29. Rindou atau ran

388 39 33
                                    

Bagaimana pukul keras di hidup Rindou, pria bersurai dwiwarna itu tidak bisa berkata apa-apa saat melihat, dua orang yang paling dia percaya ternyata tidak lain hanyalah segenggam sampah.

Mau bagaimana pun juga baik Ran maupun Sanzu adalah obat untuk Rindou, merekalah motivasi Rindou untuk berjuang, tapi bagaimana dengan sekarang. Pria bersurai dwiwarna itu sudah kehilangan cahaya penerang jalan, mungkin ini jawaban dari setiap pertanyaan yang terus muncul dibenak bahwa Sanzu selingkuh.

"Chiyo kenapa harus kak Ran." Satu pertanyaan lolos dari mulut Rindou, mungkin saat ini Rindou masih bisa menahan sesak dia dada tapi tidak sakit dihatinya.

Sementara Sanzu yang mendengar penuturan dari Rindou hanya diam, dia bingung harus bilang apa. Mau dipungkiri seperti apapun didalam hati kecilnya pria bersurai pink itu masih mencintai sosok yang kini sedang mengintimidasinya.

"JAWAB AKU." terdengar jelas nada bicara Rindou naik satu oktaf.

"Rin sudah jangan seperti anak kecil." Kini Ran angkat bicara, jujur dia merasa ada yang aneh dengan tubuh sang adik yang bergetar hebat hanya karena membentak Sanzu.

"DIAM KAU HAITANI." Satu butir mutiara jernih keluar begitu saja, membasahi pipi pemuda itu.

"Tapi kau juga haitani." Jelas Ran.

"HAHAHA, HAITANI SEJAK KAPAN AKU BAGIAN DARI KELUARGA HAITANI, mama papa dan juga kau hanya memikirkan ego sendiri." Nada yang awalnya menggelar di seluruh ruangan kini semakin menghilang bahkan hampir tidak terdengar sama sekali.

Bagi Rindou saat ini hidupnya hanyalah candaan belakang, bagaimana bisa tuhan memberi hukuman seperti ini pada dirinya apa tuhan sama seperti kakaknya pendusta dan pembohong yang hanya memberi janji manis tapi berbisa.

"jawab aku haruchiyo sanzu." Kini Rindou mulai melangkahkan kakinya masuk kedalam, yang membuat dirinya bisa melihat kedua sejoli itu bersatu.

"Aku pikir kita sama, ternyata tidak sama sekali." seberusaha bagaimana pun juga Rindou tidak bisa membendung cairan kental itu, yang nampak terlihat jelas jatuh membasahi pipinya.

"Baik jadi kau ingin tau kenapa aku memilih Ran." Saat ini pria bersurai pink itu terlihat sedang naik pitam, terbukti wajahnya merah dan menunjukkan urat-urat kebencian serta mata memerah menahan emosi.

'kuatkan dirimu rin.' Rindou menghela nafas panjang siap tidak siap dia harus siap mendengar penuturan dari haruchiyo sanzu, meski nantinya akan berdampak buruk untuk kesehatannya.

"Selama ini, aku hanya ikut taruhan saja siapapun yang bisa mendapatkan hati dari haitani Rindou akan mendapat uang sebesar dua puluh ribu yen, tentu aku menerimanya." Seketika jantung Rindou berhenti bergerak untuk sekian detik.

"Kau tau saat aku bersamamu tentu ada rasa dimana aku ingin menjadikanmu milikku seutuhnya." Sanzu berkata dengan terus meraba setiap inci dari tubuh Rindou sementara pemuda itu kini jatuh terkulai lemasa.

Seakan tubuhnya tidak memiliki tulang, seberusaha mungkin Rindou berdiri tegak tetap saja dia akan terjatuh lagi.

"Tapi ternyata aku salah." Kini Sanzu melangkah pergi dari Rindou, sedangkan Rindou hanya bisa menatap getir pemuda itu .

"Hiks... Tapi kenapa kau memasukan sperma mu didalam tubuhku." Yang bisa dilakukan Rindou saat ini hanyalah menertawakan seberapa bodoh dirinya.

"KARENA AKU HANYA INGIN MENCICIPI MU SAJA." Kini Sura Sanzu mendominasi rumah itu, terlihat beberapa maid mulai mendekat ke kamar itu.

Merunduk, bungkam dan tidak bisa membalas setiap perkataan Sanzu Rindou hanya diam seperti patung, dengan terus memegang dadanya yang kini mulai terasa sakit, dia mulai mengatur nafas agar tidak kehilangan kesadaran.

Sorry [ RanXSanzu ] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang