#05#

15 3 11
                                    

Happy Reading Wahai Readers♡♡

Tinggalkan uang pajak, dengan cara memvote dan mengoment ;)

****
Aura bersenandung bahagia. Matanya menatap lurus gedung-gedung dihadapannya. Aura mengecek jam gold ditangannya, hari sudah menujukkan pukul setengah Empat sore. Aura tidak hentinya tersenyum sejak tadi. Sungguh dirinya sudah tidak  sabar menunggu malam nanti. Malam yang akan menjadi malam terspesial untuknya, menghabiskan malam panjang bersama cowok yang sudah lama menyentil hatinya.

Bolehkah Aura merasa beruntung. Aura rasa Erfan suka padanya. Karena tidak mungkinkan cowok itu mau diajak tidur olehnya kalau dia tidak suka padanya? Membayangkannya saja sudah membuat Aura ingin lompat gedung.

"Oi, kenapa lo senyum-senyum gak jelas? Pasti otak lo mikir yang gak-gak ya?" Tepukan tiba-tiba di bahunya membuat Aura menggerutu kesal.

Sepupu laknat! Untung jantungnya tidak copot.

"Enak aja, lo pikir otak gue isinya kotor semua?" Kesal Aura tidak terima.

Riri mengedikkan bahunya acuh dan berujar. "Ya mana gue tahu, yang punya otak kan lo? Yang mikir aneh-aneh kan juga tu otak lo. malah nanya gue," sewot Riri.

Jawaban yang sangat mengesalkan menurut Aura. Riri selalu begitu, membuatnya jengkel. Tapi Aura sayang.

"Lo yang fitnah gue, lo yang marah. Nanti pasti jadinya lo yang jatuh gue yang tersakiti. Eakk." Ledek Aura.

"Najis! Alay! Lebay!" Tandas Riri.

Aura terkekeh. Sifat mudah emosi Riri kadang membuatnya terhibur.
"Lah kok ngamok!" Cibir Aura.

Riri mendengus kesal lalu ikut menatap hamparan gedung dihadapannya.

Saat ini Aura berada di apartemen Riri, entah kenapa dia ingin saja mengunjungi sepupu laknatnya itu. Padahal kemaren dirinya baru saja datang kesini mencuri buah naga Riri di kulkasnya. Gadis itu pencinta buah naga.

"Oi Ri, lo tahu gak?" Tanya Aura.

Riri menoleh. "Gak. Kan lo belum cerita," jawab Riri santai.

Aura berdecak menatap Riri sebal. "Iya, lo dengar dulu elah. Boleh gak Ri gue merasa paling beruntung di dunia ini?" Raut wajah Aura menandakan gadis itu sangat bahagia.

"Maksud lo?" Bingung Riri. Tidak biasanya Aura bahagia seperti ini. Biasanya pasti tiap dia datang kesini, wajah galau pasti menjadi ciri khas wajahnya. Tapi sekarang?

"Gue bahagia Riii, asal lo tahu cowok yang selama ini gue suka balas perasaan gue Riii, gue bahagia banget sampai rasanya pengin mati aja deh." Jelas Aura berbinar-binar.

Oh karena itu? Pantesan dia bahagia. "Alay lo! Aura, bisa gak sehari aja lo tu gak alay, lebay, malehoy, bahenol?" Desis Riri.

Aura menghela nafas kasar menatap sengit Riri. "Gak bisa Ri, lo gak tahu aja rasanya memendam perasaan suka pada seseorang yang setelah sekian lama akhirnya terbalaskan. Rasanya semua penantian itu terbalaskan Ri." Lirih Aura.

Riri berdecak.  Sungguh drama. Ini ni yang membuat generasi muda sekarang menjadi hancur hanya karena cinta. Dan salah satu korbannya adalah Aura. Si gadis penunggu cinta yang tak berujung.

"Yadeh Aura. Serah lo." Pasrah Riri memutar bola mata malas.

Keheningan terjadi diantara keduanya. Aura yang sibuk dengan pikirannya tak lupa dengan senyuman yang selalu terlukis di bibirnya, dan Riri yang menatap datar ke depan. Entah apa yang dipikirkan gadis itu.

"Oo iya Ri. Nanti malem gue mau kencan." Celetuk Aura memberi tahu setelah lama terdiam.

Deg! Dada Riri tiba-tiba saja berdetak cepat hanya karena mendengar ucapan Aura. Mungkin dia hanya kaget. Riri mencoba menepis perasaan tidak enaknya.

ERLEINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang