13. ZAVIO

328 76 283
                                    

Hei, My Reader's Zavio👋

HARGAI CACA! JANGAN SIDERS DAN PLAGIAT CERITA INI!!

BANTU PROMOSIIN DI INSTAGRAM/TIK TOK/TWITTER/ AKUN SOSIAL MEDIA KALIAN YANG LAIN💓

🐣

Happy Reading 🌹
••••••••••••••••••••••••••••••

“Biar ku bantu untuk kau menemui ajal mu.”

_Prince Zerganio Anderson_

Bulan nampak bersinar dengan terang. Bintang-bintang berhamburan menemani malam. Tidak ada awan gelap di sekitarnya, menandakan jika cuaca sangat bersahabat pada empat orang laki-laki dengan senyum yang mengerikan di wajah mereka.

Tiga orang berdiri di belakang dengan satu orang di depan mereka. Mereka sama-sama menghadap ke arah depan, menatap seorang laki-laki yang sedang memberontak minta di lepaskan.

“Gan … t-tolong lepasin g-gue,” mohon laki-laki yang masih menggunakan seragam sekolah.

Laki-laki itu menatap takut ke arah empat orang di depannya. Aura mereka begitu menakutkan, di tambah dengan tatapan intimidasi oleh orang yang berdiri di depannya dengan tongkat besi di tangannya.

Mendengar permohonan itu, Zergan berjalan mendekati mangsanya. Tidak ada ekspresi yang ia keluarkan, hanya tatapan tajam dan wajah datar. Derap langkah nya mengisi keheningan dalam ruangan gelap dengan pencahayaan remang-remang.

“G-gue nggak tau apa-apa!” ucap laki-laki itu –Filex.

Kekehan sinis berasal dari tiga orang yang sedari tadi hanya menjadi penonton. Memberikan tatapan rendah, mengejek, dan datar. Tidak ada rasa kasian dalam diri mereka, namun sebaliknya. Ada rasa kesenangan dalam diri mereka masing-masing.

“How about your father?”

Suara baritone mengalun membuat Filex semakin ketakutan. Keringat dingin membasahi tubuhnya, ditambah dengan detak jantung yang mulai menggila saat sebuah pisau baru saja terlempar menuju arahnya. Untungnya pisau itu mengenai dinding di samping nya.

“Filex, answer my question!”

Lagi, suara itu membuat Filex tidak tenang. Netranya berlarian tidak ingin menatap mata yang kini menatapnya tajam dan penuh intimidasi. Ini salah, seharusnya ia tidak ikut campur masalah ayahnya. Ia salah karena telah berani mengusik seorang Prince Zerganio Anderson, anak tunggal dari orang paling berpengaruh di dunia.

“Gue nggak tau … i-itu urusan Ayah gue, Gan. Gue nggak ikut c-campur, sumpah.”

Netra hitam itu terpejam. Menarik dalam nafasnya sebelum menghembuskan secara kasar. Setelah nya, ia kembali menatap mangsanya, kini tatapannya lebih tajam dari tadi. Ada sebuah amarah dalam tatapan itu, tanpa di ketahui siapapun, tangan Zergan menggenggam erat tongkat besi di tangannya.

“Berapa angka keberuntungan lo?” tanya Zergan tenang.

“Empat,” jawab Filex berusaha tenang.

Zergan mengangguk. “Lo boleh pergi dari sini.”

Mendengar itu, Filex tersenyum senang. Ia tidak akan melewatkan kesempatan ini, segera ia berjalan keluar. Langkah nya terhenti tepat di langkah ke empat nya, rasa nyeri dan basah di punggungnya. Sudah dapat ia tebak apa yang telah terjadi padanya, matanya terpejam merasakan semua rasa sakit.

“Arghh!”

Suara erangan Filex terdengar sangat menyakitkan. Punggung laki-laki itu terdapat empat pisau yang tertancap di sana. Darah mengalir begitu deras, rasa perih menjalar di seluruh tubuhnya. Ia kesusahan untuk menggerakan tubuhnya karena setiap pisau telah di beri sebuah racun.

Tidak puas akan hal itu, Zergan kembali meraih tongkat besi di sampingnya. Gerakan cepat nya tidak dapat membuat Filex menghindar. Sebuah hantaman keras yang ia berikan pada bahu kiri mangsanya menimbulkan bunyi retakan.

“Arghh!”

Tidak hanya sekali, Zergan memberikan sebuah hantaman di bahu kanan, punggung dan terakhir pada kepala belakang. Perbuatannya membuat kepala Filex bocor, cairan merah kental mengalir deras, sedangkan sang empu terkapar di lantai.

“A-ampun, Gan,” mohon Filex.

Zergan mengambil sebuah kapak, dapat dilihat seberapa tajam kapak itu. Dengan santai ia memisahkan kedua kaki dan kedua tangan Filex. Erangan terdengar sangat memilukan, namun tidak dihiraukan oleh Zergan.

Bahkan dua orang yang sedari awal menonton kini tertawa, mereka menertawakan nasib malang seorang Filex Abraham. Berbeda dengan satu laki-laki yang memiliki sifat hampir sama dengan Zergan, laki-laki itu menatap datar tanpa minat.

Nafas Filex mulai tidak beraturan, nafasnya terputus-putus. Seakan tahu jika mangsanya akan segera menghadap sang pencipta membuat decakan keluar dari bibir Zergan. Ia mengambil pistol dengan lambang ‘Z’ di sampingnya.

Dor

Dor

Dor

Dor

Selesai, permainan Zergan selesai. Ia mengusap wajahnya yang terkena percikan darah Filex. Menatap puas mangsanya yang kini sudah tidak bernyawa. Tubuh itu berlumuran darah, bahkan bau anyir menyeruak memasuki indra penciuman.

“Filex yang malang,” ucap Alvano seraya berjongkok menatap tubuh Filex yang sudah tidak bernyawa.

“Ini balasan nya karena telah berani mengusik seorang Prince Zerganio Anderson.” Gio menatap jijik tubuh itu.

“Gan …,” panggil Azka –laki-laki yang memiliki sifat hampir sama dengan Zergan- menatap datar sahabatnya itu. Melempar handphonenya dengan santai, ia sama sekali tidak takut jika handphone itu akan jatuh dan berakhir hancur karena jarak nya dengan Zergan memang cukup jauh.

Hap

Handphone itu dengan sempurna mendarat di tangan Zergan. Tanpa membuang waktu ia langsung menyalakan handphone milik sahabatnya. Membaca sebuah pesan yang di kirim oleh seseorang notabane nya sahabat dari musuhnya.

***

Jangan lupa follow, vote, dan komen ya (jangan asal) serta share cerita ini agar banyak pembacanya.

Gimana part kali ini? Suka nggak?

Karya ini murni dari pemikiran Caca sendiri. Jika ada kesamaan dari alur ataupun tokoh, itu semua pure karena ketidaksengajaan.

Suka cerita ini? Ayok berikan apresiasinya dengan cara vote dan komen.

Thanks for 9K Reader's all, love you🖤

Call me Cacantik🌹

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 04, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ZAVIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang