𝗥𝗲𝗮𝘄𝗮𝗸𝗲𝗻 𝗚𝘂𝗮𝗿𝗱𝗶𝗮𝗻 | 𝓣𝓱𝓮 𝓓𝓲𝓿𝓲𝓷𝓮 1

10. Fact

‧͙⁺˚*･༓☾　10. Fakta　☽༓･*˚⁺‧͙

Masih tersisa beberapa menit sebelum istirahat pertama usai. Gema dari derap sepatu menandakan tak ada kepadatan di sekitar. Cuar jajaran rak buku yang tersusun rapi dan agak berdebu selalu Aaleah perhatikan. Mata gadis itu memicing penasaran setiap menangkap judul menarik pada bagian sisi buku yang tertata apik.

Meniti langkah sesudah Arkatama, akhirnya mereka menetap pada satu lorong yang terbentuk dari dua apitan rak buku. Paling-paling di sekitar hanya ada anak kutu buku dan pengurus perpustakaan saja, terlebih penanda jam belajar selanjutnya akan berdering.

"Kalau ingin meminjam buku yang ada di sini, aku akan menemanimu ketika kita akan pulang. Sekarang kita fokus membahas hal penting," ujar Arkatama seolah punya mata tambahan di belakang kepala yang memergoki Aaleah mencolek buku-buku. Dia nyaris terdengar berbisik dan bicara dalam bahasa Theody. Biarpun terdengar orang sekitar—yang terhitung jari, tetapi tak ada manusia lain yang memahami bahasa tersebut selain Chevalier.

"Pengumuman tadi terdengar serius dan meteor yang dibicarakan juga terdengar berbahaya. Apa mungkin ini berkaitan dengan hal kelam yang akan terjadi?" Alis Aaleah menegas.

"Sepertinya tidak."

Garis muka Aaleah seketika berubah heran menghadap Arkatama. "Mengapa? Alasan apa yang kau pikirkan?"

"Malam saat meteor itu terlihat, keesokannya Chevalier langsung menemukanmu. Aku sudah memikirkannya di malam ketika kau menangis. Keberadaan benda angkasa itu antara kau atau makhluk yang kau singgung sekarang. Kemungkinan juga makhluk lain yang belum kita temukan." Arkatama menjawab mantap.

Tatapan Aaleah berubah sengit kepada Arkatama. Langkahnya memundur dan dia merasakan gelegak jengkel di perut. Suaranya sedikit meninggi. "Apa maksudmu dari aku adalah meteor itu!?"

"Sebelum kau marah, ada yang harus kau pahami terlebih dahulu. Kita sama sekali tidak tahu tentang benda asing ini. Terdengar berbahaya, karena itu adalah bentuk kewaspadaan dari manusia. Kau tahu sendiri, mereka lemah dan hanya dapat mengandalkan akal cerdiknya. Lagi pula masih ada Chevalier. Dia bisa membantu kita menyelidikinya jika itu yang kau inginkan. Dua Guardian dan satu manusia tak biasa. Perkara ini tak akan sulit untuk dituntaskan." Pendirian Arkatama masih tenang dan hanya menampang teduh. Dari luar dia seperti tak membesar-besarkan hal ini seperti yang saudarinya lakukan. Pembahasan semerta-merta hanya untuk memuaskan keingintahuan gadis itu saja, sekaligus meluruskan pikiran kusut yang bersemayam dalam benaknya.

Aaleah melemaskan otot wajah. Perkataan Arkatama ada benarnya juga. Namun, jika terungkap bahwa selama ini dirinyalah yang Plateau buron, apa yang akan terjadi selanjutnya? Jika ternyata sosok berambut putih itu adalah meteor tersebut, apa yang harus aku lakukan untuk menjaga kehidupan di sini?

"Tetapi, bagaimana jika makhluk berambut putih ini ternyata lebih kuat dari Chevalier?" Aaleah mengigit bibir risau dan membuang pandangan dari Arkatama, ingin berusaha mencari dugaan lain yang dirasa mampu mengempaskan pikiran buruknya.

"Terpaksa kita harus bertindak," jawab Arkatama datar.

"Jika memang seperti itu ...." Aaleah mengusap tengkuk dengan cemas dan rautnya menggambarkan perasaan tidak enak. "Bagaimana caranya aku menggunakan kemampuan? Kau melakukannya seperti apa?"

"Hanya keluarkan senjata saja. Aku keberatan menunjukkannya di sini. Kemunculannya mampu menumbangkan rak-rak buku ini. Kita juga bisa menghapus ingatan makhluk sekitar, memengaruhi jiwa seseorang untuk melakukan sesuatu bagi kita, menyegel objek hingga transparan, menciptakan perisai gigantik untuk perlindungan skala besar, dan masih banyak lagi. Salah satunya seperti yang kau ketahui, menawarkan hidup abadi kepada makhluk lain, Chevalier bukti nyatanya," jelas Arkatama sampai dia sendiri kewalahan memerincikannya. Ada banyak hal luar biasa yang sudah dia lakukan untuk memperjuangkan sesuatu.