Hari Hujan ke-9

61 8 0
                                    

"Kau masih datang ke sini?"

Hanya suara gemerisik daun yang menjawab tanyanya. Kali ini, angin berhembus lebih kencang dari biasanya, pula udara dingin yang semakin menusuk ke dalam pori-pori sampai ke tulang.

Ketika cuaca sangat cocok untuk menjadi teman istirahat, bersama secangkir coklat hangat, dua orang ini masih setia, dengan berteduh pada satu payung yang tidak bisa meneduhkan dengan sempurna.

"Maaf."

Alis sewarna surai mengernyit pelan, merasa janggal dengan intonasi suara yang didengar. Siapapun mungkin bisa menyadari, bahwa gadis itu mengeluarkan permohonan yang berisi penyesalan.

"Maafkan aku."

Lelaki itu saja, tidak mengerti mengapa sang gadis berusaha sekeras itu, untuk meminta maaf.

Jaket yang dipakainya lebih tebal. Mungkin berusaha mencegah dingin mengganggu, padahal malah semakin memperburuk. Dengan keadaan basah kuyup, apalagi menyerap di pakaian setebal itu, hanya akan membuatnya semakin kedinginan.

Ketika dirinya memeluk lutut yang tertekuk, bibirnya sedikit bergetar. Entah kerena suhu udara, atau memang perkataan tulus dari lubuk hati.

"Seberapa keras pun aku mencoba, aku tidak bisa." tenggorokannya mulai tercekat, pula hidung yang terasa panas menahan isak. "Aku tidak bisa meninggalkan tempat ini."

Sang lelaki hanya diam, memperhatikan, ketika hatinya mulai mencoba memutuskan. "Kalau begitu, jangan protes jika aku tetap meneduhi mu." bibirnya mengulas senyum lembut, bersamaan dengan kepala gadis yang menoleh, mengarahkan tatapan padanya.

"Aku berjanji, tidak akan membiarkanmu kebasahan lagi."

Seketika, iris mata gadis itu bergetar.

⋇⋆✦⋆⋇

Under your Umbrella || Sugawara Koushi [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang