"Kau, kenapa memakai baju serba biru begitu?"
Wajahnya menyiratkan rasa heran yang teramat. Sebab, biasanya lelaki yang selalu menemaninya ini selalu datang dengan gaya modis, tetapi sekarang hanya pakaian biru muda polos yang monoton. Tentu menjadi pertanyaan bagi Sang gadis.
"Heee, kau tidak tau, ya?" sahutan dengan nada riang terdengar merdu keluar dari celah bibirnya. Lelaki itu menyimpan sebelah tangannya di atas pinggang, menggerutu sebal. "Ini sedang tren, tau! Aku juga lihat banyak orang yang memakai baju seperti ini."
"Benarkah?" iris mata sang gadis melebar kaget. "Ahhh, sepertinya aku memang bukan remaja yang tau segala hal di dunia ini." ia menepuk dahinya dengan telapak tangan, merasa kesal dengan diri sendiri karena kurang bersosialisasi.
Lelaki itu malah tergelak, tangannya yang tengah menggenggam payung sedikit goyah karena tertawa terlalu keras. Haa, ternyata menyenangkan mengerjai seseorang yang polos seperti gadis ini.
"Ya, benar! Baju seperti ini sedang tren, tapi kau tidak boleh memakainya!"
"He? Kenapa?!" ujaran protes langsung melayang diikuti tatapan tajam, kenapa ia dikecualikan untuk menggunakan pakaian tren itu?
Sang pemuda terkikik, ia menutupi celah bibirnya menggunakan punggung tangan. "Hihihi, tentu saja, aku tidak akan membiarkanmu memakai pakaian ini sampai kapanpun!"
Gadis itu mendecih, lantas membuang mukanya dengan ekspresi sebal yang kentara. Tindakannya hanya membuat gelak tawa di belakang semakin keras, dan itu benar-benar mengganggu telinganya yang berharap mendapat ketenangan.
Sebenarnya,
Ia ragu.
Gadis itu tau pasti, tetapi tidak begitu yakin. Ketika melihat lelaki itu dengan balutan pakaian biru yang terasa familiar,
Ia sedikit takut.
Lelaki di sampingnya terkekeh, semakin memelankan tawanya dan membiarkan ketenangan menghampiri. Ia tersenyum lembut. Tatapan hangatnya masih juga tertuju pada surai gadis yang beterbangan terkena angin petang.
"Hey, ada yang ingin kutanyakan."
Gadis itu tertegun. Jelas sekali nada bicaranya berubah drastis. Lantas, ia pun bertanya, "Apa?"
Sang pemuda bergeming sesaat, ketika dua orang dengan satu payung tengah melintas melewati dirinya. Lelaki itu tau, gadis yang tengah berlalu bersama dengan kekasihnya (mungkin), sempat memperhatikan.
Tapi masa bodoh.
Ia mengeluarkan tanyanya,
"Apa yang kau pikirkan tentang seorang pembohong?"
Hening.
Untuk sesaat, suara hujan mendominasi pendengaran. Tak terdengar sebuah jawaban, sebagai pemuas tanya dalam benak. Keduanya tetap setia bergeming, meski tau suasana ini sudah lama tak disukai.
"Aku, membencinya."
Lelaki itu tersentak.
Tetapi kemudian, senyum miris terukir di bibirnya.
"Aku tidak bisa tahan terhadap seorang pembohong." gadis itu memutuskan menunduk, membiarkan surainya berjatuhan menutupi paras yang mencipta sendu. Kedua tangan di atas pahanya mulai bertautan gelisah.
"Perasaan ketika mengetahui kepercayaanku dipermainkan adalah yang terburuk, aku benar-benar benci situasi di saat aku menemukan sesuatu yang aku tau hanyalah sebuah kepalsuan."
Gadis itu menahan nafas, gerakan menautkan tangannya pun berhenti seketika. Sakit yang ia tau pasti rasanya kembali menguar mengisi seluruh relung hatinya. "Dia juga pernah berjanji untuk selalu bersamaku."
"Tapi hal itu tak pernah terjadi."
Laki-laki itu menunduk, memasukkan sebelah tangannya ke dalam saku celana. Wajahnya menggelap, entah apa yang tengah mengisi pikiran kacaunya, tetapi ia teramat resah karenanya.
"Begitu, ya ...?"
Sunyi mengambil alih suasana kembali. Dengan satu tarikan nafas, gadis itu berhasil menguasai dirinya sendiri. Punggungnya pun bersandar para kursi taman, menikmati ketenangan untuk sesaat.
Namun, seseorang di sampingnya memiliki suasana yang berbeda. Ia tengah bergulat dengan pikirannya. Entahlah. Mungkin memang kesalahannya sendiri yang membawa lelaki itu pada situasi ini.
Bukankah sebelumnya ia enggan? Lantas, bagaimana bisa tempat ini menjadi satu-satunya tempat yang tidak ingin ia tinggalkan?
Ini satu-satunya tempat yang berhasil membuat rasa takutnya lenyap,
Tetapi,
Memberi rasa takut lain yang lebih hebat.
"Hei, bolehkah aku meminta tolong padamu?"
Menoleh, sang gadis pun bertanya, "Apa itu?"
"Tolong,"
Gadis itu terkesiap. Netranya melebar ketika menangkap senyuman yang membuatnya dipenuhi kehangatan dalam seketika. Lelaki itu tengah memiringkan kepala, dengan senyuman di mata dan bibirnya, yang entah mengapa,
Terasa sedikit menyesakkan.
"Jangan membenciku, ya?"
⋇⋆✦⋆⋇
KAMU SEDANG MEMBACA
Under your Umbrella || Sugawara Koushi [✔]
Fanfiction❝Kita dipertemukan di antara air mata langit yang berjatuhan❞ ©Mizura, 2021.