𝗥𝗲𝗮𝘄𝗮𝗸𝗲𝗻 𝗚𝘂𝗮𝗿𝗱𝗶𝗮𝗻 | 𝓣𝓱𝓮 𝓓𝓲𝓿𝓲𝓷𝓮 1

46. Yearning

‧͙⁺˚*･༓☾　46. Kerinduan　☽༓･*˚⁺‧͙

Percekcokan itu seperti tidak ada selesainya. Ketika kembali ke ruang tamu, jantung Aaleah dibuat berdetak keras lagi oleh penampakan wanita yang mencengkeram kerah seragam kerja putih si Pirang, dan satu tangan yang merenggangkan jemari hendak mencakar manusia itu sedang ditahan manual oleh Naliu. Si Pirang meronta-ronta berusaha melepaskan diri dari tarikan di kerah. Chevalier tidak yakin kalau ini adalah waktu yang tepat untuk menertawakan situasi yang tampak konyol di matanya. Dia mengabaikan Aaleah yang segera mengambil posisi di tengah, memisahkan si Pirang dan wanita itu.

Dorongan Aaleah di dada si Pirang dan wanita itu—yang dilakukan serempak, membuat para pelaku terbanting menjauh. Kekesalannya terhadap Chevalier masih bergelegak di dasar perutnya, sehingga dia tak kuasa mengontrol tenaga. Si Pirang menabrak kursi sofa yang bentuknya sudah hancur sampai perabotan itu terjungkir menyamping. Sementara wanita itu terhuyung ke dalam pelukan Naliu yang kemudian mereka bertumbuk ke dinding sebelah televisi pecah.

"Simpan energi kalian untuk penyerangan yang lebih bermanfaat malam ini," ucap Aaleah bergaya imperatif, sontak membuat semua anasir terpaku kepadanya. Dia kemudian mendekati wanita itu yang menolak Naliu, menjulurkan tangan untuk menyalami. "Aku tahu, kau werewolf murni. Chevalier yang cerita. Regal, bukan?"

"Rieca, dari bangsa Gaelic," kata wanita itu mengoreksi. "Regal cuma nama panggung."

Chevalier dengan secepat kilat menampik tangan Aaleah dan Rieca yang hendak berjabatan. Dia menarik Aaleah ke belakangnya. "Tuanku tidak menyukaimu!" Begitu sanggahannya. Sekarang dia sudah sedikit mengerti, mengapa pada malam sebelum dia ke swalayan bersama Aaleah, Arkatama terdengar berat membicarakan werewolf yang ini. 'Rieca dari bangsa Gaelic', suara Arkatama menggema di dalam kepalanya. Pun, wajah lesu Guardian itu terproyeksi di angannya. Wanita ini barbar dan kasar, beberapa menit kehadirannya saja sudah membuat rumahnya kapal pecah.

"Tuanmu terlihat damai-damai saja dengan kehadiranku." Terjadi mispersepsi dengan pemahaman Rieca. Dia mengira Aaleah adalah tuannya si pria yang kecilnya gemuk itu. Beberapa detik kemudian, dia seperti menyadari sesuatu, lalu memiringkan tubuh ke kanan dan mengintip Aaleah yang di belakang Chevalier. "Katanya kau adalah Aaleah. Tapi aku tak percaya. Dia sangat menentang Divines, dan kau di sini punya cirinya Divine. Atau jangan-jangan ... si kembar itu punya saudara lain ... atau ...." Tiba-tiba dia terbelalak sendiri dengan tangan kanan menutup mulut, suaranya jadi agak gemetaran. "Jangan-jangan kau anaknya Guardian terdahulu!? Arkatama punya anak!? Ya ampun! Bukannya dia misoginis, ya!?"

"Jangan bicara sembarangan!" Chevalier memaju sewot dan terdengar menggelegar, menunjuk hidung bangir Rieca dengan garang selagi satu tangannya bertolak pinggang. "Tuanku tak pernah bersedia menjadi ayah! Aaleah memang kembali ke dunia ini sebagai separuh Divine! Kalau tak punya kepentingan selain membuat keributan sebaiknya kunci mulutmu!"

Wanita ini luar biasa! pikir si Pirang dan Naliu, ketika Rieca tak terlihat ngeri dan dengan jantannya menongkah, bersedekap dan membusungkan dada ke Chevalier. Si Pirang dan Naliu, rasanya bisa membayangkan ada kilatan petir dari mata pria dan werewolf itu yang saling beradu pandang.

"Benarkah?" Rieca menaikkan sebelah alis kelabunya. "Lantas, kenapa dia tidak mengingatku? Dulu aku sering mencukur buluku sebelum pergi bersamanya ke negeri manusia. Wajahku yang bersih ini–" Kelima jari kanannya yang berkuku runcing dan berlukisan pola marmer grafit-emas menunjuk wajah dengan gerakan berputar, "–seharusnya dia masih ingat karena aku tak pernah mengambil prosedur kecantikan dari era mana pun. Ini terlalu mencurigakan juga karena Aaleah punya histori yang buruk dengan Divines suci. Gadis di belakangmu ini tampak menyedihkan, Aaleah yang aku ingat itu perkasa."