[FOLLOW SEBELUM BACA]
[ROMANCE]
-------------------------
Dipaksa pulang saat menempuh pendidikan? Itu yang dialami seorang gus muda.
Muhammad Lutfi Al-Ghaffar. Sosok gus muda yang harus menghentikan pendidikan terlebih dahulu, untuk menjalani pern...
Assalamualaikum guys, sorry baru update, kemarin baru selesai PHB
Btw, kalian bisa tau cerita ini dari mana?
Jangan lupa ramaikan setiap baris
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Meja makan sudah penuh dengan sarapan sepasang kekasih yang tengah saling diam. Maira masih kesal dengan kelakuan sang suami. Terlebih sekarang gadis itu tengah datang bulan, dan Maira akan moodyan. Sedangkan Gus Lutfi tengah memikirkan, apa yang bisa membuat istrinya luluh.
"Humaira, jangan cemberut terus! Masa nemenin suami sarapan mukanya masam gitu. Senyum yang manis dong!" ujar Gus Lutfi.
"Iya, aku salah sudah usil terus. Tapi, jangan manyun gitu ah!" tambah Gus Lutfi.
Maira menghela napas kasar, dan memaksakan tersenyum. Lagi pula, tak baik menampilkan wajah masam di depan pasangan.
"Maaf ya, Sayang." Gus Lutfi menyapu lembut pipi chubby sang istri dengan ibu jarinya.
"Iya, Bi. Maaf juga ya, sudah diemin kamu terus," balas Maira.
"Ngga papa, Humaira," jawab Gus Lutfi. "Sini makan! Kamu juga belum sarapan. Katanya mau lihat Komodo."
Maira mengangguk patuh. Suasana kembali menghangat. Gus Lutfi dan Maira melewati pagi dengan senyuman.
"Ke sananya sore saja ya, ngga papa 'kan?" ujar Gus Lutfi.
"Terus pagi ini mau ke mana? Di sini saja?" tanya Maira.
"Nanti kamu tau, Humaira. Sekarang selesaikan sarapannya!" titah Gus Lutfi.
Maira menuruti saja perintah suaminya. Walaupun hatinya masih bertanya-tanya. Sebisa mungkin gadis itu berpikir positif pada sang suami. Lagi pula, tak mungkin suaminya akan berbuat yang aneh-aneh padanya.
Selesai sarapan, Maira membereskan meja makan, dan mencuci piring kotor. Sedangkan Gus Lutfi lebih dulu masuk ke kamar. Setelah selesai dengan urusannya, Maira menyusul masuk ke kamar. Terlihat Gus Lutfi tengah berdiri di balkon villa. Angin sejuk di pagi hari memang sangat memanjakan siapapun yang merasakan.
"Humaira, lihatlah taman di depan sana!" Gus Lutfi menunjuk hamparan rumput hijau dengan berbagai bunga indah di sekitarnya.
Maira yang belum tahu ada taman di depan balkon, segera mengalihkan pandangannya. "Ma Syaa Allah, cantik-cantik banget bunganya. Rumputnya juga terlihat sangat bersih."
"Ini belum seberapa, Humaira," sahut Gus Lutfi.
"Maksudnya, Bi? Ada yang lebih indah?" tanya Maira.
Gus Lutfi tak menjawab. Pemuda itu berpindah ke belakang sang istri, dan mengambil sesuatu dari sakunya. Sebuah kain hitam Gus Lutfi ikatkan ke mata sang istri.