Ibu Takemichi kembali ke rumah setelah dua minggu Takemichi dan teman-teman berada di Okinawa. Entah apa yang terjadi, disana tapi setelah dia menjemputnya dan mereka kembali ke rumah, Takemichi segera mengurung diri dan terdengar tangis sesak yang memilukan di dalam kamar. Meskipun putranya masih mau bangun dan makan yang diberikan olehnya tapi dengan ekspresi kosong. Akhir-akhir ini bahkan, Ia juga mengalami demam sporadis, dan itu membuatnya gemetar di bawah banyak selimutnya di malam hari.
Takemichi mengigau banyak, dan Sang Ibu mulai memindahkan sofa besar yang berada di ruang tamu untuk tempat istirahatnya sendiri untuk merawat sang putra.
Ini berlangsung hingga seminggu, Dokter Aki kebetulan berada di Hyogo sehingga dia hanya mengundang Naho-sensei ke rumah. Dan Takemichi membicarakan itu kepada Naho, sementara dia menunggu di bawah.
Dua jam kemudian, Psikiater Takemichi keluar. Matanya berkaca-kaca, menuturkan kembali kepadanya.
"Begitu," desah Ibu Takemichi. Mencengkram erat lengannya. Naho-sensei segera mengambil lengannya, meremas lembut. "Dia tetap tidak ingin mengambil operasi."
Ibu Takemichi mengangguk kecil. Dia kembali naik ke kamar putranya setelah Naho-sensei pergi. Itu adalah sore hari yang menyengat, liburan musim panas yang belum berakhir. Dia melihat putranya tertidur lelap.
Ia melihat betapa santainya wajah Takemichi saat dia beristirahat di atas ranjang. Tidak ada tanda-tanda sedih. Mata biru ditutup dengan tidur, ekspresi terlihat begitu tenang.
Takemichi selalu terlihat begitu... sangat lembut, ketika dia tidur. Dengan tirai disamping kanannya, yang melambai lembut, saat-saat tenang yang hanya berharap selalu dia miliki tanpa muntah setiap saat ataupun sesak nafas karena bunga menghalanginya.
Ibu Takemichi duduk di kursi samping tepi ranjang, Ia dengan ringan menyeret jari-jarinya yang senja melalui rambut halus raven milik Putranya. Dia berhati-hati untuk tidak membangunkan anaknya yang sedang tidur.
Menunggu disana hingga terlelap pula. Dengan nakas sebagai bantalan, kedua orang itu tertidur di bawah cahaya senja yang lembut.
.
Semakin sulit untuk menjaga fasad bahwa tidak ada yang salah ketika tubuh Takemichi mengkhianatinya. Dia sering sesak napas, sekarang, dan harus berhenti sejenak untuk batuk. Dia mengenakan masker saat keluar dari rumah. Ia batuk penuh bunga akhir-akhir ini bahkan tanpa perlu menyebutkan Sano Manjirou. Tetapi ia dapat mengaturnya ketika berada di sekitar semua sahabatnya.
Seperti saat ini, di awal bulan agustus Akkun dan Takuya datang mengunjunginya. Mereka berdua membawa sebuah semangka untuk mereka makan bersama-sama.
Keesokan harinya ada Inupi serta Koko yang membawa melon segar dan bergaul dengannya hingga senja datang pula.
Seminggu di awal agustus, Baji dan Chifuyu yang datang. Mereka ternyata menghabiskan waktu di kediaman Nenek Chifuyu di Prefektur Nagano selama beberapa hari setelah mereka berlibur di Okinawa.
Dilanjutkan oleh Izana dan Kakucho yang datang setelah, mereka membawakan oleh-oleh dari Hokkaido.
Masing-masing dari mereka tidak ada yang berbicara tentang Sano Manjirou yang membuatnya bersyukur, Takemichi yang baik-baik saja tanpa demam sporadis datang tak terduga dihadapan mereka merasa berkali-kali lipat mensyukuri hal itu juga.
Mereka sama sekali tidak mengetahui apapun kejadian disana karena jika mereka melakukan hal itu, Takemichi tidak bisa hidup di bawah mata kasihan orang lain yang membebaninya.
Masalah cintanya adalah miliknya sendiri.
Tapi kemudian datanglah Kazutora. Dia menekan bel pintu rumahnya dengan lembut, tersenyum tipis malu saat Ibu Takemichi membukakan jalan untuknya, mengarahkan ke lantai atas saat Takemichi sedang memuntahkan Bunga Krisan putih yang mekar semakin lebar dan bervolume besar. Itu indah, meski mematikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPHEMERAL [MaiTake] -TAMAT✓
Fanfiction[Tamat + Ekstra II] Alternate-Universe [Boyslove] Angst Hurt No Comfort