#08#

20 3 3
                                    

Happy Reading Para Readers♡♡
Yang entah ada atau tidak:)

Jangan lupa uang pajaknya, vote dan komennya ya, makasi lo bagi yang mau kasih;))

*****

Hap!

"Lo mau ngapain? Bundir?" Tanya seseorang menahan tangan Leina yang hendak melompat.

"Lepas!" Sentak Leina menarik tangannya dari pegangan cowok itu.

"Gue gak mau. Ayo turun. Kalau gue lepas nanti lo lompat." Ujar cowok itu.

"Lepasin gak! Ada hak apa lo larang gue! Kenal aja gak, gue lompat pun bukan urusan lo." Kesal Leina menatap marah mata cowok di bawahnya.

Cowok itu berdecek malas mendengar bentakan Leina. Keras kepala! Manik matanya menatap sekeliling yang lumayan sepi, tapi tidak terlalu sepi. Masih ada motor atau mobil yang berlalu lalang melintasi jembatan ini.

"Ck! Lo kalau mau bunuh diri, gak disini noh ditempat sepi. Gak akan ada yang larang lo. Kalau disini mah sia-sia namanya, tempatnya rame. Pasti ada aja orang yang akan cegah lo, contohnya aja gue." Kata cowok itu tanpa menarik tangan Leina agar turun dari pembatas jembatan itu.

"Masak iya gue biarin wilayah kekuasaan gue menjadi tempat orang bunuh diri. Gak! Nanti arwah lo gentayangan karena gak diterima disana dan ganggu gue karena gak nolongin lo pas mau loncat. Sekarang lo turun" Sambungnya lagi menarik Leina sehingga gadis itu pun turun dari jembatan.

Leina menatap cengo pada cowok yang melipatkan tangannya didadanya. Bibirnya sedikit terbuka mendengar ocehan yang keluar dari mulut cowok itu. Mimpi apa dia ketemu cowok nyinyir dihadapannya ini.

"Natap gue biasa aja. Gue tahu pesona gue tak tertolong." Cetus cowok itu menyentil pelan kening gadis dihadapannya ini.

"Awh. Sakit." Ringis Leina mengusap keningnya yang berdenyut. Sentilan cowok itu lumayan keras mencium keningnya.

"Lebay!" Cibirnya.

Leina mengubah tatapannya, bola matanya menatap sengit cowok dihadapannya. Tangannya mengepal kuat menahan kemarahan karena sikap seenaknya cowok itu.

"Lo apa-apaan sih! Sentil kening orang sembarangan! Lo pikir gak sakit apa! Malah gue dikata lebay lagi. Ih sumpah lo ngesalin kayak taik ayam!" Pekik Leina mencak-mencak di tempatnya.

"Apa? Taik ayam? Lo kali yang taik ayam. Lihat noh pakaian lo kayak gembel compang-camping sana sini. Nih lagi lengan lo luka gini. Kayaknya lo emang berniat bunuh diri, sampai lengan pun dilukain." Ejek cowok itu dengan wajah tidak berdosanya.

"Bukan urusan lo!" Ketus Leina.

Leina sudah kesal bukan main. Niatnya kesini mau pergi buat ketemu mama papanya sekaligus mau lepas dari Erfan, si cowok gila itu. Tapi sayangnya semuanya gagal total gara-gara cowok tidak tahu diri dihadapannya ini.

Lihat! Dengan tampang tidak berdosanya cowok dihadapannya ini juga menghinanya.

"Kenapa gak urat nadi aja lo potong sih? Kenapa harus lengan? Lo bodoh! Coba aja lo cek google, cara-cara bunuh diri yang ampuh. Pasti langsung keluar sesuai keinginan lo." Papar cowok itu lagi.

Leina mendelik mendengar celotehan cowok itu padanya. "Lo gak tahu apa-apa! Dan jangan ikut campur urusan gue!" Bentak Leina dengan nafas menahan emosi.

"Sejak kapan gue mencampuri urusan lo?" Tanyanya dengan senyum mengejek.

Leina mengepalkan tangannya. Sejak kapan? Tidak sadarkah dia telah mencampuri urusannya beberapa menit yang lalu dengan cara menggagalkan rencananya? Jika ada pisu disini, Leina akan melemparkannya dengan senang hati pada tampang tengil itu. Biar mati sekalian.

ERLEINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang