54. Conjunctly

23 3 0
                                    

‧͙⁺˚*・༓☾ 54. Bersama ☽༓・*˚⁺‧͙

Chevalier patah hati, seakan jantungnya terenggut untuk yang kedua kali. Aaleah enggan menyendok masakannya ke mulut. Kata gadis itu perutnya akan meledak kalau diisi makanan lagi. Mendadak suasana di meja makan menjadi turun ke titik kekikukan.

"Begitu. Kenyang, ya?" ucap Chevalier lembut, pura-pura tak ada masalah dan berusaha menutupi rasa sakitnya. "Baiklah." Dia tak memaksa, mengangkat piring Aaleah dan memindahkannya ke konter dapur di sebelah kompor. Setelah itu dia duduk, di sisi meja kiri dari hadapan Aaleah—gadis itu selalu mengambil tempatnya Arkatama—dan mulai makan bersama yang lain.

Sementara Kailias yang duduk di seberang Chevalier menghargai masakan itu dengan hanya mengambil sedikit porsi.

Tentang Rieca dan Naliu. Chevalier tidak gembira karena mereka masih berada di rumahnya. Dia ingat bahwa dirinya sudah mengatakan, "Sehabis kalian makan dan membersihkan diri, aku tidak mau begitu bangun melihat kalian masih di sini." tadi pagi. Namun sepertinya mereka tuli, atau tidak menganggap serius dirinya yang teler oleh kantuk. Tentu, dia marah, tetapi dia juga tak dapat melawan ketika Rieca dan Naliu lebih setuju ingin mendengarkan pendapat dari Aaleah. Akhirnya, dia memaksakan diri memasak makan malam lebih untuk mereka.

Hidangannya berupa sayur yang direbus kaldu dan daging kukus dengan racikan kecap. Makanan rendah lemak yang dia peruntukan untuk program dietnya Aaleah. Akan tetapi gadis itu sudah makan di luar, dan dia jadi bertanya, "Isi dompetku utuh. Kau dapat uang dari mana?"

"Bukan aku," Aaleah menjawab lugas, "Tetapi Kailias. Rieca dan Naliu yang berikan."

"Oh, ternyata kalian beruang juga, ya." Chevalier melirik Rieca di sebelah Kailias, dan juga Naliu di sebelah kirinya dengan hawa tak mengenakkan.

Rieca berdeham dan minum sejenak, lalu membalas, "Ya, ya. Namaku masih muncul di media meski statusnya sebagai orang hilang. Aku lumayan terkenal, loh."

"Ganti perabotku yang kau rusaki." Chevalier menyuap makanan. Mengunci bantahan Rieca dengan tatapannya yang asertif. Hingga kini ruang tamunya masih tak sedap dipandang.

"Ya!" Aaleah tiba-tiba antusias. "Berikan Kailias perlengkapan kamar juga. Aku percaya, kau akan memenangkan ajang pamer harta itu."

"Bedebah!" Rieca meletakkan sumpit dan menunjuk semuanya—tak kecuali Aaleah. "Kalian memorotiku."

Naliu mengangkat kedua tangan, ingin makan dengan tenang. "Aku tidak," katanya seraya mengunyah.

"Ajang pamer harta? Taruhannya apa? Dia polos–" Chevalier menunjuk Aaleah di sebelah kanannya dengan telapak tangan menghadap atas, "–jangan menunjukkan tindakan berengsek seperti itu. Susah payah aku sedang mendidiknya dengan baik."

"Aaleah tidak polos. Dia memenggal dan mutilasi orang. Bagaimana mungkin itu disebut polos?" Rieca jauh lebih berumur dari Chevalier, dan dia sangat yakin, pria itu harus mendengarkannya.

"Tetap saja, dia tak boleh meniru sifatmu yang akan membuat tuanku menggeleng sakit kepala." Mengalah dalam adu argumen antara baik dan buruk bukanlah gaya Chevalier. Dia percaya kalau dirinya yang baik. Tak cukup di situ, dia meminta Aaleah untuk mengambilkan tabletnya yang biasa dia pakai bekerja. Gadis itu pun bergegas melaksanakannya, pergi ke ruangan kerja.

"Itu bukan contoh yang baik. Sibuk dengan benda selain makanan saat makan itu tak etis." Rieca menatap tajam ke Chevalier seolah ada pistol di genggamannya.

𝗥𝗲𝗮𝘄𝗮𝗸𝗲𝗻 𝗚𝘂𝗮𝗿𝗱𝗶𝗮𝗻 | 𝓣𝓱𝓮 𝓓𝓲𝓿𝓲𝓷𝓮 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang