8/10

1.6K 321 23
                                    

Di sekolah, Takuya mulai kembali mendatanginya dan mereka Mizo Geng kembali utuh. Tentunya di bawah tatapan curiga blue marine si pirang lembut.

Takemichi meringis oleh keprotektifan mereka yang tiba-tiba.

Giliran Chifuyu, Takemichi yang mendekati pria pecinta kucing itu terlebih dahulu setelah sebulan penuh dia menghindarinya.

Juni telah tiba, artinya musim panas telah datang. Dan Takemichi telah menyimpan semua ini hampir 6 bulan lamanya.

Di salah satu hari sebelum liburan musim panas yang akan datang Chifuyu memaafkannya tapi dengan satu syarat, datang ke acara nanti malam pertemuan anggota ex-Toman lainnya di kediaman Sano.

Takemichi mengangguk.

Dia akan melakukannya.

.

Malam Sabtu dikediaman Sano sangat ramai seperti biasa. Barbeque di luar area Dojo, tawa di setiap sudut, percakapan yang menggembirakan.

Draken menghitamkan kuncirnya, Inupi, Kazutora dan Koko memanjangkan rambutnya yang bertentangan dengan Mitsuya dan Baji memotong rambutnya yang dulu panjang. Takemichi di time line manapun belum pernah melihat Pria Panther itu sangat bersinar seperti sekarang dan ia tak tahan untuk tidak menangis diam-diam.

Beruntung tidak seorangpun yang melihatnya, atau ada dan Takemichi tidak terlalu tahu siapa orang itu.

Berita membahagiakannya malam hari itu adalah Baji dan Chifuyu mengakui hubungan mereka.

Mata biru Takemichi langsung melesat ke arah Koko dan Inupi hingga keduanya tampak tidak nyaman dengan perhatiannya. Takemichi mengangguk kecil dam kembali memperhatikan Bajifuyu.

Sebagai informasi, orang yang tidak terkejut adalah Takemichi, dan juga Manjirou.

Pria itu tertawa lebar hingga kelopak matanya melengkung indah dan Takemichi memperhatikan disisi lain dengan jantung berdetak.

Dia melompat dan memeluk Chifuyu serta Baji yang menggerutu rendah. Takemichi lantas menertawakan kelakuan bocahnya.

Izana datang dari dalam rumah, duduk disamping Takemichi segera. Ia juga memperhatikan Mikey. "Senju tidak akan datang hari ini, kau bisa berbicara dengan Mikey."

Takemichi menoleh kesamping dengan ekspresi kaku, berdeham keras. Pipinya memerah padam, tangannya mengepal. "Tidak... Aku tidak akan melakukannya."

"Baiklah," sahut Izana. Bangkit dari duduknya. "Kalau begitu jangan perlihatkan ekspresimu yang seperti itu dimana-mana, Takemichi."

Lalu Pria Tan itu pergi.

Takemichi mulai batuk.

.

Disaat semua orang telah pulang kerumah masing-masing, Takemichi yang tersisa seperti biasa atau begitulah yang dia pikirkan.

Usai membantu Shinichiro membersihkan piring kotor di dapur, dia pergi ke ruang rekreasi keluarga Sano.

Dan Menemukan Sano Manjirou tertidur pulas dibuai mimpi.

Dengung rendah film yang masih diputar di tv ruang rekreasi mengisi keheningan. Cahaya dari layar memandikan dinding dalam kedipan warna yang lebih hangat. Takemichi setengah mendengar apa yang dikatakan orang-orang di film itu, suaranya seperti dengungan hangat musik latar saat dia mengamati kekacauan di depannya.

Mikey berbaring di atas sofa, setengah mengepal dengan wajah diselipkan ke satu lengan, meletakkan dirinya di atas lekukan sandaran tangan sofa. Selimut tersangkut di kakinya, setengah tertutup di atasnya sementara sebotol kosong minuman tergeletak di lantai, di luar jangkauan ujung jari Mikey. Dia telah mendesak Takemichi untuk menonton bersamanya begitu dia selesai dengan omong kosong sekitar dan begitu Takemichi akhirnya selesai, menuju ke ruang rekreasi untuk menepati janjinya—ini adalah pemandangan yang menunggunya.

Mikey tertidur dengan nyenyak tanpa peduli dengan sekitar ataupun dunia.

Takemichi berdiri tepat di depannya, lututnya sedikit menyentuh tepi sofa saat dia mulai memindahkan beberapa mangkuk yang telah disiapkan Mikey, menumpuknya untuk dibersihkan. Dia meraba, mencari remote sehingga dia bisa mematikan film dan membangunkan Mikey cukup untuk membantunya berjalan kembali ke kamarnya.

Takemichi menangkap kilatan remote yang tersangkut di antara bantal. Dia mencondongkan tubuh ke Mikey, meraih di sisinya untuk itu.

Film terus berputar di belakangnya. Ada dengungan lembut musik memenuhi udara. Warna-warna dari layar menjadi lebih hangat, diisi dengan lebih banyak kehidupan di belakangnya. Dia tidak ingat film apa yang Mikey tonton.

Tapi Takemichi tertegun sendiri dengan apa situasi yang dia lakukan tanpa sadar, wajah Mikey begitu dekat dan Takemichi bergegas mengambil remote dan mundur kebelakang.

Dia mematikan televisi dan pergi dari sana.

Pergi dari alasan akan kematiannya nanti.

Pada titik tertentu ketika Takemichi telah memenangkan detak jantungnya.

Izana ada disana, diantara kegelapan. Berdiri tersembunyi dengan baik saat dia berbicara, "Kau benar-benar sangat putus asa, bukan. Takemichi."

Takemichi tidak menjawabnya, karena yang dia lakukan saat ini adalah memuntahkan bunga dari tenggorokannya yang baru saja di tahan.

"Kau bisa sedikit lebih egois, kau tahu."

Takemichi ingin mengatakannya, tapi bunga yang tak kenal ampun tidak mengizinkannya, jadi dia hanya menggelengkan kepalanya lagi, dia sangat lelah dengan ini dan dia hanya berharap ini berakhir, sangat buruk. Semuanya sakit, dari tenggorokannya ke dadanya ke jantungnya dan dia hanya berharap dia bisa berhenti.

"Bunga cantik itu adalah alasan kematianmu sesungguhnya, Hanagaki Takemichi. Kau harus memikirkannya."

Izana lantas pergi.

Dan Takemichi terus memuntahkan Krisan putih itu.

Takemichi bahkan tidak menyadari bahwa dia menangis sampai dia melihat keatas dan menemukan dua pasang mata disisi lain tempat.

Baji dan Inupi dari semua orang.

Mereka turun dan salah satu darinya mengambil sapu tangan yang terlipat sempurna dan kemudian Inupi membawanya ke pipi Takemichi dan jari-jarinya menyentuh kulitnya, dan tindakan sederhana itu menyebabkan Takemichi terhuyung-huyung.

Mata birunya menatap wajah mereka ngeri.

Takemichi menggelengkan kepalanya dengan semua upaya yang dia bisa kumpulkan, bunga-bunga masih mendorong ke tenggorokannya.

Baji menyentuh pundaknya, dia belum pernah selembut ini pada seseorang kecuali Chifuyu tapi Hanagaki Takemichi berbeda.

"Kau harus mengatakannya, Hanagaki." Dia membersihkan sudut pipinya dan mencoba untuk tegar, dia telah memperhatikan . "Tidak ada salahnya mencoba."

Takemichi meraih lengannya, meremasnya lembut saat bunga semakin banyak hingga dia kesakitan dan merosot dibawah kaki mereka.

Keduanya berjongkok, dibawah lampu yang remang-remang menyaksikan sendiri bagaimana Takemichi menjawab pertanyaannya selain menangis dengan pilu, gemetar hebat.

"A–aku tidak bisa, dia akan membenci dan menghindariku."

Satu lagi alasan mengapa hal itu adalah terakhir yang tidak dia inginkan dalam hidup ini.

Hidup seperti membencinya.

Waktu pun begitu.

Hanagaki Takemichi yang malang.

Ketiga orang disana tak menyadari bahwa siluet lain bersembunyi sambil menutup mulutnya untuk menyembunyikan Isak tangisnya sendiri, sementara dia duduk tenggelam dalam kesedihan.

Kakucho menatapnya saat dia akan berbelok untuk memanggil yang lain. Dia juga mendengar seluruh cerita. "Kau harus diam untuk ini... Emma, Takemichi sudah bertekad untuk tidak mengatakannya. Kita harus menghormati keputusan itu."

.

Malam itu beberapa orang tidak tidur nyenyak karena memikirkan satu orang.

—pahlawan mereka.

Hanagaki Takemichi.


TBC
Purwakarta,
16/December/2021

EPHEMERAL [MaiTake] -TAMAT✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang