Acara pernikahan Baji dan Rindou akan segera di mulai, terlihat pria bersurai dwiwarna sedang memandang dirinya di cermin, tampak keraguan di raut wajah cantik itu.
'Hari ini aku akan menikah tapi kenapa hati kecilku berkata ini tidak benar, andai ingatanku bisa kembali mungkin aku bisa tau siapa diri ini sebenarnya.'
Tanpa disadari pandangan mata Rindou menjadi kosong, benar sejak dia dinyatakan hilang ingatan Rindou sering melamun dan berkhayal, bermimpi kalo dia memiliki cerita yang bisa dia ceritakan dikemudian hari.
Tapi baik mama papa dan juga Baji enggan membantunya, sudah beberapa kali Rindou meminta kedua orang tuanya untuk menunjukan foto masa lalunya tapi keduanya bilang hilang karena kebakaran, dia juga pernah minta diceritakan kebiasaan apa saja yang sering dia lakukan tapi meskipun mereka memberi tau Rindou merasa dia tidak pernah melakukan hal yang mereka cerita, orang tua Rindou selalu bilang kalo dia suka berkebun dan juga memancing.
Saat Rindou tanya tentang teman-temannya mereka diam, bagaimana mungkin dia bisa tau siap dirinya kalo orang di dekatnya saja enggan membantunya, dia sadar kalo setiap kali dirinya berusaha mengingat siap dia, ujung-ujungnya pasti ke rumah sakit, sungguh menyebalkan.
"Rin apa kau sudah siap." Merasa ada yang bertanya dia segera menengok ke sumber suara.
"Iya kak Suya, Rin sudah hampir siap." Jawab Rindou sambil merapikan dasinya.
Mitsuya yang melihat Rindou kesulitan menata dasinya, segera membantu pemuda itu, terlihat senyum terukir di bibir ranumnya, namun siapa sangka dibalik senyuman Rindou memiliki banyak arti, bagi pria bersurai dwiwarna itu tersenyum lembut bukan berati di hidupnya tak memiliki masalah, namun dengan tersenyum Rindou bisa merasa sedikit tenang.
***
Sementara ditempat Ran dan Sanzu mereka terlihat sedang membungkus kado,tapi dari raut keduanya terlihat tidak bersahabatan.
"Seharusnya kau memberi Baji mie peyoung yakisoba, bukan satu botol vodka dengan kadar alkohol sembilan puluhan lima persen minum itu tidak akan berguna, mentang-mentang pemilik bar." Sanzu berdecak pinggang dia sebal dengan suaminya yang hanya memikirkan egonya sendiri dari pada keinginan dirinya.
"Sayang maaf bukannya aku gak mau mendengarkan ucapanmu tapi vodka lebih di perlukan Baji daripada mie peyoung." Sebisa mungkin Ran bersabar dengan permintaan istrinya itu.
Namun bukannya menjawab Sanzu malah makin ngedumel gak jelas, sementara Ran yang bisa melihat Sanzu sedang menahan air mata,meras bersalah. Karena tidak tega dia mengusap perut rata istrinya itu.
"Katakan kamu mau apa."
Geli itu yang dirasakan Sanzu saat ini, saat tangan Ran mulai mengusap dan mengecup perutnya.
"Kok jadi ingat kelapa muda ya." Ucap Sanzu yang terlihat seperti anjing kehausan, dilain sisi Ran melihat tingkah istrinya merasa ingin mencibir pipi chubby itu. "Tapi kok aku ingin buah kelapa ada dirumah kak Takeomi."
Seketika Ran merasa horor dengan keinginan istrinya ini, bagaimana mungkin dia bisa mengambil buah kelapa di rumah Takeomi, melihat orangnya saja udah bikin dia lari kebirit birit, apa lagi bertamu dirumahnya.
"Kita minta Senju saja yang ngambil ya." Ucap Ran sambil menunjukkan nomer handphone adik dari istrinya ini.
"Gak mau aku inginnya kamu yang panjat." Sanzu terus merengek di pangkuan Ran terlihat dia sangat ingin buah kelapa itu, bahkan kini dia tengah menarik tangan Ran agar suaminya itu segera berdiri dari tempat duduk.
"Pingin banget ya." Terlihat anggukan kecil dari Sanzu, pria bersurai pink itu ingin cepat-cepat melesat ke rumah kakaknya, walau tanpa dia sadari hubungannya dengan sang kakak masih renggang, mungkin karena efek hamil muda dia lupa bahwa sang kakak masih belum memaafkannya.
Ran selalu merasa bahwa dirinya adalah suami yang baik dan ayah pengertian, jadi dengan menghela nafas panjang dia pun menyetujui permintaan istrinya, walau dalam hati dia tertekan.
***
Butuh waktu hampir empat puluh menit perjalanan menuju kediaman Akasih Takeomi, di perjalanan itu pula Ran terus berdoa semoga pemilik rumah tidak dirumah, kalo boleh jujur dia tidak takut dengan Takeomi tapi dia takut berdosa kerena melawan kakak ipar, sungguh ini Ran sudah berubah sejak Rin dinyatakan meninggal.
Sesampainya di depan kediaman Akasih, Sanzu tidak langsung menyuruh Ran masuk kedalam melainkan menarik lengan suaminya itu untuk bersembunyi di balik pohon yang tak jauh dari kediaman Akasih.
"Ran aku maunya kamu ngambil kelapa itu tanpa minta, intinya jangan ada yang tau." Dengan antusias Sanzu memberi tau keinginannya, sedangkan Ran kini terlihat frustasi. 'Sepertinya anakku calon mafia.'
Karena tidak ingin anaknya sampai ileran Ran terpaksa menyetujui keinginan konyol istrinya, apa mungkin dia salah ngasih bibit ke istrinya maknanya jadi kayak gini, atau emang Sanzu itu orang yang unik.
"Baiklah akan aku ambilkan kelapa terbaik untukmu sayang."
Tak butuh waktu lama Ran akhirnya bisa masuk ke rumah itu, mungkin karena dulu dia sering ke sini, mengingat dulu Sanzu dengan Rindou adalah sepasang kekasih dan tentu dirinya yang selalu menghalangi hubungan adiknya, sampai-sampai saat Rindou ingin pergi ke rumah Sanzu. Ran pasti ikut, alasannya simpel dia tidak ingin Sanzu macam-macam.
"Suasana rumah ini masih seperti dulu sepi dan tenang."
Sambil mengendap ngendap Ran pergi ke kebun belakang, dia tidak tau mengapa rumah ini sangat sepi apa mungkin mereka sedang pergi ke suatu tempat, sambil berfikir Ran terus mengendap ngendap, samapi akhirnya.
"Ya ampun hari ini Baji nikah."
Dengan panik Ran seger memanjat pohon kelapa itu, bisa-bisanya dia lupa dengan pernikahan temannya sendiri, tapi seberapa berusahan dia memanjat hasilnya tetap sama, saat hampir sampai dia akan terjatuh.
"Aahhkk sakit punggungku." Sudah terhitung tiga kali Ran jatuh, tapi karena ini demi calon anaknya dia rela memanjat lagi.
"Ran kau lama sekali aku sampai jamuran." Ucap Sanzu sambil berteriak. Meskipun sekarang dia sudah berada di dekat Ran, yang terlihat sedang memegang punggungnya karena jatuh dari atas pohon.
"Bentar aku ambilkan." Mungkin efek keberadaan Sanzu, Ran bisa mengambil buah kelapa itu dengan satu panjat tanpa harus terjatuh lagi.
Sesampainya dia dibawah terlihat, kalo Ran telah membawa tiga buah kelapa, dengan mata berbinar Sanzu segera merampas buah itu.
"Sayang potong aku ingin meminumnya sekarang."
Ran yang mendengarkan hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, bagaimana bisa dia membelah buah kelapa tanpa pisau, untung dia selalu membawa tongkat legendanya. Tapi namanya Sanzu pasti ada aja keinginannya.
"Jangan pakai tongkat pakai bata aja."
Bisa dipastikan Ran sedang berusaha setenang mungkin, 'ingat istrimu sedang hamil.' jadi tanpa membalas ucapan Sanzu Ran langsung memukuli ketiga kelapa itu samapi pecah, terlihat mata pemuda itu berwarna merah karena emosi, sementara istrinya terlihat berbinar sangking senangnya.
"Asik bisa minum air kelapa muda."
Hanya seteguk Sanzu meminum air itu, sisanya dia menyuruh Ran menghabiskan. Untung sayang kalo tidak udah jadi ayam geprek ini orang.
Setelah selesai minum air kelapa, Ran segera menggendong Sanzu ala cola. Dia benar-benar sudah telat pergi ke pernikahan Baji.
"Semoga saja pernikahannya belum mulai."
Sebenarnya aku ingin mengakhiri ceritanya di chapter ini, tapi kalo dipikir-pikir seru juga membuat edisi Sanzu ngidam.
Oke Chapter selanjutnya akan ada adegan yang mungkin kalian bisa tebak.
Common and like aku tunggu.
Jangan bosan-bosan dengan ceritaku, maaf kemarin gak up, soalnya aku lagi nyangkut di tiktok.
See y......
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry [ RanXSanzu ] End
Fanfictionentah sejak kapan hubungan itu terjadi, yang jelas ran sangat menyukai kekasih adiknya sendiri. ran sadar jika yang dia lakukan itu salah, toh dia juga sudah punya kekasih. tapi mau dipungkiri bagaimana pun juga, ran tetap lah manusia biasa. tempat...