BAB 10

1.8K 157 13
                                    


[ INTERAKSI ]

~~Hal-hal yang terbetik dalam pikiran dan hati bermetamorfosa sebagai tindakan.
Menjembatani perasaan dari jiwa ke jiwa yang terhubung~~


*

*

*

Beberapa hari Alden merasa stress dan lelah. Jika biasanya dia merasa mudah pulih dan terhibur hanya dengan melihat Raka pada saat harinya terasa melelahkan, sekarang dia tidak bisa melakukan apa-apa karena Raka terus-menerus menghindarinya.

Alden tahu Raka butuh ruang untuk memproses kejadian itu dan mungkin waktu untuk mengatasinya, tapi ini sudah beberapa hari dan Raka masih tetap sama.

“Pak?”

Alden tersentak dari lamunannya dan menegakkan punggung sambil melihat ke arah pintu. Wajah sekretaris yang khawatir muncul di balik daun pintu dengan ekspresi bersalah karena takut mengganggu.

“Maaf, masuk aja.”

“Baik.”

Anna berjalan menghampiri bosnya dengan ekspresi simpatik oleh kondisi buruk yang terpancar di sekitarnya.

“Bapak baik-baik saja? Kalau bapak tidak enak badan—...”

“Saya baik-baik saja. Ada apa?” sela Alden segera mengalihkan pembicaraan.

“Baik kalau begitu. Ini dokumen kontrak kerja sama yang berakhir tahun ini.”

“Taruh saja di sana. Saya akan memeriksanya nanti,” tanggap Alden dengan nada seramah mungkin.

“Ehh... Masalahnya pak, ada pihak yang mau tetap bekerja sama dan memperpanjang kontrak. Sepertinya mereka mendengar kita akan membuat kontrak baru dengan pihak lain.” Anna menjelaskan dengan hati-hati.

Alden mengangguk mengerti. “Tidak perlu mencemaskan mereka. Kita akan tetap membuat kontrak baru sesuai rencana.”

“Baik, pak.”

Tepat setelah sekretaris wanita itu pergi, ponsel Alden bergetar di atas meja. Dan ekspresi direktur muda itu tampak semakin gelap ketika dia melihat nama penelepon.

Kenapa harus sekarang? Alden mendesah lelah.

Alden memandang lama layar ponsel yang terus menyala, menunjukkan nama penelepon yang beberapa waktu terakhir lebih gencar meneleponnya sejak adik laki-lakinya tersadar dari koma panjang.

“Halo.”

Al, ini aku...

Ekspresi lelah di wajah itu seketika berubah. Punggungnya menegak dalam sekejap tanpa mengatakan apa-apa pada penelepon di seberang sana.

Aku bisa... ketemu, kan? Aku mau lihat kamu... Banyak yang harus kita omongin.

Suara yang bergetar dengan sedikit isakan dari seberang telepon membuat jantung Alden berhenti sejenak sebelum berdebar seperti dihidupkan kembali.

[BL] ANASTAÍNOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang