Hari Hujan ke-16

58 6 0
                                    

Prakkk

Detak jantungnya terasa berhenti.

Ponsel yang semula berada di dekat telinga jatuh, menghantam kursi taman yang basah hingga menimbulkan percikan air dan suara pecah yang nyaring. Ia bergeming, tubuhnya kaku tak mampu bergerak.

"Pembohong."

Tatapannya kosongnya seketika dipenuhi oleh luka. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, tetesan air yang sedikit hangat ikut mengalir melewati pipinya, bersatu dengan dinginnya air hujan yang berjatuhan dari langit kelabu, sekelabu surai seseorang yang kini tak lagi di hadapannya.

Ini tak sama. Si sampingnya, tak ada lagi seseorang yang senantiasa melindunginya dari hujaman ribuan air, ditemani senyuman hangat yang membuatnya lupa sedingin apa air hujan. Kini, ia sendiri, dalam keadaan basah kuyup, dan hati yang hancur lebur.

"Pembohong," gumamnya sekali lagi. Ia menunduk, sebelah tangannya meremas surainya dengan kuat, sedang tangan yang lain menggenggam erat balutan pakaian yang menutupi dada.

Rasa sesak yang teramat membuat dirinya kesulitan bernafas. Gadis itu terisak. Sakit yang menjadi-jadi dalam dadanya begitu menyiksa.

"Kenapa kau berbohong?"

Tubuhnya membungkuk, meringkuk, mencoba mencari setitik kehangatan yang nampaknya tak akan pernah ia temukan lagi. Luka dalam hatinya menjelma menjadi suara yang bergetar, menyuarakan tanyanya,

"Kau bilang tidak akan membiarkanku kebasahan lagi ..."

⋇⋆✦⋆⋇

Under your Umbrella || Sugawara Koushi [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang