Happy Reading All♡♡
Seperti biasa, uang pajaknya. Vote dan komentnya.. makasii;)
*****
Ting!
Bunyi lift menandakan dia sudah sampai di lantai yang menjadi tujuannya membuat Leina bergegas keluar. Kakinya berjalan cepat menuju kamar 201 dengan tangan yang mengepal. Perasaan marah menguasai Leina semenjak melihat kalung yang diberikan Aura pada Riri.
Leina mengenal kalung itu. Kalung yang biasa digunakan cowok itu sehari-hari.
Dengan tergesa Leina memasukkan kata sandi apartemennya. Setelah terbuka Leina mendorong keras pintu apartemen sehingga menimbulkan bunyi berisik yang berasal dari benturan pintu dengan dinding.
"Keluar lo pembunuh! KELUAR!" Teriak Leina dengan tatapan menyala-nyala.
Sepasang mata hitam legam yang tadinya tertutup sontak langsung terbuka akibat suara berisik yang dibuat Leina. Siapa yang berani menganggu tidur siangnya seperti ini. Tidak tahukah dia bahwa dirinya sangat lelah? Dan apa tadi? Pembunuh?
Ck. Sial. Cowok dengan baju kaus army dan celana pendek selutut itu langsung bangkit dari posisi tidurnya di sofa. Matanya menatap datar pada sosok gadis yang berdiri tak jauh dari posisinya.
Dirinya dapat melihat adanya amarah di mata coklat terang itu. Dahinya mengernyit. Apa penyebab dari tatapan itu?
"Kenapa?" Tanyanya datar dengan posisi yang masih duduk di sofa.
Leina geram melihat raut wajah datar itu. Apakah dia tidak merasa bersalah?
Dengan kasar Leina melempar kalung yang dipegangnya sedari tadi dan jatuh tepat di kaki cowok yang menatapnya datar itu."Lo! Pembunuh!" Sentak Leina marah berjalan mendekat kearah cowok itu dengan mata memanas.
Mata tajam itu menatap kalung yang terjatuh di kakinya dengan raut sedikit terkejut. Tapi tak lama dia langsung menetralkannya kembali menjadi tatapan datar. Erfan berdiri lalu memasukkan tangannya ke saku. Menunggu apa yang akan dilakukan gadis itu padanya.
"Kenapa hah! Apa salah dia sama lo? Sehingga lo bunuh Aura dengan kejam seperti itu hah! Lo benar-benar gak ada otak Erfan!" Bentak Leina memukul kasar dada Erfan.
"Lo bajingan tahu gak!?"
Erfan tidak bersuara, dia hanya menatap Leina dengan tatapan tidak terbaca menikmati pukulan gadis itu di dada bidangnya tanpa berniat menghentikannya. Ternyata ini penyebabnya.
Shit!
"Jawab gue Erfan! Hiks. Lo kan pelakunya!? LO KAN YANG BUNUH AURA!? JAWAB!?" Desak Leina tanpa menghentikan pukulannya. Hatinya sangat sakit.
"Kenapa harus Aura? Aura itu gadis baik. Hiks. Kenapa lo tega Erfan? Hiks." Isak Leina suaranya melemah.
Gadis baik? Hello~ ya Aura emang baik di mata orang-orang. Tidak dimata Erfan. Aura adalah seorang gadis murahan yang mau melemparkan tubuhnya hanya karena cinta dan rasa tergila-gila gadis itu padanya. Itu yang dikatakan dengan baik?
"Bukan gue." Jawab Erfan akhirnya.
Leina menghentikan pukulannya. Pernyataan Erfan membuat emosinya kembali naik. Apakah sesusah itu hanya untuk mengakuinya?
Leina mengarahkan telunjuknya tepat didepan wajah Erfan. "Lo gak usah bohong Erfan! Gue tahu lo kan yang udah bunuh Aura? Jangan bohong! Ini buktinya! Kalung itu punya lo kan!?" Tuding Leina.
Erfan diam.
"Lo diam berarti iya. Ini punya lo, gue tahu itu karena gue liat dengan mata kepala gue sendiri lo makai kalung ini tiap hari. Lo masih mau ngelak lagi?" Desis Leina dengan senyuman sinisnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/241648092-288-k548628.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ERLEIN
Teen FictionMARI FOLLOW SEBELUM MEMBACA YA^^ *** Semenjak kejadian kebakaran dua bulan lalu, hidup gadis bernama lengkap Karleina Clivedoper itu berubah drastis. Tinggal bersama seorang cowok yang telah menyelamatkan hidupnya. Leina kira dia akan bahagia, tapi...