HAPPY READING❤
*****
"ARRGGGHHH!"
"Sial!"
PRANG!
Bunyi vas bunga yang dilemparkan ke dinding menggema di tengah kesunyian malam yang telah larut. Siapa lagi pelakunya jika bukan cowok dengan segala kemarahan yang tertanam pada dirinya. Erfan.
Benda selalu jadi korban amarah Erfan. Apapun semua masalah yang terjadi, pasti dilampiaskan dengan menghancurkan benda yang ada disekitarnya.
Erfan menatap tajam pantulan wajahnya dari cermin didepannya. Rasa takut, amarah, dan lelah bercampur di wajah tampan itu. Keringat mengucur di dahinya.
"Kemana lagi lo Leina?"
Mata cowok itu memancarkan kemarahan yang sangat besar karena Leina selalu kabur darinya. Gadis pengecut yang terlalu sering lari dari masalah. Padahal masalah itu datang dari dirinya sendiri.
"Arrghhh! Sialan!"
Erfan meninju keras kaca di depannya sehingga kaca itu pecah membuat darah langsung mengucur dari jari-jari cowok itu.
"Lo gak akan pernah bisa kabur dari gue sebelum lo membayar semuanya Leina." Tekan Erfan dengan smirk nya.
*****
"Mau apa lo?"
Gadis dengan rambut sebahu itu menatap muak gadis berkecamata di hadapannya. Perjalanannya yang hendak ke kantin terhenti saat tiba-tiba gadis itu berhenti dihadapannya.
"Hmm.. aku mau-mau.." jawab gadis yang bernama Vivi itu dengan nada ragu bercampur takut.
"Lo kalau gak berniat ngomong gak usah ngomong! Dasar gagu!" Sarkas Riri berdecak malas.
Ketakutan Vivi semakin menjadi medengar nada dingin Riri. Hal itu tak luput dari pandangan siswa lainnya yang menatap mereka penasaran seolah itu adalah tontonan yang menarik.
"Ma-maaf," lirih Vivi dengan wajah semakin menunduk takut.
Apaan sih ni orang!" Batin Riri makin kesal meladeni siswi culun dihadapannya ini.
"Sana pergi! Muka culun lo itu buat gue muak tau gak!" Bentak Riri sangat muak. Tinggal ngomong aja apa susahnya sih!
Tak mau menambah kekesalannya, Riri hendak berlalu dari sana. Berjalan angkuh melewati gadis culun itu.
"Tu-tunggu," ucap Vivi menahan tangan Riri.
Riri yang tak terima tangannya disentuh sembarangan langsung menyentak kasar tangan gadis itu. "Apa lagi sih!?" Cetusnya menahan mati-matian amarahnya.
Riri paling tidak suka dengan namanya manusia lemah seperti gadis didepannya ini. Ia sungguh muak dengan perempuan yang penakut dan selalu nunduk saat berbicara. Padahal sudah jelas bahwa dia berbicara dengannya tapi menatapnya ke bawah seolah Riri ada di bawahnya.
"I-ini," ujarnya kaku sambil menyodorkan buku tulis kepada Riri.
Riri mengernyitkan dahinya, merasa kenal dengan buku itu. Buku Leina?
"Kenapa bukunya Leina bisa sama lo? Lo nyuri?" Tuduh Riri merebut kasar buku itu.
Vivi langsung gelapan mendengarnya. Dia tidak mencurinya. "Bu-bukan, tadi aku nemu di laci meja aku."
"Laci meja?"
Vivi mengangguk. "Iya, aku gak nyuri, a-aku nemu itu di dalam laci meja aku. A-aku juga gak tahu kenapa ada disitu."
Riri menatap datar Vivi. Mendengar penjelasannya membuat Riri menaruh curiga pada gadis culun ini. "Kalau sampai lo bohong, lo habis di tangan gue." Ancam Riri kemudian berlalu dari hadapan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ERLEIN
Teen FictionMARI FOLLOW SEBELUM MEMBACA YA^^ *** Semenjak kejadian kebakaran dua bulan lalu, hidup gadis bernama lengkap Karleina Clivedoper itu berubah drastis. Tinggal bersama seorang cowok yang telah menyelamatkan hidupnya. Leina kira dia akan bahagia, tapi...