#09#

21 4 1
                                    

Happy Reading♡♡
Ayok kita liat keganasan Erfan disini.

Uang pajaknya ya, vote dan komen seperti biasa;))

*****

Erfan menatap puas hasil karya didepannya ini. Sesak yang sedari tadi menyekiknya kini terasa longgar. Dengan pisau kecil ditangannya ini, Erfan menatap iblis gadis yang telah melemah itu. Penampilannya sudah tidak dapat dikategorikan baik akibat ulah Erfan.

Pakaiannya lusuh penuh dengan darah serta jari tangan kanannya yang sudah terpotong tidak lupa banyaknya goresan di sekitar tubuh yang semula mulus itu.

Ya! Erfan melakukan aksinya. Menyiksa dan membunuh. Dia melakukannya disuatu tempat yang memang sudah disediakannya, tanpa seorang pun yang tau.

Tempat itu sangat terpencil dan susah diakses oleh jaringan. Walaupun terakses mereka hanya akan menemukan kolam sedikit besar dengan air yang keruh tanpa tahu ada buaya di dalamnya. Erfan selalu membersihkannya tanpa ada sisa sedikitpun yang bisa saja membuatnya ketahuan.

"Gimana? Lo mau gue puasin lagi?" Tanya Erfan mengangkat sudut bibirnya.

"Cu-cukup.. i-ini sakit. Hiks.. a-ampunnn.. hikss," mohon Stella dengan air mata yang sudah tidak terhitung lagi berapa banyaknya menetes di pipinya.

Erfan menjambak rambut Stella dengan sangat keras membuat gadis itu mendongak menatapnya. "Ck! Lo cengeng banget sih! Tadi aja kegatelan sama gue, sekarang nangis. Mana tatapan jalang lo tadi hm? Kok gak natap gue kayak gitu lagi?" Desis Erfan.

Stella menggelengkan kepalanya takut.
"Ma-maaf. Hiks. Sssshhh," Lirih Stella disertai ringisannya.

Rambutnya terasa ingin terkelupas dari kepalanya. Sangat menyakitkan. Stella terisak. Badannya sakit semua terutama tangannya yang sudah tidak ada jari lentik itu lagi.

"Lo tahu gak, gue jijik liat tubuh busuk lo ini. Apalagi saat tangan jelek lo ini nyentuh tubuh gue." Ungkap Erfan. Dengan kejamnya cowok itu meremas tangan kanan Stella.

"AAAKKHH.. SA-SAKITT! MA-MAAFF! MAAFFF GIOO, HENTIKAAANN.. SA-SAKITT.. HIKSS," pekik Stella dengan derai air mata.

Erfan tergelak mendengar pekikan itu. Rasanya sangat menenangkan dan nikmat. Erfan memejamkan mata lalu menghirup nafasnya dalam menikmati aroma darah yang menyeruak kehidungnya. Sangat harum.

Stella menangis tersedu. Menyesal. Stella menyesali sikapnya yang mudah sekali terpesona pada ketampanan sesosok laki-laki dihadapannya ini. Ternyata dibalik wajah ramahnya tersembunyi jiwa psycopath gila.

Sekarang Stella tidak tahu lagi harus berbuat apa. Dia hanya bisa menunggu ajal datang menjemputnya. Tubuhnya sudah mati rasa dengan rasa sakit yang sangat hebat.

"Oh ya gue lupa satu hal. Tangan kiri lo juga nakal udah nyentuh gue kan? Gue mau langsung potong sekalian atau satu-satu? Lo pilih yang mana?" Tanya Erfan setelah membuka matanya seraya mengelus tangan kiri Stella yang masih utuh.

Stella tidak bisa menjawab. Tubuhnya sudah sangat lemah tapi nyawanya tidak mau juga keluar. Stella pasrah sekarang apapun yang terjadi padanya.

"Jawab! Tadi aja lo lancar ngomong! Sekarang lo bisu kayak orang tuli hm?" Titah Erfan. Tangannya berpindah mencengkram pipi gadis itu. Dengan sekali sentakan Erfan menggores pelan kening Stella.

"Akkhhh, sakitttt hikss..Bu-bunuh aku aja gi-gio.. hiks,"

"Lebih baik aku langsung mati dari pada harus kayak gini. Bunuh aku langsung gio. Aku mohon. Hiks, ini sangat menyakitkan. Hikss." Lirih Stella pilu.

ERLEINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang