Hari Hujan ke-14

43 7 2
                                    

"Hei, kau tau, kan. Aku tidak mungkin bisa menemanimu di sini untuk selamanya."

Gadis itu mengangguk, tak menanggapi lebih.

"Karena itu, boleh aku meminta suatu hal?"

Kini alisnya mengernyit, berhasil menarik seluruh atensinya yang semula menatap dua kaki berayun bergantian. Memiringkan kepala, ia memilih bertanya singkat, "Apa?"

"Maukah kau berhenti melakukan hal ini ketika aku tak sanggup lagi meneduhimu?"

Kerutan pada dahi semakin dalam. Gadis itu menunduk sejenak, menggeleng kecil beberapa kali. "Kenapa tiba-tiba begitu?" tanyanya kembali menatap lawan bicara.

Pemuda itu terkekeh lembut seraya menghembuskan nafasnya. Di saat bersamaan, angin dingin menerpa hebat dari arah belakang, sehingga membuat surai kelabunya terhempas menutupi sirat dalam netranya.

"Jika yang kau katakan memang benar, maka aku tidak ingin merasakan sesuatu yang disebut kehilangan itu. Aku tidak ingin kau kenapa-kenapa."

"Karena bagiku, saat ini," lirihan lelaki itu terdengar lembut dengan senyum tipis di bibirnya. "Kau sangat berharga bagiku, lebih dari diriku sendiri."

"Aku?" tanyanya, menunjuk diri sendiri menggunakan jarinya. "Kenapa aku?"

"Karena aku sangat berterima kasih padamu."

"Untuk apa?"

Bingung tak kunjung hilang, sebab sang pemicu obrolan hanya bergeming tak berkata. Dirinya yang sibuk menatapi pijakan becek terkena air hujan, sembari mengulas senyum yang menghasilkan banyak pertanyaan, membuat gadis itu semakin terheran-heran.

"Bagaimana, ya?" gumam pemuda itu, terkekeh lembut. "Beberapa minggu lalu, aku selalu gelisah akan suatu hal."

"Kau tau? Sejak kecil, aku selalu dihantui rasa takut akan sesuatu, dan sampai sekarang tak pernah berhenti." pemuda itu termenung sejenak. Pikirannya kosong, seakan menghilang entah kemana, atau mungkin kembali pada sesuatu yang terdahulu. "Pada akhirnya hal itu menjadi beban tersendiri bagiku."

Penjelasan itu tak sama sekali memuaskan. Apa atau kenapa yang ia utarakan tak juga terjawab, sebab sang laki-laki hanya bergumam seorang diri, menceritakan tentang dirinya lebih dalam, tetapi masih dibatasi oleh penghalang besar.

"Tapi setelah aku bertemu denganmu."

Iris mata gadis itu melebar, ketika sang pemuda meliriknya lewat ekor mata, dengan senyum pada bibir yang membuatnya semakin memesona.

"Aku menyadari sesuatu sehingga bisa melepas semua beban yang selama ini memberatkanku." laki-laki itu menoleh sepenuhnya, menunjukkan parasnya yang rupawan, ketika angin menambah suasana dengan menerbangkan surainya. "Akhirnya, aku bisa menghadapi takdir yang menunggu di hadapanku. Aku tidak takut lagi."

Rona tipis mulai memberi warna pada pipi sang gadis. Kau tau? Menjadi bagian dari perubahan baik terbesar seseorang itu, terkadang begitu istimewa. Dan kini, wajah seseorang di hadapannya begitu manis.

"Tanpamu, mungkin saat ini aku masih terombang-ambing dalam rasa takut terbesarku dan tak bisa melakukan apa-apa. Aku benar-benar berterima kasih."

Kedua alis sang gadis bertautan. Pertanyaan dalam benaknya masih belum terjawab. Meski begitu, ia merasakan kehangatan yang entah datang darimana. Itu membuatnya sedikit, lega.

"Aku masih tidak paham, memangnya apa yang aku lakukan padamu sampai membuatku berharga bagimu?"

Laki-laki itu malah tergelak dengan rona tipis di pipinya. Seraya menutup celah bibir menggunakan kepalan tangan, ia pun kemudian berdehem, lalu menatap dengan sorot pandang jahil. "Yah, entahlah," jawabnya asal, kembali melanjutkan tawanya.

Meski begitu, ini tidak lucu bagi gadis itu.

Dirinya tak sama sekali tertawa, meski suara sang pemuda menggelegar adanya.

Apakah ini karena hujan?

Ternyata benar.

Hujan tidak akan membuatnya menjadi lebih baik.

"Kau pernah bilang bahwa masalah kita saling berhubungan, kan?" tanya gadis itu tiba-tiba, mengingatkan kembali kenangannya pada kejadian beberapa hari lalu. "Itu, apa maksudnya?"

Ia mulai ragu,

"Hm?" laki-laki itu mengangkat sebelah alis, lantas kembali terkekeh hingga kemudian mengalihkan tatap. Ataukah, menghindari tatap?

"Bukan apa-apa, kok."

Juga takut.

Ketika sang gadis takut kehilangan seseorang di sekitarnya, laki-laki itu takut akan kehilangan dirinya sendiri.

⋇⋆✦⋆⋇

Under your Umbrella || Sugawara Koushi [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang