HAPPY READING😭😭
*****
Dengan mata yang terpejam Leina menghirup pelan udara yang merambat ke hidungnya. Otak kecilnya berkeliaran kemana-mana menatap kosong papan tulis dihadapannya. Suara bising teman-temannya sama sekali tidak bisa membuyarkan lamunannya memikirkam satu nama. Erfan.
Hati Leina sakit, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Semuanya terlalu memusingkan di otaknya. Apa kesalahannya sampai Erfan tega mengeluarkan kata itu padanya.
Jalang!
Serendah itu dia di mata cowok itu?
"Leina," suara lembut Riri mengalun di telinga Leina, membuatnya langsung kembali ke alam sadarnya.
"Lo kenapa?" Tanya Riri melihat wajah Leina yang begitu lesu dan sedih.
Leina menatap Riri dengan senyuman tipisnya. "Gue gak papa."
"Ck! Lo bohong lagi, gue dapat liat itu dari mata lo." Kata Riri datar.
Leina hanya diam. Pandangannya mengarah ke arah temannya yang ribut. "Bu Beti gak masuk?" Tanya Leina mengalihkan pembicaraan.
Riri tersenyum kaku kemudian menghela nafas lelah. "Untung kesabaran gue masih banyak untuk menghadapi sikap lo yang selalu gini."
Mendengar itu Leina manatap Riri sendu. "Maaf, gue gak bisa cerita sama lo Ri, nanti kalau sudah waktunya gue akan cerita sama lo." Lirih Leina merasa bersalah.
Riri menganggukkan kepalanya mengerti. "Bu Beti gak masuk hari ini, dia ninggalin tugas dan dikumpulin hari ini." Kata Riri melirik kertas soal yang ada di atas meja Leina.
Leina mengambil kertas soal matematika yang ada diatas mejanya. Membacanya sekilas, ada sekitar 20 soal di kertas itu. Keasikan melamun Leina sampai tidak menyadari ada soal di mejanya.
"Lo udah selesai?" Tanya Leina.
"Udah." Jawab Riri.
"Gue liat punya lo aja, gak ada tenaga gue buat ngerjain nih soal." Ujar Leina dengan cengirannya.
Sudah dapat diduga, Riri langsung memberikan buku latihannya pada Leina dan disambut senyuman manis gadis itu. "Makasii Riri cantik, tapi masih cantikan gue."
"Nyenyenye, tadi aja lo sok sok an sedih, sekarang kembali itu sikap aslinya. Alay." Cibir Riri beranjak dari tempat duduknya meninggalkan Leina yang menggerutu kesal.
"Untung sayang." Ujar Leina mengusap dadanya sabar.
*****
Brak!
Leina yang berniat hendak mengambil air minum langsung menghentikan langkahnya. Suara pintu yang ditutup keras membuatnya menoleh menatap ke pintu masuk apartemen.
"Sini lo!" Bentak Erfan saat matanya bertatapan dengan gadis yang sudah membuatnya tidak karuan hari ini.
Leina tersentak mendengar bentakan itu. Rasa takut menghampirinya melihat wajah Erfan yang penuh amarah. Tatapan cowok itu sangatlah tajam menandakan bahwa dia begitu emosi.
Dirasa ada sesuatu hal yang buruk akan terjadi, dengan tergesa Leina langsung berlari hendak masuk ke kamarnya. Kebetulan pintu kamarnya sedang terbuka lebar.
Belum sampai kakinya di depan pintu, tangan Leina sudah terlebih dahulu di cekal kuat oleh Erfan. Tanpa basa-basi cowok itu menarik Leina masuk ke dalam kamarnya.
"Lo apa-apaan sih! Lepasin gak!" Sengit Leina menarik-narik tangannya agar terlepas dari cekalan cowok itu.
"Erfan lo tuli hah!" Bentak Leina. Tangannya sudah memerah. Tapi Erfan tidak juga melepaskan cekalannya.
"Mau lo apa sih sebenarnya!? Setelah lo ngatain gue jalang seenaknya sekarang lo malah narik-narik gue sembarangan, Lo mau apa lagi hah!?""Diam!"
"Gue akan diam jika lo lepasin gue." Ujar Leina dingin.
Erfan langsung melepaskan cekalannya saat sudah berada di dalam kamarnya. Cowok itu membalikkan badannya menatap dingin mata Leina yang enggan menatapnya.
"Siapa dia?" Tanya Erfan menunjukkan sebuah foto di ponselnya ke arah gadis itu.
Leina melirik sekilas. Ada sedikit rasa terkejut di hatinya. Hanya beberapa detik dia kembali menormalkan wajahnya.
Dirasa tidak ada jawaban oleh gadis dihadapannya. Erfan yang semulanya berusaha tenang mulai sedikit emosi.
"Jawab! Lo punya telingakan?" Ketus Erfan.Leina tetap tidak memberikan jawaban. Gadis itu sibuk memainkan kukunya tidak memperhatikan seorang manusia yang mati-matian menahan emosinya.
"Dia siapa anjing!?" Akhirnya kalimat kasar keluar dari mulut Erfan.
Anjing? Hati Leina berdenyut perih mendengarnya. Bukankah Anjing itu seekor hewan? Kemaren Jalang dan sekarang Anjing, besok apalagi sebutan untuknya?
Leina berusaha menahan air matanya. Gadis itu menatap Erfan dengan kilatan benci. "Gue bukan Anjing, apa tidak cukup lo manggil gue dengan sebutan jalang?"
Erfan terkekeh sinis. "Panggilan itu memang cocok buat lo." Ujarnya tanpa dosa.
PLAK!
Leina menampar keras wajah Erfan. Air mata akhirnya menetes di pipinya. "Gue benci lo Erfan! Lo manusia terbangsat yang pernah gue temuin! GUE BENCI LO! Rasanya gue lebih baik mati aja dari pada liat wajah busuk lo!"
Setelah mengatakan itu, Leina membuka kasar pintu kamar Erfan dengan air mata yang terus mengalir di wajahnya. Perasaannya bercampur aduk. Hatinya sakit. Leina adalah seorang gadis yang sangat tidak bisa jika dipanggil dengan sebutan kasar.
Semasa dia hidup tidak ada seorang pun yang membentaknya apalagi memanggilnya dengan sebutan kasar.
Tuhan! Leina mau mati..
*****
Leina.
Seorang gadis dengan segala cerita hidupnya. Sedih dan bahagia datang silih berganti di hidupnya. Kata bahagia hanya ada saat sebelum orang tuanya meninggal, setelah itu semuanya hilang digantikan dengan penderitaan.
Pertemuannya dengan seorang cowok merubah segalanya. Hidup bahagianya hilang entah kemana. Yang ada hanya rasa sakit dan air mata datang silih berganti sebagai pengisi hidupnya.
Tidak adil.
Leina merasa tuhan tidak adil. Mengambil semua yang dia punya dan digantikan dengan kepedihan. Orang tuanya. Satu satunya sumber kebahagiaan Leina. Dia hidup hanya untuk orang tuanya. Jika orang tuanya pergi bukannya dia juga harus pergi?
"Kenapa harus gue? Kenapa harus gue!?" Lirih Leina menahan sesak dihatinya.
Mata yang penuh luka itu menatap pedih hamparan laut. "Sampai kapan tuhan?" Bisiknya.
Leina berusaha menghirup udara sekitarnya. Dadanya sesak. Buliran air mata jatuh membasahi pipinya. "Disaat semua orang bahagia, kenapa hanya gue yang merasakan sakit ini?" Lirihnya.
"Disaat semua orang tertawa, kenapa hanya gue yang manangis disini?"
"Disaat semua orang merasakan hangat keluarga, kenapa hanya gue yang merasakan pahitnya kesendirian disini?"
Pertanyaan putus asa meluncur dengan sendirinya di bibir Leina.
"Kesalahan gue apa?" Tanyanya menatap kosong hamparan laut gelap.
"Apa takdir gue emang semenyedihkan ini? Apa gak ada secuil kebahagiaan untuk gue?""Apa gak ada Tuhan?"
Hanya suara deburan ombak yang menjawab semua pertanyaan dari bibir gadis itu.
"Jika memang seperti itu, kenapa gue harus hidup?" Leina tersenyum miris.
"Leina gak sekuat itu Tuhan. Leina juga capek. Leina ingin bahagia. Tapi disatu sisi Leina ingin ketemu mama sama papa." Lirih Leina menahan segala kepadihan dalam dadanya.
"Leina capek, Hiks.. hiks.. hiks.." isak Leina. Dia menutup matanya dengan telapak tangannya. Mengusap kasar air mata yang jatuh di pipinya.
"Boleh Leina pergi? Lein?" Bisiknya.
*****
♡♡♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
ERLEIN
Teen FictionMARI FOLLOW SEBELUM MEMBACA YA^^ *** Semenjak kejadian kebakaran dua bulan lalu, hidup gadis bernama lengkap Karleina Clivedoper itu berubah drastis. Tinggal bersama seorang cowok yang telah menyelamatkan hidupnya. Leina kira dia akan bahagia, tapi...