengerin aku. Tolong buka pintunya, hm? " Alden memohon sambil mencoba meraih lengan Raka melalui celah pintu yang tersisa.

"Terserah Lo, anjing!! Gue juga nggak peduli tangan Lo putus!" ancam Raka sambil terus mendorong daun pintu agar dapat tertutup.

"Iya, kamu boleh ngelakuin apapun ke aku, tapi tolong dengerin aku dulu sekali aja."

Raka benar-benar menekan daun pintu tanpa mempedulikan keberadaan lengan Alden yang terjepit di sana. Tetapi meskipun Raka telah menekan pintu sekuat mungkin sama sekali tidak ada suara keluhan atau rintihan dari laki-laki yang berada di luar sana yang membuat Raka semakin jengkel.

"Bangsat!!! Lo mau beneran tangan Lo putus, hah?!!"

Tampaknya teriakan Raka yang keras mengundang keingintahuan para tetangga sehingga mulailah berkumpul beberapa orang di depan rumah mereka sambil berbisik-bisik membicarakan kemungkinan permasalahan yang terjadi.

"Mas mas, kenapa itu? Mau dipanggilkan satpam nggak?" tawar seorang ibu yang khawatir melihat ekspresi Alden menahan rasa sakit di wajahnya.

Bukannya merespon kekhawatiran ibu tua itu, justru Alden mencoba membujuk Raka.

"Raka, ayo kita bicarakan ini di dalam. Biarin gue masuk dulu, hm?"

"Nggak!!! Gue nggak bakal buka pintu ini! Pergi Lo dari sini! Gue nggak mau ketemu Lo! Gue nggak mau lihat Lo, bangsat!!!"

Tepat saat itu sorotan lampu dari kendaraan bermotor menerangi teras, menembus bagian dalam rumah melalui kaca jendela.

"Woy!!! Ngapain Lo?!" Dirga meradang marah dan langsung menghampiri Alden begitu dia turun dari motornya.

"Gue ada urusan sama Raka. Bisa tolong bukain pintu buat gue?" pinta Alden dengan datar.

"Nggak, Dir!! Gue nggak punya urusan sama Lo, Den! Pergi Lo!!!" teriak Raka menyahuti keduanya.

[BL] ANASTAÍNOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang