13. (4)

3.8K 532 5
                                    

Lagi suka banget sama lagu ini  个
Oke, gak nanya :'v

|

Seperti biasanya setelah pulang sekolah Mark akan menjemput Adik-adiknya. Jevan, Haikal, dan Nael memang berada di yayasan yang sama, berbeda dengan Rendi yang tamat SMP sudah mendapat beasiswa untuk masuk ke SMA favorit yang ia idamkan.

Alunan musik klasik menggema di dalam mobil yang masih sepi, Mark menyetir dengan kecepatan sedang sesekali melirik beberapa bangunan tinggi yang ia lewati hingga tak menyadari dirinya telah tiba di sekolah tempat dulu ia mendalami ilmu disana.

Bel sudah sedari tadi berbunyi, Jevan dan Haikal juga sudah berada didalam mobil sedang memperebutkan kacang polong yang selalu tersedia disana.

Namun, pikiran Mark berkecamuk. Kemana Adiknya yang satu lagi? Nael. Anak itu belum menampakkan dirinya sedari tadi bahkan setelah Anak-anak sekelas nya sudah keluar pagar.

Setelah beberapa lama menunggu sampai Haikal ikut gelisah dibuatnya, akhirnya Mark turun untuk mencari Nael di sekolah yang sudah mulai sepi itu.

Sebenarnya ia tidak tahu dimana letak kelas Nael, ia hanya mencari ke setiap kelas yang ia lewati dan memeriksa satu-satu kelas disana sampai pada kelas terakhir dari lorong ini ia menemukan sosok yang dicari-cari.

Cukup terkejut namun setelahnya bisa bernafas lega, Nael tertidur dikelas. Anak itu menjadikan tas nya sebagai bantal. Cukup aneh bagi Mark, kenapa teman-temannya tidak membangunkan jika pelajaran telah selesai? dan bagaimana dengan guru yang mengajar apakah tidak melihat Nael sama sekali?

Ah, cukup sudah. Yang penting Nael sudah ketemu. Mark menghampiri sang Adik dan membangunkannya. Cukup sulit dibangunkan maka Mark mengusap lengan Nael hingga sang Adik mulai terusik.

Anak itu mengeryitkan dahi, membuka matanya sedikit untuk melihat siapa yang mengganggu tidurnya.

"Hng?"

"Ngapain tidur dikelas?" ucap Mark

Seketika Nael terlonjak kaget, dihadapannya adalah sang Kakak dengan wajah paling dingin yang ia tau.

Kemudian Mark meraih tas ransel milik Nael dan menyampirkannya dipundak.

"Ayo"

Tapi Nael tidak juga kunjung beranjak dari tempat duduknya. Ia mengusap matanya yang berair, hidung nya memerah, Nael mencoba agar cairan bening itu tidak keluar dari hidungnya dengan tangan.

Mark yang melihat itu seketika meletakkan punggung tangannya ke dahi sang Adik, merasakan seperti beberapa suhu tubuh normal kini sedikit naik.

Tanpa menunggu lama, Mark membelakangi Nael agar naik keatas punggungnya.

"Kita ke Rumah sakit sebentar" ucap Mark saat membuka pintu penumpang dan merebahkan Nael di pangkuan Haikal.

"Ini kenapa Nael Kak?!" jerit Haikal, dirinya sangat histeris saat Mark tiba-tiba datang membawa Nael yang sudah pucat.

Begitu juga dengan Jevan, permainan zuma yang ia mainkan di ponselnya teralihkan setelah melihat Nael yang memeluk Haikal erat, mereka juga mendengar isak tangis anak itu.

Perjalanan dari sekolah ke rumah sakit cukup jauh, Mark harus melewati dua lampu merah. Haikal sedari tadi tidak melepaskan pandangannya dari sang Adik dan mengusap rambut Nael yang sudah basah oleh keringat.

"Mama..." rengek Nael, Ia merintih terlalu lama hingga terbatuk-batuk.

Bahkan Jevan yang telah merutuki Nael beberapa hari yang lalu jadi merasa bersalah. Dirinya yang melihat Nael lemas kini merasa tidak tega.

Keadaan selama perjalanan hanya diisi oleh suara tangis Nael yang meminta cepat dipertemukan Mama.

|
|
|

Mama menyibakkan seragam Nael, menekan perut Nael dengan dua jari secara hati-hati.

"Sshh.. sakit Ma.."

"Tuh kan, asam lambung nya naik ini. Nael gak makan waktu istirahat tadi?" ucap Mama dengan lembut.

Nael menggeleng lemah. Pegangan tangannya pada Haikal sedari tadi belum juga lepas, justru semakin erat.

"Kenapa?"

"Nael gak laper, tapi Nael minum kok.." jawab Nael

"Minum apa?" pertanyaan itu tiba-tiba saja terlontar dari mulut Haikal. Nael mendongak untuk melihat mata sang Kakak.

"Minum 78"

"78?" tanya Mama

"Minuman yang ada tulisan 78-nya, Nael gak tau minuman apa.." jelas Nael.

Mark menghela nafas lelah, begitu juga Jevan yang menepuk jidatnya sendiri.

"Itu kopi Ma.." Jelas Mark pada Mama.

"Nael, belum makan sama sekali udah minum kopi?" Mama meraih kedua bahu Nael dan menatap kedua mata indah yang sayu. Wajah Nael sudah tidak sepucat tadi setelah meminum obat yang Mama resepkan.

"Tapi enak, Nael suka.."

"Itu kafeinnya tinggi nak.. gak boleh untuk anak-anak" jelas Mama lagi.

"Maaf Ma.."

Mama menghembuskan nafas lega. Kini Nael sudah jauh lebih baik walaupun masih demam dan pilek. Ia akan segera pulang dari rumah sakit.

Sekarang jam kerja Mama sudah habis, Mama berlalu dari sana untuk bersiap-siap untuk pulang kerumah, Mark dan Jevan juga turut membantu Mama sekaligus mengurus administrasi Nael. Sedangkan Haikal masih berada di samping Nael, duduk di sisi ranjang dengan satu tangan masih menggenggam tangan sang Adik.

"Abang.." Nael menggerakkan pegangan tangannya dengan Haikal, menyadarkan Haikal dari lamunannya.

"Abang kok diam aja?"

"Abang masih marah sama Nael?" tanya Nael dengan suaranya yang masih serak karena batuk.

Haikal menggeleng cepat. Tidak, kali ini tidak boleh ada kesalahpahaman lagi.

Haikal meraih kedua tangan Nael, mengusap tangan itu dengan lembut. "Abang gak pernah marah" akhirnya Haikal bisa mengucapkan itu.

"Abang sedih Nael kaya gini, jangan lagi" lanjutnya.

"Maaf atas sikap Abang selama ini, ya?"

"Jadi Abang mau main sama Nael? kaya Aji, Cakra dan Mas Ren?"

"Mas Ren?" Haikal mengernyit bingung. 

"Iya, Mas Rendi. Kalau kata ibu-ibu warung Mas Rendi kasep" jelas Nael dengan polosnya.

Haikal tergelak geli, sungguh Adik didepannya ini sangat menggemaskan. Haikal mengusak surai hitam Nael hingga anak itu mengaduh.

"Iya, Abang mau main sama Nael. Kak Mark, Bang Jevan juga.. Tenang aja.."

|
|
|

Besok udah gak cerita flashback lagi😁



See you!💚

Nael and His Family Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang