30. Pergi

4.3K 500 14
                                    

Haikal tidak pernah menyangka. Adik yang selama ini ia jaga dengan kasih sayang kini terbaring lemah diatas ranjang. Lagi. Matanya tertutup dengan damai, seiring dengan deru nafas hangat yang keluar dari mulutnya.

Haikal senantiasa menatap wajah indah sang adik yang terlelap. Mengabaikan suara ribut dari luar kamar, ia seolah-olah menutup telinganya dari suara Jevan yang beradu argumen dengan Mark dan Rendi.

Tidak ambil pusing tentang masalah yang didebatkan, Haikal hanya ingin yang terbaik untuk adiknya. Walaupun rasanya berat sekali untuk melepaskan sang adik yang akan pergi ke luar negri untuk pengobatan.

Sepertinya usaha Jevan untuk menolak hal itu sia-sia. Terbukti dengan wajah kesalnya yang terlihat saat masuk kedalam kamar inap Nael, diikuti dengan Mark dan Rendi setelahnya. Haikal tidak perlu bertanya, pasalnya semua hal ini sudah disetujui oleh Mama terlebih dahulu dan Mama juga akan menemani Nael disana. Jadi rasanya tidak ada yang perlu di perdebatkan.

Jevan yang baru saja masuk itu mendekat kearah Nael. Ia mengusap surai hitam Nael dengan sayang, kemudian mengecup kening adiknya cukup lama sampai-sampai Nael terbangun.

Matanya terbuka pelan. Tatapannya sayu, sepertinya kantuk masih menguasai dirinya. Nael menatap satu-satu kakak nya.

"Cakra dimana, Bang?" tanyanya.

Belum saja pertanyaan itu dijawab pintu kamar inap itu kembali terbuka, ada Cakra yang masuk dengan tergesa diikuti oleh Mama dibelakangnya.

Wajahnya memerah, cairan bening terus mengalir dari matanya. Cakra mendekat dan memeluk Nael yang sedang terbaring itu.

Sang kakak yang mendapat perlakuan tiba-tiba hanya bisa mematung. Cakra menangis deras di dadanya. Nael tak menyangka hari ini sang adik memeluknya dengan sangat erat.

"Kak Na jangan pergi! gak boleh kemana-mana!" tegas Cakra disela-sela tangisannya.

Mama tak mampu berbuat apa-apa selain mengusap punggung rapuh Cakra. Anaknya itu memang sudah menangis sejak Mama memberi tahu keadaan Nael yang semakin memburuk, hingga pengobatan dari luar negri harus dijalani.

"Kak Na bisa sembuh disini, gak perlu kemana-mana!"

"Dek.." peringat Mark.

Nael memang senang Cakra memeluknya kali ini, tapi ia juga merasa sedih karena telah membuat sang adik menangis. Ditambah Aji yang juga menangis di pelukan Haikal.

Nael terlalu lelah untuk berucap hingga ia hanya bisa membalas pelukan Cakra dengan mengusap rambut sang adik. Ketika Cakra mendongak dan tatapan mereka beradu Cakra tidak bisa untuk tidak menangis lebih deras lagi.

Mau bagaimana pun keputusan ini adalah yang terbaik. Mama tidak ingin menunda keberangkatan Nael sehari pun, maka besok pagi mereka sudah harus berangkat. Nael tidak bisa apa-apa selain menerima keputusan itu.

"Kak Na janji kan bakal balik lagi?"

Pertanyaan Cakra membuatnya berpikir sejenak lantas mengulas senyum kecil. Dibawah penerangan yang minim, Cakra dan Aji duduk di masing-masing sisi Nael. Mereka enggan beranjak bahkan saat Nael meminta mereka untuk segera tidur.

Kedua tangannya di pegang oleh masing-masing nya. Nael tidak bisa berhenti bersyukur sudah diberi kenyamanan sampai hari ini.

"Kak Na harus janji habis ini sembuh, ya?" tanya Aji.

Nael menghela nafasnya, ia menatap langit-langit kamarnya dengan sendu.
"Kesembuhan itu cuma ditangan Allah, dek.."

"Kak Na gak bisa nentuin."

Aji tidak membalas setelahnya, begitupun dengan Cakra.

Mereka membiarkan sang kakak istirahat malam ini.

|
|
|

Tubuh nya dibaluti kemeja kotak-kotak kemudian di tutupi dengan jaket cukup tebal. Nael sudah terlihat lebih segar hari ini, walaupun tangan dan kakinya masih lemas setelah menjalani kemoterapi. Tetapi suasana hatinya sangat baik, dirinya tidak berhentinya melempar senyum pada setiap orang termasuk dokter dan suster yang mengurusi keperluannya.

Hari ini Nael dan Mama akan berangkat. Tubuhnya diangkat oleh Jevan menuju kursi roda, keberangkatan pagi ini dari rumah sakit langsung ke bandara.

Perpisahan mereka cukup lama, hanya diisi tangisan sendu dan ucapan-ucapan semangat untuk Nael.

"Mark, Mas Ren. Jaga adik-adiknya, ya?"

Mark mengangguk dan Rendi mengulas senyum teduh. Keduanya memeluk Mama yang akan pergi jauh untuk pengobatan sang adik.

"Mama disana juga harus baik-baik aja, ya? kabari Mas dan Kak Mark terus." jawab Rendi.

Mark berjalan mendekat pada Nael, ia mensejajarkan wajahnya dengan sang adik.

"Nih, lihat! pipinya udah gak tembem lagi?" ucap Mark seraya mencubit kecil pipi tirus adiknya. Nael hanya tersenyum, ia meraih tangan sang kakak lalu menciuminya.

"Kak Mark doain Nael, ya?"

"Iya pasti dong,dek.." jawab Mark cepat.

"Adek abang semangat berobatnya ya? Nanti bisa main sama Mak Kelly lagi." ucap Jevan.

"Nanti Mas tambahin uang jajan Nael, deh!" lanjut Rendi.

Nael terkekeh mendengarnya, lantas ia mengangguk semangat. Sampai matanya jatuh pada kedua adiknya yang enggan mendekat. Nael memberi isyarat agar keduanya mendekat, ia meraih tangan adik-adiknya yang sudah akan menangis kembali itu. "Kak Na pergi sebentar, ya?"

"Cakra jaga Aji, Aji jaga Cakra. Oke?"

"Kak Na cepetan balik nya!" ucap Aji setengah mati menahan tangisnya agar tidak tumpah lagi di bandara ini. Nael hampir tertawa melihatnya, dengan cepat ia mengangguk.

"Kak Na.."

"Cakra gak pernah nyesel punya Kak Na.. Cakra sayang Kak Na! Maafin Cakra kak..." ucap Cakra yang sudah berhambur kedalam pelukan sang kakak.

"Iya.."

Dari kejauhan Nael menatap sendu pada sang abang kesayangannya yang berdiri sendiri. Ia menggunakan jaket tebal yang sama dengan yang ia kenakan, topinya menutupi setengah wajahnya. Nael menggerakkan rodanya dengan tangan sekuat tenaga sampai pada Haikal.

"Abang.."

"Abang doain Nael, ya?"

Sekuat tenaga ia untuk tidak menangis. Setelah helaan napasnya keluar Haikal mendekat kearah sang adik, ia mengulas senyum getir seraya mengusap surai hitam Nael.

"Baik-baik disana, oke?" Nael mengangguk. Tubuh sang adik ia dekap erat, cukup lama karena Haikal tahu akan lebih lama lagi untuk bisa bertemu Nael.

Acara perpisahan itu berakhir sendu.  Terlihat dari balik kaca Mama dan Nael yang melambaikan tangan serta seulas senyum hangat terpatri pada keduanya.

|
|
|

Agak kurang pede sama chap ini tapi gpp harus tetap kiyowo!

See You!💚




Nael and His Family Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang