11. AIR MATA SEPASANG PENGANTIN BARU

268 46 24
                                    

Acara pernikahan mewah itu baru saja selesai.

Para tamu undangan sudah kembali pulang ke kediaman masing-masing dan para keluarga pun sudah terlampau lelah hingga lebih memilih untuk beristirahat di hotel tempat acara pernikahan itu berlangsung.

Sama halnya dengan kedua mempelai yang kini sudah berada di dalam kamar pengantin mereka.

Sebuah kamar yang telah dihias sedemikian rupa hingga menghadirkan kesan romantis dan manis.

Selesai melepas sepatu dan kaus kakinya, Handaru menghampiri Mitha yang tampak kesulitan membuka gaun pengantinnya.

"Sini, aku bantu," ucap Handaru dengan senyuman ramahnya. Lelaki berparas tampan dengan wajah yang ditumbuhi brewok tipis itu membantu sang istri melepas satu persatu pakaian yang melekat di tubuh Mitha.

Merasa malu karena ini pertama kalinya Mitha berada satu kamar dengan lelaki sebayanya, Mitha buru-buru mengambil jubah mandi dan mengenakannya. Menutupi tubuh mungil aduhainya yang hanya terbalut pakaian dalam saja.

"Kamu mau mandi?" tanya Handaru pada Mitha, wanita yang kini sudah resmi menjadi istrinya.

Mitha mengangguk, pipi wanita itu merona.

"Boleh aku ikut?" ucap Handaru dengan kerlingan nakal.

Mitha memukul bahu sang suami. "Tidak boleh!" sahutnya sambil melotot dan melenggang pergi. Handaru selalu seperti itu, suka sekali menggoda Mitha dengan wajah innocent nya yang sukses membuat pipi Mitha merona.

"Pelit!" keluh Handaru yang langsung memasang wajah cemberut. Lelaki itu tersenyum menatap Mitha yang semakin hari semakin cantik saja. Terlebih malam ini.

Rasanya seperti mimpi, kini dirinya bisa benar-benar memiliki Mitha. Wanita yang memang sejak pertama kali melihatnya sudah membuat Handaru jatuh hati. Setelah melalui proses panjang hingga jatuh bangun Handaru berjuang mendapatkan hati Mitha, kini wanita yang menjadi tambatan hatinya itu sudah benar-benar utuh dia miliki. Hanya dirinya. Bukan orang lain.

Handaru melepas kemeja putih yang masih dia kenakan dan melemparnya asal ke atas sofa di pojok ruangan. Beranjak ke atas tempat tidur untuk merebahkan diri sejenak setelah seharian penuh dia benar-benar sibuk menyambut para tamu undangan yang jumlahnya ribuan orang. Lelaki itu memilih untuk menunggu Mitha sambil menonton TV.

Sementara itu di dalam kamar mandi, Mitha berdiri di balik pintu kamar mandi dengan debaran kencang di dadanya

Debaran yang seharusnya menjadi sebuah debaran menyenangkan dan membahagiakan namun tidak bagi Mitha.

Debaran yang kini Mitha rasakan dalam hatinya justru adalah debaran rasa takut yang teramat sangat.

Hingga setelahnya, satu titik air mata wanita itu mengalir di pipi. Debaran itu mulai membuat dadanya kian sesak.

Apa yang harus aku lakukan?

Aku tidak mungkin membohongi suamiku sendiri akan keadaanku saat ini?

Gumam Mitha dalam hati.

Kenyataan bahwa dirinya sudah tidak suci terlebih dengan adanya sebuah benih yang tumbuh dalam rahimnya saat ini, membuat Mitha sangat frustasi.

Cobaan ini sangatlah berat bagi Mitha.

Cukup lama Mitha terdiam menatap pantulan wajahnya di cermin, masih di dalam kamar mandi. Dia benar-benar bingung, kalut, takut dan sedih.

Harusnya, malam pertama pengantinnya dengan Handaru adalah malam yang paling istimewa seumur hidup Mitha setelah sebelumnya dia berjuang keras untuk mempertahankan mahkota sucinya sebagai seorang perempuan karena ingin mempersembahkan hal itu untuk suaminya kelak, lelaki yang benar-benar dia cintai. Tapi, semua harapannya kini berubah menjadi mimpi buruk.

THE BRIDAL SHOWER (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang