‧͙⁺˚*・༓☾ 15. Pertimbangan ☽༓・*˚⁺‧͙
Aaleah tak pernah mengira bahwa dalam sekali mengadu situasi sekitarnya langsung menjadi susah begitu saja. Perpaduan rasa terkhianati, gelisah, kecewa, takut, dan geram yang bersesak-sesak dalam setiap rongga hati penghuni rumah itu. Meski gusarnya sedikit mereda seusai menghantam—terjadi secara mendadak setelah belenggunya terlepas—wajah saudaranya tanpa ragu, tetapi seketika juga ada sebuah emosi tambahan yang menjejali dada Aaleah. Perasaan bersalah.
Masalahnya, detik itu juga Arkatama terhuyung dan kesulitan mengangkat tubuhnya lagi. Bahkan untuk sekadar duduk dia tak mampu. Suhu badannya meninggi sampai menggigil. Bukan hal mustahil jika Aaleah bisa membopong saudaranya ke atas sofa panjang. Dia harus membantu Arkatama selagi Chevalier belum selesai membersihkan diri. Tergesa-gesa dia membawakan selimut tebal dari kamar Arkatama ke ruang tamu, lantas menggelungnya ke tubuh Guardian itu.
"Aku sangat ceroboh dan tak bisa bersabar. Ini salahku!" Aaleah menceracau di tengah ruangan yang berantakan. Sampah tisu dan kapas bernoda darah Chevalier masih berserakan di sekitar, pun kristal hasil tangisannya masih bercerai-berai.
"Arkatama, kau belum boleh tiada karena aku masih menyayangimu ...."
"Aku masih hidup dan pernah mengatakan, selama tak menggunakan kemampuan aku akan tetap bugar. Namun, tadi aku menggunakannya sedikit untuk menahan sikap bebalmu. Tak perlu khawatir, ini hanya sementara."
Baru kali ini Aaleah melihat garis muka kesakitan Arkatama. Seakan rambut Arkatama masih kurang kemal, bulir-bulir peluh makin membasahi pelipisnya. Alisnya berkerut tak nyaman dan netra sendu yang masih tertuju ke Aaleah memperkental perasaan menyesal gadis itu.
Sekelumit kejengkelan masih mengendap dalam lubuk hati Aaleah. Kini kemarahannya beralih jadi ke diri sendiri. Kegelisahan melebar ke seluruh sendi tubuh sampai bibirnya ikut gemetaran meski tak berniat berucap. Tangan kiri menekan-nekan kening dan pipi kanan Arkatama secara berkala selagi ibu jari pada tangan kanan dia gigit, menghasilkan suara 'tik' yang mengganggu.
"Biarkan aku tidur hingga pagi. Habiskan makananmu dan bantu Chevalier mengurus lukanya. Aku akan membaik ketika bangun nanti." Seusai bicara begitu, Arkatama merubah posisi tidur menghadap sandaran sofa, membelakangi Aaleah. Sesaat kemudian terdengar dengkuran halus.
Aaleah beralih lokasi duduk ke sofa kursi kesukaan saudaranya, terletak di arah atas posisi Arkatama terlelap. Kedua tungkainya terangkat dan dia masih mengerip ibu jari. Lengan kirinya kini memeluk kaki. Perhatiannya tak lepas sedetik pun dari rambut Arkatama. Suasana sekitar dihiasi oleh dengkuran, detak jam dinding, dan derai air yang samar dari toilet. Waktu tetiba berjalan lambat dan renyang dalam diri Aaleah tak kunjung mereda.
Sekitar sepuluh menit berlalu—kurang lebih karena tak dihitung—dan tiba-tiba tangan kanan Aaleah menerima tampikan, menghentikannya dari mengigit jari. Dia menoleh dan tengadah, mendapati Chevalier berambut setengah kering menatap kaku ke arahnya. Pada tubuh pria itu tersebar sayatan cakar panjang, sebagian terlihat cukup dalam dan samar-samar masih berdarah. Lebam menghiasi beberapa bagian juga, terutama di perut dan lengan atas, selain dari wajah. Manusia itu menarik rendah pergelangan kanan Aaleah.
"Kenapa kau? Lihat, ibu jarimu sampai terluka begini."
"Arkatama sakit. Suhu tubuhnya panas," jawab Aaleah seadanya. Dia kembali memperhatikan Guardian yang tertidur dan menyentak tangannya dari genggaman Chevalier.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗥𝗲𝗮𝘄𝗮𝗸𝗲𝗻 𝗚𝘂𝗮𝗿𝗱𝗶𝗮𝗻 | 𝓣𝓱𝓮 𝓓𝓲𝓿𝓲𝓷𝓮 1
FantasyComplete (18+ Kekerasan) (LIGHT NOVEL) SEASON 1 DARI "THE DIVINE" Fantasy - Myth - Action - Magical - Mystery - Minor Romance - Sci-Fi ========================================= Sinopsis: Guardian yang gugur 650 tahun lalu telah diangkat kembali oleh...