21.takdir

462 42 27
                                    

Sebuah mobil BMW melaju dengan kecepatan tinggi, mitsuya Takashi orang yang mengemudi mobil itu, terlihat nanar mata pria bersurai Lilac itu sedang berkaca-kaca. Dia sekali-kali melihat pemuda cantik disampaikannya, yang semakin diperhatikan semakin pucat wajahnya.'Rin kakak berjanji apapun yang terjadi aku tidak akan membiarkanmu terluka.'

Sebuah janji yang mungkin tidak bisa ditempati, terlalu banyak jurang yang harus dia lalui mengingat hubungan mereka yang sedang tidak baik, tapi mau dipungkiri bagaimana pun. Dia tidak bisa membenci pemuda yang sedang tidak sadarkan diri disampingnya itu, ini emang aneh semakin dia berusaha menjauh dari keluarga haitani semakin dia ingin kembali ke sana.

"Bertahanlah Rin, sedikit lagi kita sampai rumah sakit."

Dari sejarah kehidupan mitsuya dia tidak pernah merasa sebodoh ini, dia jelas tau kalo Rindou sudah tidak memperdulikannya, tapi dia tulis menyayangi pria bersurai dwiwarna itu layaknya adiknya sendiri.

Sebuah buku diary yang mitsuya temukan di hotel waktu itu, mengubah semua sudut pandangnya ke pada Rindou. Iya Rindou memang terlihat cuek dan tidak perduli dengan keadaan sekitar, tapi dia adalah orang yang paling tegar dan kuat, dia tidak ingin setiap orang khawatir dan membenci kekurangannya.

Rindou Haitani adalah orang yanga baik dan tegur dalam pendirian, dia tidak mengenal kata penghianat, baginya penghianat adalah wujud ketidak puas akan hasil yang didapat.

Tapi kenyataan kehidupan yang dijalani terbalik tiga ratus enam puluh derajat, seseorang yang selama ini dia percaya ternyata musuh dalam selimut.

Mitsuya semakin menancap gasnya, dia melanjutkan kendaraanya dengan kecepatan gila, hampir semua lampu merah dia trabas. Kecuali satu, lampu merah dekat sekolah SD, tapi bagai manapun dia benar-benar gila.

***

Ditempat lain tak jauh berbeda dengan situasi tadi terlihat Ran Haitani sedang cemas dia tidak berniat menyakiti orang yang dia cintai, hanya saja napsu membuatnya buta dan tuli, dia tidak bisa membedakan suara kekasihnya saat mendesah ataupun menangis. Baginya semua yang keluar dari mulut kekasihnya adalah desahan erotis, bukan tangisan.

"Maafkan aku sayang, kita akan segera sampai ke rumah sakit."

Kini pria bersurai dwiwarna itu semakin menancap gasnya, dia tidak memperdulikan keadaan jalan yang sedang ramai. Apapun akan dia lakukan untuk bisa sampai tepat waktu di rumah sakit?

DOR

DOR

DOR

Sebuah peluru keluar dari tempatnya, sang pelaku tidak lain tidak bukan adalah pria bersurai dwiwarna itu. Dia menembak siapapun yang menghalangi jalannya, tak terkecuali itu polisi ataupun pengendara bias.

'Hmm.... Seharusnya mereka semua berterimakasih kepadaku karena telah mengurangi populasi orang yang tidak berguna.'

Seringai muncul di setiap perjalanan Ran, dia nampak sangat menikmati semua perbuatannya.

Drett...... Drett...... Drett......

Sebuah notifikasi panggilan muncul di handphon pria bersurai dwiwarna itu.

"Bos, kau sungguh keren."

"Bersihkan semua kekacauan yang saya buat, jangan sampai ada jejak."

"Tenang bos, kami akan melakukannya dengan senang hati."

Mendengar tutur kata barusan, Ran langsung mengakhiri panggilan tersebut secara sepihak.

Tak butuh waktu lama akhirnya dia sampai ketujuh, dia segera menggendong pria bersurai pink itu ala bridal style.

"Dokter."

Sorry [ RanXSanzu ] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang