18 Bar

527 56 55
                                    

Ran saat ini terlihat kesal dia memilih pergi ke temat hiburan malam, tentu saja dia telah memesan kamar untuknya dan juga Sanzu. Dia berniat menghabiskan malam ini dengan Sanzu tanpa harus melihat kenyataan bahwa Sanzu adalah kekasih adiknya.

"Mitsuya Takashi berani-beraninya kau menceramahi ku." Ucapnya sambil meneguk satu gelas Vodka.

Ran sudah menghabiskan empat botol minum beralkohol itu, tapi dia tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa dia sedang mabuk berat. Malah sebaliknya dia terlihat berkarisma dan cool, padahal kenyataannya dia sudah merasa sedikit pusing.

Lain halnya dengan Sanzu saat ini yang sedang bermain dengan jalang, bukan bermain diatas keranjang, melainkan hanya sekedar bermain kartu, meskipun begitu taruhannya tidak main-main. Yang kalah harus memberikan uang seratus juta atau melepas salah satu pakaian yang mereka kenakan, jika pakaian sudah terlepas semua yang kalah harus melayani pemenang selama satu bulan penuh tanpa terkecuali atau bisa juga memilih menembak diri sendiri dengan pistol yang telah diberi satu peluru didalamnya atau ditembak oleh pemai yang menang.

Tentu ini cukup menantang terlebih Sanzu bukan tipikal orang yang jago judi, Sudah terhitung tuju kali permainan judi ini dimulai, dan terhitung pula Sanzu kalah dua kali dalam permainan. Dia tentu memilih taruhan uang dari pada melucuti satu persatu pakaiannya sendiri, sementara ketiga jalang yang sedang bermain dengan Sanzu satu persatu pakaiannya telah terlepas.

"Ingat saat pakaian kalian terlepas semua, aku akan memilih pistol untuk mengakhiri semua ini." Sanzu tertawa terbahak-bahak dia tidak bisa membayangkan seberapa bangganya Rindou saat tau dia melenyapkan para jalang.

Benar Rindou sangat benci dengan kata penghianat, begitu pula dengan jalan. Baginya jalan tidak lebih dengan sampah, karena setiap hari gonta ganti pasangan sungguh barang rongsokan.

Wajah para jalang yang semula penuh godaan dan gairah, kini berubah sedikit tegang. Mereka tentu tau siapa yang sedang mereka lawan, seorang haruchiyo Sanzu orang sinting yang haus akan darah.

Mengingat permainan ini cukup berbahaya ke-tiga jalang itu terlihat ingin mengakhirinya, tentu Sanzu tidak membiarkan itu semua dengan mudah.

Permainan terus berlanjut, dengan sedikit hawa gelap karena resiko nyawa yang akan melayang sewaktu waktu. Memang dalam pistol hanya satu peluru, tapi peluru itu bisa bertambah dengan jumlah pemain yang kalah.

Intinya jika satu pemain kalah maka. Satu peluru akan ditambahkan dalam pistol dan jika ada yang kalah lagi satu peluru akan ditambahkan lagi hingga seterusnya, maka dari itu permainan ini cukup beresiko.

***
Lain halnya dengan Ran saat ini yang terlihat sedang menunggu sesuatu, meskipun begitu sesekali manik matanya melirik pria bersurai pink itu.

"Dia lucu." Tanpa sadar Ran senyum-senyum sendiri saat melihat tingkah Sanzu.

"Bagaimana rasanya menelan ludah sendiri."

Suaranya cukup familiar Ran tau siapa memiliki suara itu, dia pun segera menghampiri sang pemilik suara.

"Mucho." Ya, dia adalah mucho mantan anggota tenjiku.

"Jangan terkejut seperti itu kawan, aku kesini hanya ingin membawa barang yang kau inginkan."

Ran hanya mendengus kesal, dimana dia tidak kesal pasalnya dia pernah mendengar kabar bahwa mucho telah lama mati.

"Bukannya Sanzu telah menebas mu." Seringai muncul dari wajah Ran.

"Aku diselamatkan Kawata bersaudara."

Mereka cukup berbincang lama, mengingat mereka adalah teman lama. Di pembicaraan mereka tidak ada yang penting hanya membahas tentang masa lalu saat masih di tenjiku dan bagaimana kehidupan sekarang.

Sorry [ RanXSanzu ] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang