1

9.2K 634 105
                                    

-Tahun 2007-

Seperti biasa setiap tahun ajaran baru dan hari pertama masuk sekolah kondisi jalan selalu ramai dan macet layaknya pagi ini.
Hal pertama yang harus di hindari adalah menggunakan mobil pribadi untuk menuju tujuan, namun kali ini seorang pria berkulit putih, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu tampan sedang memonyongkan bibirnya di kursi penumpang depan sebuah mobil sedan.

"Sudah, nggak usah manyun begitu. Tetep dapat kelas sama tempat duduk nanti."

"Ya tapi di depan. Gue males Mbak."

"Biar pinter, biar jadi dokter kaya Mama dan Papa."

Pria muda yang bernama Robert Aryawilaga itu hanya mendengus mendengar kata kata wanita yang sedang sibuk memanuver mobilnya di padatnya jalanan kota Jogja.

"Gue pingin kaya Lo saja jadi relawan buat kegiatan kemanusiaan. Nggak mikirin dunia kaya orang orang."

Kini wanita yang bernama Rosaline Aryawilaga itu hanya tertawa di balik kemudi mobilnya

"Bet, gue kasih tau ya, cara orang untuk peduli dengan lingkungannya itu bermacam macam. Seperti Papa sama Mama selalu ajak kita ke Panti Asuhan bayi dan Anak sejak kita kecil. Itu cara mereka untuk berbagi dan peduli dengan sesamanya sesuai kemampuan mereka yaitu membantu memonitor kesehatan mereka semua."

"Iya, gue nggak tau kenapa lihat anak anak di sana suka nggak tega. Banyak orang hidup kaya raya tapi lupa berbagi pada sesama. Banyak orang berfikir keluarga kita kaya raya karena kebanyakan berisi dokter tapi nyatanya hidup kita nggak ada yang mewah, kebanyakan yang masuk untuk kegiatan amal."

"Ya sudah Lo buruan masuk, kita sudah sampai," kini Robert celingukan melihat antrian mobil di depannya yang panjang, bahkan gerbang sekolah masih jauh dari penglihatannya.

"Duh Mbak Aline, ini masih jauh."

"Buruan Kuya, keburu Lo dapat bangku depan."

"Ya sudah gue duluan, thanks sudah diantar."

"Okay. Dha, adikku paling ganteng, calon dokter."

"Prett," Kata Robert sambil keluar dan menutup pintu mobil.

Setelah menutup pintu mobil Robert berlari kecil menuju ke gerbang sekolahnya hingga akhirnya tepat pukul 06:50 WIB ia berhasil melesatkan dirinya di halaman sekolah yang cukup luas dan rindang ini.

Setelah berkumpul dengan sekitar 300 an orang di halaman sekolah akhirnya pembagian kelas pun di mulai dengan kepala sekolah mempersilahkan murid untuk melihat nama mereka masuk ke kelas mana yang ada di mading sekolah.

Sebagai generasi santuy, Robert memilih untuk menunggu para murid yang sedang berjibaku untuk melihat nama mereka masuk ke kelas mana. Ia menunggu di dekat pilar yang ada di pojokan dekat Mading.

Kini ia melihat sesosok wanita yang menunggu di sebelahnya. Mau tidak mau ia berbasa basi agar tidak di anggap sombong

"Nunggu antrian juga ya?" Tanya Robert santai sambil menyedekapkan tangannya di depan dada

Perempuan itu hanya tersenyum dan Robert akui cukup manis walau tidak semanis gula pasir

"Iya."

"Oh, sama."

Kumudian mereka saling terdiam hingga akhirnya Robert merasa mading cukup sepi dan ia pamit lebih dulu dari perempuan tersebut

"Gue duluan ya?"

Perempuan bernama Monica Senja Sahanna itu hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Sedangkan Robert setelah mengetahui dimana kelasnya berada segera melesatkan dirinya menuju ke kelas.

Senja Untuk RobertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang