#06#

15 3 6
                                    

Happy Reading♡♡

Uang pajak jangan lupa ya, biasa vote dan komennya. Makasii:)

****

TURUT BERDUKA CITA ATAS MENINGGALNYA
MAHAURANI ELTRIA GIBSON

Leina menatap papan besar dengan tulisan turut berduka cita itu dengan tidak menyangka. Berita ini sungguh mengejutkan untuknya. Aura. Telah pergi meninggalkannya. Biarpun Leina tidak dekat dengan gadis itu, tapi Aura sangat ramah padanya. Leina juga menyukai karakter Aura yang heboh dan selalu bersemangat.

Kemaren malam Leina tiba-tiba saja menerima telpon dari Riri. Gadis itu mengatakan bahwa Aura telah meninggal. Leina yang mendengarnya sangat terkejut. Pasalnya kemaren Aura masih sempat menjenguknya di UKS, tapi sekarang tanpa angin tanpa hujan gadis itu telah meninggal membuat jantung Leina mencelos.

Kaki Leina bergerak menuju rumah dengan bendera putih yang berkibar lambat di halamannya. Pakaian hitam menjadi ciri khas orang yang bertamu kesana. Suasana duka masih kentara di rumah ber cat abu-abu tua itu. Isakan tangis serta lantunan surat yasin mendominasi membuat orang-orang disana ikut merasakan kesedihan keluarga yang ditinggalkan.

Leina menghela nafasnya pelan. Suara tangisan itu membuat dadanya berdenyut. Dengan langkah pelan Leina masuk kedalam rumah Aura. semakin dirinya masuk kedalam semakin dia merasa pilu. Riri. Satu nama terlintas di pikiran Leina. Leina langsung mencari mencari dimana keberadaan Riri. Matanya bergerilya mencari keberadaan gadis itu.

Disana. Tepat disamping mayat Aura, Riri menangis dipelukkan ibunya Aura. Leina yang melihat itu matanya juga ikut panas. Riri sangat menyayangi sepupunya itu. Walaupun Riri terkesan sangat cuek, tidak menutup rasa sayangnya pada Aura.

"Turut berduka cita tante," ujar Leina pada ibunya Aura setelah sampai didekat Riri.

Ibunya Aura menoleh. "Makasi ya nak." Jawab ibunya Aura dengan senyuman tipis yang dipaksakan.

Leina menatap Riri yang masih memeluk ibunya Aura. Gadis itu masih belum menyadari kehadirannya.

"Ri?" Panggil Leina menyentuh bahunya Riri.

Riri menoleh. Gadis itu menatap Leina pilu. Riri melepaskan pelukkannya di tubuh ibunya Aura dan beralih memeluk Leina. Riri menumpahkan segala kesedihannya di pelukkan gadis dengan pakaian hitam itu.

"Aura na. Hiks. Di-dia pergi ninggalin gue. Hiks." Adu Riri. Suaranya begitu lirih.

"Kenapa dia begitu cepat perginya," ujar Riri lagi. Isakan demi isakan meluncur di bibirnya.

Leina hanya mampu mengusap punggung Riri, lidahnya kelu tidak tahu mau menjawab apa. Dirinya masih tidak menyangka dengan apa yang terjadi.

"Kenapa dia begitu tega ninggalin gue," racau Riri.

"Gue gak bisa terima. Aura tega sama gue."

Leina terus mengusap punggung Riri guna menenangkan gadis itu.

"Padahal dia udah janji, kalau mau pergi bilang sama gue, tapi..hiks..hiks," ujar Riri dengan segukannya yang makin menjadi.

"Dia bohong.. hiks.."

"Dia pergi gitu aja.."

Leina ikut meneteskan air matanya. Mendengar pernyataan Riri membuat Leina merasakan apa yang juga Riri rasakan. Dengan pelan Leina melepaskan pelukkan Riri. Menatap wajah Riri yang sudah sangat kacau dengan mata bengkak dan hidung yang memerah. Ini kali pertama Leina melihat Riri sekacau ini.

ERLEINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang