Sudah berapa lama Sanzu berjalan yang jelas dia merasa jarak antara tempat tidurnya dengan ruang tamu sudah seperti jarak dia dan juga Rindou, jauh tapi kan terus ditempuh.
Sesampainya dia diruang tamu, Sanzu sedikit terkejut apa lagi di melihat beberapa maid berbaris rapi.
'ah sudah gak usah dipikirkan.'
"Kau terlambat." Suara yang familiar terdengar jelas ditelinganya.
Sanzu seketika tersentak kaget, dengan ragu dia melihat asal suara.
Di sana, sosok pria berkemeja biru tua sedang duduk dengan orang yang dia cintai, tanpa menatap sedikit pun kearahnya.
Tentu saja pria itu adalah Ran, dan orang yang dia cintai adalah Rindou.
"Ha....."
Pupil matanya bergetar. Dia yang mau menunju tempat duduk, sekarang lebih memilih memundurkan langkah kakinya.
Ran menyirup Kopi dan menaruhnya kembali. Tidak menatap Sanzu seakan tidak menghiraukan perilaku Sanzu yang mematung.
Lain halnya dengan Rindou yang menatap Sanzu, dengan tatapan yang sulit diartikan.
Situasi ini sungguh diluar dugaan. Sanzu masih mematung, dia tidak bisa mengeluarkan perkataan apapun, mulutnya terasa kalut.
Mengeratkan tangan dan kakinya yang tidak bergerak, melihat pria didepannya mengikatnya tentang kejadian kemarin malam.
"Chiyo kau tidak duduk." Ucap Rindou akhirnya mengubah suasana. Rindou menatap wajah Sanzu yang berubah pucat dan tersenyum.
"Kakimu akan pegal." Timpal Ran.
Seketika senyum Sanzu memudar, dan diganti dengan wajah penuh kesalahan serta ketakutan.
Ran menopang dagu dengan tangannya, sekilas melirik leher Sanzu yang tertutup rapat lalu menyeruput kopi.
Mengapa Ran begitu tenang, apa baginya itu adalah hal biasa? Apa Ran tidak mengingat kejadian semalam, karena sama-sama terpengaruhi minuman beralkohol? Itu tidak mungkin, karena Ran lah yang membawaku pulang, Sanzu hanya mampu berfikir.
"Aku...." Sanzu akhirnya membuka suara sebelum berhenti lagi ketika mata mereka bertemu, dia langsung memalingkan wajah.
"Kenapa Chiyo tidak mau gabung dengan kami?"
Rindou melihat Sanzu yang menolak melihat dirinya dan sang kakak, ini aneh biasanya Sanzu akan segera menemui mereka meskipun suasana akan canggung, kini Rindou lah yang terlihat sedih.
'mungkin Sanzu sudah punya pengganti.'
Sebenarnya tujuan Ran kesini karena paksaan dari sang adik, tetapi kalo kenyataannya akan membuat pria bersurai dwiwarna itu diabaikan tentu Ran merasa sesak.
Ran menghela nafas lalu dengan ragu dia berkata "duduklah Sanzu."
"Maafkan aku, tapi sepertinya aku akan kembali."
Rindou tersentak kaget melihat Sanzu akan keluar dari ruangan.
"Tunggu." Rindou reflek berdiri dari tempatnya dan berlari mengejar Sanzu.
"Sanzu." Rindou menahan pergelangan tangan Sanzu, wajah sekarang sudah merasa panas karena terus membendung air mata.
Sanzu tersentak kaget tangannya digenggam, membuatnya lebih marah.
"Jangan sentuh aku SIALAN."
Kini Rindou lah yang dibuat kalang kabut dengan perubahan sikap kekasihnya.
"Chi.. Chiyo." Bibirnya bergetar, menundukkan kepalanya. Sekarang Sanzu dibuat sok dengan perbuatannya barusan.
Sanzu berusaha membalikkan badannya, dia nampak kesulitan untuk melihat pria yang baru saja dia bentak.
"Ma... Maaf."
Semua mata menetap mereka berdua, bisikan para maid memenuhi ruangan. Namun Rindou tidak perduli.
Rindou menarik tangan Sanzu ke arah dirinya. Dan membuat Sanzu terjatuh dipeluknya.
"Hiks... Maaf jika Rin telah membuat Chiyo marah." Rindou terisak di pelukan Sanzu.
"Hay, bukanya ini tujuanmu menjadi pusat perhatian Sanzu." Ran nampak kesal terhadap Sanzu, yang berani membentak sang adik.
Ran tersenyum dan melepaskan pelukan mereka, sedangkan Sanzu mematung shock.
Sanzu memang sengaja mengumpat, tapi kata 'SIALAN' itu ditunjukkan untuk Ran bukan Rin.
"Uhg...." Kepalaku sakit ujar Sanzu.
"Apa ini karena kemarin?" Jawab Ran
"Aku tidak tau apa yang kau bicarakan." Elak Sanzu.
Rindou yang berada diantara Sanzu dan juga Ran. Merasa perubahan atmosfir, seperti ada kata yang seharusnya tidak terucap.
Senju dan para pelayannya menatap lekas kerah mereka bertiga, kini Sanzu merasa malu dan bersalah menjadi satu. Ini memalukan, haruskah aku menggali kuburan malam ini?
"Hay dengarkan aku dulu."
Ran menatap Sanzu yang sedang menatap Rindou, Kini hatinya merasa marah dah juga sedih.
Tapi tidak ada angin tidak hujan, tiba-tiba Sanzu tertunduk lemas.
"Haaah....haa."
Rindou segera meletakkan tangannya di kening Sanzu, betapa cemasnya dia saat tau bahwa suhu badan Sanzu tidak normal.
"Oi kau yang disana cepat berikan aku handuk" titah Ran kepada salah satu pelayan.
"Aku akan mengambil Air hangat." Lanjut Rindou.
"Tidak perlu Rin, biar kakak saja."
"Tapi kak."
"Di kondisi seperti ini kak tidak ingin berdebat dengan mu."
Setelah Ran mengambil handuk itu dari pelayanan, Ran kemudian menaruh handuk itu di kepala Sanzu, kemudian menggendong Sanzu ala bridal style dia terburu-buru ingin pergi, tapi sebelum dia pergi jauh. Dia terlebih dahulu membalikkan badan.
"Jangan ada yang mengikuti ku!"
Semua yang ada disana tentu saja tidak mau melanggar aturan, lagi pula tidak ada untungnya bagi mereka. Malahan mereka yang senang karena tidak perlu repot-repot mengurus tuan rumah. Terutama Senju yang gak perlu menjaga kakak minusnya itu, tapi lain halnya dengan Rindou.
"Izinkan aku ikut kak."
Rindou meremas ujung bajunya, dia takut kalo Ran akan marah, tapi dia lebih takut jika Ran tidak mengijinkannya merawat Sanzu 'itu menyedihkan.'
Rindou masih berdiri teguh, memandang punggung sang kakak, yang sedang menggendong Sanzu.
Sampai akhirnya Ran berbalik badan, dan berkata.
"Rin kalo kau yang merawatnya bukan malah sembuh, tapi malah sakit."
Menurut kalian ceritanya nyambung gak sih.
Kasih saran dong aku, tau masukan gitu.
Jangan lupa like command nya
See y.......
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry [ RanXSanzu ] End
Fanfictionentah sejak kapan hubungan itu terjadi, yang jelas ran sangat menyukai kekasih adiknya sendiri. ran sadar jika yang dia lakukan itu salah, toh dia juga sudah punya kekasih. tapi mau dipungkiri bagaimana pun juga, ran tetap lah manusia biasa. tempat...