‧͙⁺˚*・༓☾ 4. Rahasia ☽༓・*˚⁺‧͙
Himation putih nan panjang melampai dan menarik perhatian Aaleah. Bukan padang anyelir, kali ini dia bertemu Sang Divine di taman dekat sebuah rumah besar. Berbagai jenis bunga tumbuh dan menjuntai elok pada setiap sudut, memberikan euforia. Aaleah merasakan tarikan lembut pada jemari yang mengundangnya duduk pada sebuah batuan tergeletak bersih, tampaknya memang tersedia untuk mengistirahatkan pengunjung. Atmosfer terasa sempurna, aroma bunga memanjakan penciuman. Sang Divine-yang duduk bersebelahan-merangkup pipi Aaleah dan membuatnya mengernyit.
"Arkatama bertanya, kau siapa dan apa tujuanku?" Aaleah menilik kedua manik emas Sang Divine dan memegang dua tangan yang mengelus pipinya. "Mengapa aku tak bisa mengingat wajahmu?"
"Bagaimana perasaanmu?" Sang Divine menyendeng kepala. Gerakan kecil dan suaranya anggun. Namun, bibir Aaleah mengecut karena alih-alih mendengar jawaban, dia malah mendapat pertanyaan balik.
Dengan pandangan kuyu, Aaleah menjawab, "Tidak menyenangkan. Banyak yang tidak aku ketahui." Dia mengendurkan rangkupan di pipinya dengan lembut.
"Lihatlah sekelilingmu, terutama rumah besar di sana."
Manik Aaleah mengikuti arah wajah Sang Divine. Sekonyong-konyong, tumbuhan sekitar bercerai-berai dan batu yang dia duduki berubah jadi kursi antik. Mereka berpindah latar ke sebuah ruang makan berperabot antik. Di dekat mereka, berlangsung sebuah kilas balik.
"Itu ... aku?" Aaleah memperhatikan bayangan dirinya menghampiri Arkatama yang bergeming. Pandangan Guardian itu terlihat kosong ke makanan.
"Kau lebih berumur. Berhenti bertingkah seperti bayi." Bayangan Aaleah menyendok makanan dan menyodorkan ke mulut Arkatama. "Lihat kantung matamu, kalau tak beristirahat dan makan, tanpa sengaja kehidupanmu akan terkuras. Bagaimana kita bisa menunaikan tugas dengan baik jika tak memiliki kehidupan yang cukup?"
"Aaleah, mari lakukan perjanjian." Suara bayangan Arkatama terdengar parau dan putus asa. Sorotnya hampa seperti kehilangan sesuatu yang sangat berharga.
"Tak perlu repot sampai membuat perjanjian. Apa yang kau inginkan?"
Bayangan Arkatama mengambil alih sendok perak, kemudian menatap sosok Aaleah dengan serius. "Kekeliruan orang tua kita tak boleh terulang. Cukup kita yang terakhir. Ketika selesai menunaikan tugas, kita serahkan kelangsungan dunia fana ini ke Para Divines. Kau paham maksudku?"
"Iya, sekarang habiskan makananmu dan jangan melantur lagi." Bayangan Aaleah terlihat berkepribadian dingin. Ketika beranjak, Arkatama menjumput gaun sosok itu dengan lesu.
"Tidakkah kau rindu dengan Ibu?"
"Berhenti menyingg-" Dentingan lonceng meredamkan jeritan bayangan Aaleah.
Aaleah tidak mengerti, bayangan dirinya menampilkan sedang membentak Arkatama habis-habisan, tetapi tak ada suaranya yang terdengar meski sosoknya sesekali menggebrak meja. Tak ada balasan dari Arkatama. Laki-laki itu hanya menunduk dan menangis dengan hening. Dada Aaleah turut merasakan lesap ketika bayangan dirinya dengan murka menggusur hidangan di meja, lalu melepas celemek dan mencampaknya ke pangkuan Arkatama kemudian meninggalkan ruangan. Langkahnya sangat gusar sehingga menorehkan pilu di ruangan itu.
Ibu.
Suara Arkatama mendengung di telinga Aaleah dan membuatnya ingat akan sosok yang ada di sebelahnya sekarang. Sorotnya kini memandang Sang Divine dengan rapuh. "Ibu, mengapa aku terlihat mengerikan seperti tadi? Kekeliruan apa yang dimaksud?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗥𝗲𝗮𝘄𝗮𝗸𝗲𝗻 𝗚𝘂𝗮𝗿𝗱𝗶𝗮𝗻 | 𝓣𝓱𝓮 𝓓𝓲𝓿𝓲𝓷𝓮 1
FantasíaComplete (18+ Kekerasan) (LIGHT NOVEL) SEASON 1 DARI "THE DIVINE" Fantasy - Myth - Action - Magical - Mystery - Minor Romance - Sci-Fi ========================================= Sinopsis: Guardian yang gugur 650 tahun lalu telah diangkat kembali oleh...