35. Anesthetized Thing

43 6 0
                                    

‧͙⁺˚*・༓☾ 35. Makhluk Lali ☽༓・*˚⁺‧͙

"Astaga, siapa mengira kalau pria perlente ini ternyata bisa menindik seperti anak muda. Siapa yang mengiris alismu jadi keren begini?"

Rumah Sakit Curtis tidak pernah lenggang. Terutama di lobi utama yang sebagian besar kursi tunggu sudah padat pengunjung, padahal ini masih awal hari. Dua orang dewasa berjas putih di hadapan Chevalier itu tampak segan tak segan menepuk lengan atasnya sebagai bentuk melepas kerinduan sejawat. Bora, nama di pin dada wanita berwajah sintal, dan Hae Jeong, nama pria yang rambutnya agak beruban meski wajahnya belum begitu berumur. Bora mendengkus dan bibirnya merapat kecewa ketika Chevalier tak menjawabnya.

"Omo!" Hae Jeong tampak tercengang sewaktu melihat Aaleah yang berpakaian hangat bersikap malu-malu bersembunyi di belakang Chevalier. "Orang frigid ini akhirnya punya pacar! Datang-datang kaubawa banyak kejutan, ya!"

"Bicara apa kau? Dia keponakanku dan jangan bercanda cabul di depannya." Nada Chevalier tak terdengar ramah meski wajahnya tersungging senyum sinis, menyalurkan secuil keakraban di samping ketidak setujuan. Kedua temannya itu dahulu mengenal Arkatama sebelum Aaleah menghapus ingatan dunia. Bila masih kenal pun pastilah mereka akan serupa si ketiga remaja yang sempat meragu ternyata Arkatama punya kembaran.

"Baguslah!" Hae Jeong menyingkirkan Chevalier dari Aaleah yang menutupi wajah ngerinya dengan syal, dan menjulurkan tangan. "Kau manis sekali. Aku Hae Jeong dan mari bertukar nomor."

Sementara itu, Chevalier terkekeh jenaka. "Hae Jeong," katanya seraya menepak dada pria itu. "Kau bernyali menggoda gadis sekolahan? Aku juga tak memberinya ponsel."

"Aigoo ... kau kejam sekali tak memberinya ponsel. Di zaman ini, itu benda sehidup semati orang-orang. Terutama anak sekolahan .... Gadis ini pasti sangat merana." Bora menimbrung dan membenahi kacamata yang melorot di hidung peseknya.

"Bora, kau berlebihan. Sudahlah, aku bawa orang baru yang akan mengisi tim pemulasaraan. Sebentar lagi musim salju. Kita akan bertambah sibuk karena jalanan yang licin." Chevalier segera mengalihkan topik sebelum Aaleah yang kini terlihat berseri makin tertarik dan akan berujung penuntutan ponsel.

"Sialan, kau malah membawa pengalihan fokus para perawat tambahan. Kau diam dan sibuk saja sudah menimbunkan dosa di jiwa mereka. Aigoo ...." Hae Jeong menceracau seraya mengusap kening dan memandang si Pirang yang masa bodoh memperhatikan lalu-lalang.

" Hae Jeong menceracau seraya mengusap kening dan memandang si Pirang yang masa bodoh memperhatikan lalu-lalang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hae Jeong ...." Chevalier bergegas menangkup telinga Aaleah. Gadis itu hanya bungkam, tidak menangkap maksud pembicaraan dokter-dokter ini. Ketika Hae Jeong menoleh, Chevalier menggeleng.

Penampilan si Pirang sedikit berantakan meski orang-orang melihatnya menarik. Tidak seperti Chevalier yang memakai pomade sehingga tampil necis, si Pirang hanya menggulung longgar rambut panjangnya asal tak berjurai kusut. Aaleah menilai kedua manusia ini jelas terlihat berbeda, tetapi dia yakin jika keduanya bisa karib walau saat di rumah mereka tampak enggan berbincang selain memperdebatkan hal yang kurang esensial—paling sering mempermasalahkan penggunaan sabun untuk mencuci piring.

𝗥𝗲𝗮𝘄𝗮𝗸𝗲𝗻 𝗚𝘂𝗮𝗿𝗱𝗶𝗮𝗻 | 𝓣𝓱𝓮 𝓓𝓲𝓿𝓲𝓷𝓮 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang